Lonjakan Kasus COVID-19 di DKI Jakarta, Dinkes: Seperti Deja Vu

Dinkes DKI Jakarta mengatakan bahwa lonjakan kasus di Ibu Kota mirip dengan apa yang terjadi di tahun lalu

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 14 Jun 2021, 13:36 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2021, 13:36 WIB
Aktivitas Pasien COVID-19 Jalani Isolasi Mandiri di Hotel
Petugas kemanan mengenakan baju hazmat saat menjaga aktivitas pasien di sebuah hotel kawasan Salemba, Jakarta, Senin (22/2/2021). Para pasien Covid-19 memilih hotel dengan alasan lebih nyaman dan privasi dibandingkan rumah sakit meskipun mengeluarkan biaya lebih. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengatakan bahwa kondisi peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi di Ibu Kota seakan mirip dengan apa yang terjadi tahun lalu.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta Lies Dwi Oktavia mengatakan bahwa sebenarnya sudah 1 tahun 6 bulan, Jakarta mengantisipasi COVID-19.

"Kita sudah lihat, seperti kembali ke kondisi yang seperti deja vu ya. Sebenarnya sudah pernah masuk dalam siklus ini pada tahun lalu di kurang lebih periode-periode yang sama," kata Lies pada Minggu (14/6/2021).

"Banyak sekali di antara upaya untuk memutus rantai penularan, juga upaya kapasitas kesehatan yang terus ditingkatkan, beradu dengan rasa kedisiplinan, tetapi juga rasa kebosanan mungkin di masyarakat," kata Lies.

Dalam konferensi pers virtual Survei Kesediaan Warga DKI untuk Divaksin, Lies mengatakan bahwa memang saat ini kasus COVID-19 di Ibu Kota dan beberapa daerah lainnya sudah meningkat.

"Jadi kembali tetap kepada publik kita harus ingatkan harus selalu melakukan protokol 5M," kata Lies.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Dorong Warga Periksakan Diri

Pemindahan Pasien Terinfeksi COVID-19
Petugas membawa pasien terindikasi terinfeksi COVID-19 dari ruang rawat Gedung Anton Soedjarwo Rumah Sakit Bhayangkara RS Sukanto menuju ruang rawat khusus COVID-19, Jakarta, Rabu (13/1/2021). Pasien meninggal karena Covid-19 di Indonesia berjumlah 24.951 orang. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Selain itu, Lies mendorong agar masyarakat yang memiliki keluhan kesehatan untuk tidak menunda-nunda melakukan pemeriksaan, hanya karena takut diisolasi.

"Itu yang kemudian salah satu pesan kunci juga, selain orang harus protokol 5M. Bahwa saat kita mempunyai keluhan kesehatan, maka lakukan tes," ujarnya.

Dari sisi pemerintah, Lies menyebut bahwa pemerintah provinsi akan terus menjaga konsistensi kemampuan testing. Ia menambahkan, jumlah pemeriksaan COVID-19 di DKI Jakarta hingga saat ini masih enam kali dari minimal standar World Health Organization.

Untuk mengantisipasi peningkatan kasus COVID-19, Lies mengatakan bahwa DKI akan terus meningkatkan kapasitas isolasi dan perawatan.

"Memang dulu di bulan Januari-Februari, atau di periode sebelumnya, di mana kita lihat terjadi kasus yang tinggi, kapasitas perawatan waktu itu juga bisa menyentuh kapasitas tempat tidur ICU sekitar 1.150," ujarnya.

"Saat ini kita kembali akan meningkatkan kapasitas tersebut. Supaya masih bisa support system kesehatannya mendukung peningkatan kasusnya."

RS Tetap Memiliki Batas

FOTO: Antisipasi COVID-19 di Terminal Kampung Rambutan
Warga menjalani rapid test antigen di Terminal Bus Antar Kota Antar Provinsi Kampung Rambutan, Jakarta, Kamis (20/5/2021). Penumpang bus yang tiba maupun akan berangkat diwajibkan menjalani pengecekan bebas COVID-19 melalui rapid test antigen atau GeNose. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Namun, Lies mengatakan jangan sampai kapasitas rumah sakit habis digunakan hanya pasien COVID-19, sehingga menelantarkan pasien penyakit lainnya, yang dapat berujung pada peningkatan fatalitas dari penyakit lain.

"Jadi itu juga yang harus dipahami publik. Walaupun DKI Jakarta punya cukup banyak rumah sakit, bahkan 13 rumah sakit juga full COVID, tetapi kapasitas kesehatan di rumah sakit pasti akan ada batasnya."

"Bersama-sama tentu masyarakatnya juga harus diberi pemahaman, biar bagaimana pun secara individu dan lingkungan terdekatnya, mereka juga harus bisa melakukan karantina yang baik dan melakukan isolasi yang baik," kata Lies.

Terkait penambahan ruang isolasi bagi orang tanpa gejala, Lies mengungkapkan bahwa Dinkes DKI Jakarta juga memiliki skenario apabila kasus COVID-19 sudah mencapai angka tertentu, maka akan dibuka lokasi-lokasi isolasi terkendali.

Sementara soal pelacakan kontak atau tracing, Untuk tracing, Lies mengungkapkan bahwa pemerintah juga melibatkan berbagai pihak, termasuk Babinsa dan Babinkamtibmas, serta jajaran yang berada di bawah TNI/Polri. "Ini dalam konteks yang humanis ya," katanya.

Lies pun meminta agar pasien yang ditemukan positif COVID-19 untuk dapat memberitahukan kontak eratnya.

"Jangan ditutup-tutupi. Karena kita tujuannya adalah memutus rantai penularan. Orang yang menjadi kontak erat akan kita periksa, supaya memastikan statusnya apakah memang COVID atau tidak. Itu pun juga masih harus dipantau sampai masa inkubasinya selesai."

Mengutip data Kementerian Kesehatan pada Minggu, 13 Juni 2021, jumlah penambahan kasus terkonfirmasi di DKI Jakarta mencapai 2.769 orang, dengan penambahan kasus sembuh sebanyak 935 dan kasus meninggal sebanyak 19 orang.

Infografis Lonjakan Kasus Covid-19 di Kudus hingga Bangkalan

Infografis Lonjakan Kasus Covid-19 di Kudus hingga Bangkalan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Lonjakan Kasus Covid-19 di Kudus hingga Bangkalan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya