Liputan6.com, Jakarta Common cold atau lebih dikenal dengan pilek, yang disebabkan oleh virus corona jenis lain, dapat melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali virus SARS-CoV-2 yang dikenal sebagai penyebab COVID-19.
Hal ini diungkap oleh sekelompok peneliti dan dilaporkan dalam jurnal Science yang terbit pada 4 Agustus lalu.
Baca Juga
Cara Unik Penyanyi Natasha Pramudita Berhenti Merokok, Hidup Lebih Sehat dan Berkah
Makin Diminati! Jay Idzes Jadi Incaran Utama pada Bursa Transfer Januari 2025 hingga Diincar Klub Peserta Liga Champions
Di Mana Gunung Raung yang Sedang Erupsi? Warga Diimbau Tak Beraktivitas Sejauh 3 km dari Puncak
Mereka mengatakan bahwa sel kekebalan yang dikenal sebagai sel T yang mengenali virus corona penyebab pilek atau common cold, juga mengenal bagian spesifik dari SARS-CoV-2, termasuk protein spike yang digunakan untuk mengikat dan menyerang sel manusia.
Advertisement
"Kami saat ini telah membuktikan bahwa pada beberapa orang, memori sel T yang sudah ada sebelumnya terhadap virus corona flu biasa, dapat mengenali SARS-CoV-2 secara silang, hingga ke struktur molekul yang tepat," kata salah satu penulis studi, Daniela Weiskopf, assistant professor di La Jolla Institute for Immunology di California, Amerika Serikat, dikutip dari Live Science pada Kamis (6/8/2020).
Profesor Alessandro Sette yang juga salah satu penulis studi mengatakan bahwa reaktivitas kekebalan dapat diterjemahkan ke dalam berbagai tingkat perlindungan.
"Memiliki respon sel T yang kuat atau respon sel T yang lebih baik, dapat memberi Anda kesempatan untuk memasang respon yang jauh lebih cepat dan lebih kuat," kata Sette seperti dikutip dari Science Daily.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Reaksi Sel T Terhadap Virus Tak Dikenal
Studi ini dikembangkan melalui temuan yang menunjukkan bahwa 40 hingga 60 persen orang yang tidak pernah terpapar SARS-CoV-2, memiliki sel T yang bereaksi terhadap virus. Sistem kekebalan mereka mengenali fragmen dari virus yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Analisa ini didasarkan dari laporan yang berasal dari orang-orang di Belanda, Jerman, Inggris, dan Singapura. Para peneliti melakukan penelitian tersebut dari sampel darah yang dikumpulkan para peserta studi yang belum pernah terkena COVID-19 sebelum pandemi.
Mereka mengatakan, individu yang tidak terkena COVID-19, menghasilkan berbagai memori sel T yang sama reaktifnya terhadap SARS-CoV-2 dan empat jenis virus corona yang menyebabkan flu biasa.
Advertisement
Butuh Penelitian Lebih Lanjut
Dikutip dari San Diego Union Tribune, ini bukan berarti terpapar virus corona jenis lain akan melindungi seseorang dari COVID-19.
Namun, hal ini kemungkinan membantu menjelaskan mengapa penyakit tersebut bagi sebagian orang menjadi mematikan, sementara yang lain sembuh dengan hampir tanpa gejala. Tentunya, usia dan kondisi penyerta juga merupakan faktor penting.
Selain itu, mereka menekankan bahwa hipotesis ini masih "sangat spekulatif" dan butuh lebih banyak penelitian untuk memastikannya. Hal ini karena mereka tidak tahu secara pasti mengenai peran sel T dalam melawan COVID-19.
Dennis Burton, ahli imunologi di Scripps Research mengatakan bahwa studi ini merupakan temuan yang menggugah dan menarik. "Masih ada satu langkah yang terlewat karena Anda perlu menunjukkan bahwa ini penting untuk kekebalan," katanya.
Peran Sel T dalam Penelitian Vaksin
Peneliti mengatakan bahwa data dari uji coba vaksin COVID-19 yang sedang berlangsung bisa membantu mengatasi bagian yang terlewat tersebut dengan mengukur sel T, sel kekebalan yang aktif sebagai bagian dari respon antivirus, yang membunuh sel terinfeksi dan menghasilkan antibodi.
Mereka mengatakan bahwa mempelajari respon sel T sebelum dan sesudah dilakukan vaksinasi dapat membantu para peneliti menafsirkan variasi yang terjadi tentang seberapa efektif vaksin bekerja.
Weiskopf mengatakan, mungkin saja mereka yang merespon vaksin paling efektif dikarenakan adanya sel T dari virus corona di masa lalu yang siap meluncurkan serangan balik dengan cepat.
"Itu adalah sesuatu yang membuat kami tertarik saat ini dan tengah kami selidiki," pungkasnya.
Advertisement