Seberapa Butuh Vaksin Booster untuk Menghadapi Varian Delta?

Varian Delta diperkirakan 60 persen lebih menular daripada varian Alpha. CDC AS melaporkan varian Delta saat ini mendominasi hampir 58 persen dari kasus baru di AS.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 21 Jul 2021, 14:14 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2021, 12:00 WIB
Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech untuk anak-anak dengan batasan usia 12-15 tahun. (AFP/Luis Acosta)

Liputan6.com, Jakarta Bukti saat ini menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 efektif melawan varian Delta. Menurut para ahli, orang yang divaksinasi dosis lengkap di Amerika Serikat (AS) sangat terlindungi dari varian Delta, sehingga belum memerlukan suntikan booster alias penguat.

Bukti yang sudah dikumpulkan hingga saat ini menunjukkan vaksin COVID-19 yang digunakan di Amerika Serikat seperti Pfizer, Moderna dan Johnson & Johnson semuanya sangat protektif terhadap varian Delta, dikutip dari The Times.

Sehingga Badan Obat Eropa (rekanan Eropa untuk Food and Drug Administration Amerika Serikat) pun mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan perlu atau tidaknya suntikan booster vaksin COVID-19

Varian Delta atau B.1.617.2, pertama kali diidentifikasi di India pada Oktober 2020 dan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkannya sebagai "variant of concern" atau varian yang menjadi perhatian pada Mei 2021.

Varian Delta juga diperkirakan 60% lebih menular daripada varian Alpha, varian dominan sebelumnya di AS. CDC melaporkan varian Delta saat ini mendominasi hampir 58 persen dari kasus baru COVID-19 di AS.

 

Simak Video Berikut Ini:

Efektivitas vaksin

Sebuah studi yang dilakukan oleh Public Health England menemukan bahwa vaksin COVID-19 Pfizer 88 persen efektif terhadap penyakit simtomatik yang disebabkan oleh varian Delta, dikutip dari Livescience.

Studi lain dari Skotlandia dan Kanada juga menemukan bahwa vaksin itu masing-masing 79 dan 87 persen efektif, dalam mencegah penyakit simtomatik dari varian tersebut.

Tetapi sebuah studi pendahuluan yang dilakukan di Israel, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, menemukan bahwa vaksin itu hanya sekitar 64 persen efektif dalam mencegah penyakit simtomatik, tetapi 93 persen efektif dalam mencegah penyakit serius dari delta. Sementara menurut Pfizer, temuannya sendiri mirip dengan hasil temuan di Israel.

Johnson & Johnson baru-baru ini mengatakan bahwa satu suntikan vaksin COVID-19 juga melindungi terhadap varian Delta. Sementara Moderna juga mengatakan bahwa tes sampel darah dari orang yang divaksinasi menunjukkan sangat efektif dalam memproduksi antibodi terhadap varian Delta.

Para ahli mengatakan bahwa sebagian besar orang yang mengembangkan penyakit COVID-19 yang parah tidak divaksinasi.

“Data awal dari beberapa daerah di AS selama beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa 99,5 persen kematian akibat COVID-19 di Amerika Serikat terjadi pada orang yang tidak divaksinasi. Kematian itu dapat dicegah dengan suntikan (vaksin) yang aman,” kata Rochelle Walensky, direktur CDC pada konferensi pers tanggal 8 Juli.

 

Vaksin booster

Dari studi yang ada terlihat vaksin tampaknya melindungi orang dari tertular varian Delta, dan terutama dari mengembangkan penyakit parah dan kematian, maka booster dirasa tidak diperlukan untuk saat ini di Amerika Serikat kata para ahli, dikutip dari Buzzzfeed News.

"Perlindungan itu masih bertahan, bahkan jika ada percikan (virus) yang terjadi," kata ahli imunologi E. John Wherry, Direktur Institut Imunologi Penn, dalam menggambarkan jumlah kasus infeksi akibat varian COVID-19. Bahwa meskipun jumlah kasus meningkat, namun dianggap masih bisa ditahan dengan mengejar vaksinasi lengkap.

"Kami siap untuk dosis booster jika dan ketika ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa mereka dibutuhkan," pernyataan dari CDC dan FDA, dikutip dari Livescience.

"Orang Amerika yang telah divaksinasi lengkap tidak memerlukan suntikan booster saat ini. Kami terus meninjau data baru apa pun yang tersedia dan akan terus memberi informasi kepada publik," menurut pernyataan bersama dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Food and Drug Administration (FDA).

Pernyataan ini untuk menanggapi pengumuman oleh Pfizer-BioNTech yang berencana meminta otorisasi setempat untuk suntikan booster vaksin COVID-19. Alasannya untuk berjaga-jaga jika diperlukan, keputusan Pfizer untuk meminta otorisasi begitu cepat mengejutkan para ahli. Sehingga tak sedikit para ahli yang mengkritik pengumuman tersebut, dikutip dari The New York Times.

Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M!

Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M!
Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M! (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya