Hampir Kehilangan Nyawa Akibat COVID-19, Penggemar Maraton Ini Berjuang Bisa Lari 1 Km

Setelah menggunakan ventilator di rumah sakit dan dinyatakan positif Covid-19. Kini David Lat harus mengadapi balapan terberatnya yaitu berlari sejauh 1 mil.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Sep 2020, 11:01 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2020, 11:01 WIB
Gambar Ilustrator Pelari Maraton
Sumber: Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Sebelum pandemi COVID-19 melanda, maraton adalah hal yang menyenangkan sekaligus menantang bagi David Lat. Namun, Lat terinfeksi virus SARS-CoV-2. Nyawanya hampir melayang, ventilator membantunya agar tetap bisa bernapas. 

Setelah negatif dari COVID-19, Lat kini pun kembali berlatih lari. Tentu, dia harus pelan-pelan meningkatkan performanya. 

“Saya secara bertahap meningkatkan kemampuan lari saya tanpa henti,” kata pria 45 tahun itu.

"Saya pikir, saya bisa mencapai 1 mil (1,6 km), tidak cepat, tapi saya bisa melakukannya," ungkap Lat.

Lat akan berusaha akhir pekan ini sebagai bagian dari 2020 New Balance 5th Avenue Mile, acara New York Road Runners yang diadakan secara virtual hingga 13 September. Dan, bila berhasil mencapai garis finis, dia akan melewati rintangan besar dalam hidupnya

"Saya merasa ini akan menjadi langkah pertama untuk kembali ke sesuatu yang mirip hidup normal," katanya.

Maraton Kota New York di Musim Gugur semakin dekat, tapi bagi para penyintas COVID-19 seperti Lat hal ini tidak mudah. Paru mereka mungkin terkena dampak kehadiran virus SARS-CoV-2, sehingga hanya sampai ke taman saja tampak seperti rintangan yang sangat sulit. Seperti Lat, sebelumnya mampu berlari sejauh 42 km sekarang hanya berharap sejauh 1,6 km saja.

 

Terinfeksi COVID-19 Maret Lalu

Pada awal Maret lalu, Lat mengalami demam dan menggigil. Selama seminggu gejalanya memburuk, segera ia memeriksakan diri dengan pergi ke ruang gawat darurat di NYU Langone.

“Saat saya tiba disana, saya hampir tidak bisa berdiri atau berjalan,” kata Lat.

Dia menerima oksigen darurat tetapi bernapas menjadi lebih sulit pada hari-hari berikutnya. Pada akhir bulan, dokter membiusnya dan memasangnya di ventilator, dan ia menggunakan alat itu selama enam hari di unit perawatan intensif.

Pada tanggal 1 April, Lat meninggalkan rumah sakit, ia hampir tidak bisa berjalan. Hal ini sangat jauh dari staminanya di tahun 2005 dan 2007, tahun-tahun ketika dia berlari di New York City Marathon dalam waktu kurang dari lima jam. 

Negatif dari COVID-19, performa fisik Lat menurun.  Bahkan kondisi ini terjadi beberapa bulan sesudah sembuh dari COVID-19.

“Selama dua bulan pertama, saya merasa seperti tidak ada kemajuan,” katanya.

"Sesak napas tetap ada, dan batuk terus menerus  membuat punggung, dada, dan bahu saya sakit," tutur Lat.

Lalu pada bulan Juni, entah bagaimana batuk dan sesak napas yang selama ini ia alami hilang begitu saja. Sejak saat itu, dia mulai berjalan untuk berolahraga termasuk jogging. 

"Saya mencoba berpikir untuk kembali menjadi bugar," katanya. 

Lat tetap optimis untuk bisa kembali mendapatkan performanya sebelum terkena COVID-19. Setelah ia bisa menaklukkan lari 1,6 km, secara bertahap dia akan meningkatkan kemampuannya. 

Saat ini, ia tidak berpikir bakal kembali ke ajang maraton yang mampu berlair berpuluh-puluh kilometer. Namun jika ia bisa melakukan lari dengan jarak sejauh 5km, tentu itu akan menjadi hal yang besar untuknya.

Penulis: Deskhila Wijaya

INFOGRAFIS: Perbandingan Tingkat Kematian COVID-19 di ASEAN

INFOGRAFIS: Perbandingan Tingkat Kematian COVID-19 di ASEAN (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: Perbandingan Tingkat Kematian COVID-19 di ASEAN (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya