Eijkman: Tak Ada yang Berani Prediksi Kapan Akhir Pandemi COVID-19

Profesor Herawati Sudoyo, PhD ilmuwan dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menyampaikan bahwa sejauh ini belum ada yang berani memprediksi kapan COVID-19 akan berakhir.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Agu 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2020, 11:00 WIB
Rapid Test Massal di Pinggir Jalan
Petugas melakukan tes diagnostik cepat (rapid test) di depan gedung Kejaksaan Agung, Jakarta, Kamis (6/8/2020). Kejagung menggelar rapid test COVID-19 massal kepada warga yang melintas di kawasan itu guna memastikan kesehatannya dan mengantisipasi penyebaran COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Peneliti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Profesor Herawati Sudoyo, PhD  menyampaikan bahwa sejauh ini belum ada yang berani memprediksi kapan COVID-19 akan berakhir.

“Sepertinya tidak ada yang berani untuk memberikan prediksi kapan COVID-19 ini berakhir. Ini kelihatannya akan panjang,” ujar Hera dalam webminar Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat (YKIS) beberapa hari lalu ditulis Minggu (9/8/2020).

Hera menambahkan, bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) baru memberikan kabar bahwa masyarakat harus hidup bersama COVID-19.

“Hidup bersama bukannya terus menyerah tapi hidup bersama kemudian memerangi virus ini.”

Simak Video Berikut Ini:

Kunci agar Pandemi Berakhir

Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)

Menurut Hera, kunci dari akhir pandemi ini adalah vaksinasi. Namun, vaksinasi setidaknya dilakukan pada 70 persen penduduk di Indonesia.

“Kita tahu bahwa di Indonesia ada 270 juta penduduk. Itu perlu 70 persen dari penduduk Indonesia divaksinasi.”

“Jadi silakan saja menghitung 70 persen kali 270 juta kurang lebih 175 juta orang perlu divaksinasi. Baru kasus mungkin akan berkurang.”

Di sisi lain ia mengingatkan, perlu waktu bertahun-tahun untuk membebaskan diri dari virus. Ia mengambil contoh kasus polio yang memerlukan waktu bertahun-tahun barulah dunia bisa bebas dari polio.

“Polio itu sudah puluhan tahun lalu. Kita itu harus selalu siap dengan hal yang buruk bukan mengharapkan hal yang baik jadi kita lebih awas dan lebih waspada dan mitigasi saya kira yang paling penting.”  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya