Liputan6.com, Jakarta Dua orang dokter di Wuhan, China yang terinfeksi COVID-19 berhasil pulih dari penyakit itu setelah menjalani perawatan selama kurang lebih dua bulan. Namun, kini kulit mereka berubah menjadi lebih gelap.
Dr Yi Fan dan Dr Hu Weifeng sama-sama didiagnosis COVID-19 pada 18 Januari 2020. Dr Yi adalah seorang kardiolog, sementara Dr Hu berprofesi sebagai urolog. Mereka dinyatakan positif COVId-19 ketika bertugas di Wuhan Central Hospital dan menangani pasien yang terinfeksi virus tersebut.
Baca Juga
Kedua dokter yang sama-sama berusia 42 tahun itu kemudian dilarikan ke Wuhan Pulmonary Hospital lalu mengalami transfer rumah sakit sebanyak dua kali, melansir laman New York Post.
Advertisement
Media lokal China melaporkan, perubahan warna kulit kedua dokter tersebut yang menjadi jauh lebih gelap disebut-sebut karena ketidakseimbangan hormon karena lever mereka rusak akibat infeksi COVID-19. Namun, salah seorang dari keduanya mencurigai, perubahan warna yang mereka alami akibat obat tertentu yang mereka terima pada awal pengobatan.Â
Mengutip laman The Sun, Song Jianxin, ahli penyakit menular dri Huazhong University of Science and Technology mengatakan bahwa organ kedua dokter tersebut rusak ketika berjuang bertahan hidup dari infeksi COVID-19.
Menurutnya, iron yang berfungsi mengangkut udara dalam darah, alih-alih disimpan di lever, merembes keluar dari pembuluh darah karena organ tersebut tidak bekerja dengan baik. Peningkatan kondisi ini yang dipercaya mengubah warna kulit dan meningkatkan pigmen di wajah.
Sementara itu, urolog Dr Li Shusheng mengatakan, ia meyakini bahwa perubahan warna kulit kedua dokter itu dikarenakan obat yang mereka konsumsi ketika pertama kali didiagnosis COVID-19. Namun, tak diungkap obat apa yang diberikan pada kedua dokter tersebut.Â
Â
Â
Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini
Ketakutan Menyadari Warna Kulit Berubah
Dr Yi dirawat dengan menggunakan perangkat yang mengantarkan oksigen ke dalam darah yang disebut Extra Corporeal Membrane Oxygenation (ECMO). Perangkat tersebut menjadi penunjang hidupnya selama 39 hari. Mesin itu serupa dengan mesin bypass jantung-paru-paru yang digunakan untuk operasi jantung, memompa dan memberi oksigen pada darah pasien yang dilakukan di luar tubuh.
Mengenai kulitnya yang menjadi gelap, Dr Yi mengaku ketakutan saat siuman. "Ketika aku pertama kali sadar, terutama setelah aku tahu kondisiku, aku merasa takut. Aku pun sering bermimpi buruk," ujarnya.
Sementara itu, Dr Hu yang terbaring selama 99 hari, dilaporkan kondisinya masih lemah setelah menjalani terapi ECMO pada 7 Februari hingga 22 Maret. Dr Li Susheng yang merawatnya mengatakan, Dr Hu baru bisa berbicara pada 11 April. Diharapkan warna kulit sang dokter akan kembali normal setelah fungsi levernya meningkat.
Baik Dr Yi maupun Dr Hu, keduanya pernah bertugas bersama Dr Li Wenliang, dokter yang pernah dihukum karena pertama kali menyerukan mengenai virus corona baru kemudian meninggal karena terinfeksi pada 7 Februari 2020.
Dr Yi dan Dr Hu ini menerima dukungan kesehatan mental karena pengalaman traumatis terinfeksi virus itu.
Advertisement