Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menjadi negara endemis penyakit dengue. Virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti ini bisa membuat orang yang terinfeksi alami sakit bahkan meninggal.
Memang sebagian orang ada yang mengalami dengue tanpa gejala, ada juga yang ringan. Namun, bila memperlihatkan gejala kurang baik, segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk mencegah keparahan akibat dengue.
Baca Juga
Baik anak, remaja atau orang dewasa yang terinfeksi harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit bila mengalami gejala demam mendadak lebih dari tiga hari. Lalu, diikuti dengan mual, muntah, nyeri otot, nyeri di belakang telinga, sakit kepala.
Advertisement
"Jadi, kalau sudah demam tinggi mendadak lebih dari tiga hari itu harus mencari pertolongan (medis). Apalagi disertai gejala mual, muntah, ditamnbah badan nyeri, sakit kepala," kata dokter spesialis anak konsultan Profesor Sri Rezeki Hadinegoro dalam konferensi pers bersama Kemenkes bertajuk Asean Dengue Day 2022 pada Rabu (15/6/2022).
"Jadi, kalau datang ke fasilitas pelayanan kesehatan di fase awal, yakni demam itu, insyaAllah tertolong," katanya.
Pada fase awal atau fase demam, pasien memerlukan minum yang cukup karena demam tinggi. Memang nafsu makan dan minum menurun pada fase ini tapi tetap perlu minum.
Bila tidak ditangani dengan bail lalu berlanjut ke fase kritis yang bisa menyebabkan terjadi kebocoran dari pembuluh darah. Dari bagian tersebut rembes keluar cairan. Hal ini membuat tekanan darah anak turun.
"Kalau tekanan darah turun terus akan jadi syok. Jangan sampai fase kritis ini terjadi," pesan Sri.
Â
Indonesia Endemis Dengue
Sri juga melaporkan bahwa dalam studi yang melibatkan 1.800-an anak, data menunjukkan pada anak di bawah satu tahun hasil pemeriksaan serologi menunjukkan 25 persen sudah pernah terkena dengue.
Lalu, pada anak di bawah lima tahun makin banyak persentase anak yang dalam hidupnya pernah terinfeksi virus tersebut. Baik disadari atau tidak.
"Lalu, pada anak umur sembilan tahun sekitar 90 persen sudah pernah. Mungkin kita yang sudah berumur ini juga pernah kena tapi enggak tahu," kata Sri.
Secara geografis memang Indonesia ini 'rumah' yang nyaman bagi nyamuk belang-belang hitam putih itu berkembang biak.
"Pertama, temperatur udara kita hangat. Lalu, dua kelembapan kita cocok untuk dia bertelur atau berkembangbiak. Nyaman buat nyamuk itu," kata wanita yang sudah sejak 1980-an menjadi dokter ini.
Meski Indonesia nyaman untuk perkembangbiakan nyamuk, hal yang bisa diupayakan mencegah nyamuk tersebut berkembang biak. Caranya dengan memastikan tidak ada genangan air bersih di sekitar rumah kita.
"Ingat ya nyamuk ini suka pada air bersih," katanya.
Jadi, selain tidak ada tampungan air di luar rumah, di dalam rumah pun tidak ada. Pastikan bagian menaruh gelas di dispenser itu kering. Lalu, tempat menaruh tetesan AC juga kerap dibuang agar tidak jadi tempat nyamuk berkembang biak.
"Hal-hal sepele seperti itu kerap yang jadi tempat perindukan nyamuk," kata Sri.
Â
Advertisement
Nyamuk Aedes Aegypti Suka Bau Manusia
Salah satu karakter nyamuk Aedes aegypti adalah menggigit banyak orang di waktu berdekatan. Jadi, tidak heran kerapkali ada satu keluarga yang terkena dengue.
"Ya itu karena nyamuknya gigit anak, ibu, bapak, pembantunya. Semuanya digigit," kata Sri.
Hal ini merupakan karakter nyamuk satu ini yang suka pada bau manusia. Maka dari itu, Sri juga berpesan agar tidak menaruh baju yang sudah beraroma keringat di balik pintu atau dicantelkan di tempat lain.
"Nyamuk Aedes aegpyti suka sekali di situ.
Kasus Dengue Menurun Selama Pandemi COVID-19
Hadir di kesempatan yang sama Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Tiara Pakasi. Ia mengatakan bahwa selama pandemi ini kasus dengue turun.
Diprediksi karena orang sering banyak di rumah sehingga lebih peduli pada kebersihan rumah.
"Dua tahun terakhir selama pandemi ini kasusnya turun, mungkin karena banyak yang WFH (work from home) jadi sering berantas tempat nyamuk," kata Tiara.
"Mudah-mudahan bukan karena underdiagnosis."
Advertisement