Menurunkan Berat Badan Didampingi Psikolog, Apa Bakal Lebih Efektif?

Umumnya masyarakat berolahraga untuk menjaga kesehatan tubuh. Di samping itu, ada pula yang memiliki tujuan lain seperti mencapai bentuk tubuh ideal atau sering pula disebut body goals.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 22 Jul 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2022, 08:00 WIB
Pengukuran komposisi tubuh dan konsultasi kesehatan
Anggota pramuka melakukan pengukuran komposisi tubuh dan konsultasi kesehatan bersama Mufit usai Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Saka Bakti Husada di area gedung Kementerian Kesehatan RI, Rabu (20/7/2022). (Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Liputan6.com, Jakarta Umumnya masyarakat berolahraga untuk menjaga kesehatan tubuh. Di samping itu, ada pula yang memiliki tujuan lain seperti mencapai bentuk tubuh ideal atau sering pula disebut body goal.

Namun, tak jarang di tengah perjuangan diet penurunan berat badan dan olahraga orang-orang merasa tak sabar atau putus asa karena tak ada perubahan signifikan. Maka dari itu, diperlukan peran psikolog dalam membantu mencapai body goals.

Seperti disampaikan Head Of Public Relations Mufit Indonesia, Fernando Surya. Menurutnya, untuk mencapai suatu body goals, seseorang berperang dengan dirinya sendiri.

“Dan setiap orang kan punya kelemahan apalagi yang doyan makan. Karena kalau seseorang itu ingin mencapai body goals tertentu ya 70 persennya itu ada di pola makan sedangkan di workout-nya hanya 30 persen,” ujar pria yang akrab disapa Nando kepada Health Liputan6.com usai upacara peringatan hari ulang tahun Saka Bakti Husada di Jakarta Selatan, Rabu (20/7/2022).

Jika pun ada pelatih atau trainer, lanjutnya, tapi kedua belah pihak (trainer dan klien) tidak dihabiskan 24 jam bersama dalam seminggu. Biasanya, trainer dengan klien hanya bertemu seminggu tiga kali selama satu jam setiap pertemuan.

“Selebihnya dia (klien) yang mengatur pola makannya sendiri. Kita bisa kasih rencana makan (meal plan) tapi apakah dia bisa menjalaninya dengan baik atau enggak.”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mendampingi Proses Diet

Head Of Public Relations Mufit Indonesia, Fernando Surya
Head Of Public Relations Mufit Indonesia, Fernando Surya (Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Nando tak memungkiri bahwa proses diet bisa mengganggu psikis. Apalagi pada orang yang memiliki berat badan 100 lebih dan ingin turun hingga 65-an.

“Itu psikisnya benar-benar terganggu, makanya kadang-kadang orang melakukan diet itu enggak sabar, pengennya instan. Nah itu sebenarnya enggak bagus untuk psikologisnya.”

“Pengaturan pola makan yang baik itu kan bertahap, namanya diet itu kan bukannya enggak makan sama sekali. Tapi kita mengatur pola makannya itu supaya bisa mencapai body goals tertentu misalnya lemaknya dikurangin, proteinnya ditinggiin.”

Hanya saja, ada beberapa orang yang memiliki kasus emotional eater, jika tidak makan mudah marah. Dalam kasus seperti ini psikolog bisa membantu untuk mendampingi orang-orang yang menjalani proses diet.

“Kita lihat psikolog ini bisa berperan banyak dalam kehidupan.”

Berbagai alasan tersebut melatarbelakangi Mufit untuk bekerja sama dengan psikolog. Mufit sendiri merupakan platform fitness dan wellness untuk gaya hidup sehat. Hingga kini, ada 30 psikolog yang bekerja sama dengan platform tersebut.


Akibat Kurang Aktivitas Fisik

Ilustrasi obesitas.
Ilustrasi obesitas. (dok. Jarmoluk/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan bahwa Generasi Z atau Milenial memiliki risiko obesitas dan penyakit degeneratif di masa depan.

Penyakit-penyakit seperti diabetes atau kelebihan berat badan, stroke, dan jantung angkanya meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Hal ini dikarenakan kurangnya aktivitas fisik.

Sebagai upaya menyehatkan masyarakat, Kemenkes RI dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) bekerja sama dengan Mufit mengadakan kegiatan kompetisi gerak 6.000 langkah. Kegiatan ini digelar bertepatan dengan hari ulang tahun Saka Bakti Husada (SBH) pada tanggal 17 hingga 20 Juli 2022.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengampanyekan hidup sehat kepada anggota Pramuka Saka Bakti Husada se-Indonesia, serta mengajak masyarakat Indonesia untuk mau bergerak.

Selain itu kegiatan ini diharapkan dapat membuka potensi kerja sama antara sektor swasta dan pemerintah. Kegiatan ini meliputi kompetisi gerak 6.000 langkah menggunakan aplikasi Mufit selama 4 hari berturut-turut (17 –20 Juli).


Mulai dengan Jalan 6.000 Langkah

jalan kaki
ilustrasi jalan kaki/Photo by milatas on Shutterstock

Kemenkes, Germas, dan Mufit mengajak masyarakat memiliki kebiasaan sehat dengan mulai rutin berjalan kaki 6.000 langkah dalam satu hari.

“Kita ini ingin mengajak masyarakat untuk sehat. Sebenarnya untuk sehat itu gampang kok enggak perlu pergi ke gym, bayar member mahal, cukup dengan 6.000 langkah,” kata Nando.

“Kami hadir dengan aplikasi ini supaya masyarakat punya target, satu hari kita mengajak masyarakat berjalan 6.000 langkah karena biasanya mereka naik kendaraan pribadi. Sedangkan di luar negeri kebanyakan naik transportasi umum jadi setiap hari jalan.”

Saat masyarakat menyalakan aplikasi tersebut maka langkahnya akan terhitung. Aplikasi ini dapat dipasang di ponsel karena masyarakat biasanya ke mana-mana bawa ponsel.

“Nanti akan terlihat kalori yang terbuang berapa dan yang masuk berapa. Misalnya makan nasi padang, nasi padang itu kalorinya berapa itu bisa dihitung. Makanya kita bekerja sama dengan Kemenkes untuk menggalakan 6.000 langkahnya.”

Angka 6.000 langkah dipilih lantaran menyesuaikan dengan keadaan masyarakat Indonesia.

“6.000 langkah saja orang sudah malas apalagi 10.000 langkah. Tapi 6.000 itu kita estimasi 4 sampai 5 kilo. Kadang-kadang dengan aktivitas kerja yang padat mereka enggak ada waktu. Tapi dengan meluangkan waktu sekitar 30 menit saja mereka masih bisa mencapai 6.000 langkah.”

Sedangkan, jika targetnya 10.000 langkah maka kemungkinan tidak dapat tercapai dalam 30 menit. Angka 6.000 juga dipilih agar anak-anak bisa ikut dalam gerakan ini.

“Sekarang kan anak-anak mainnya HP, main game, malas gerak, jadi kita juga ke sekolah-sekolah untuk mengajak anak-anak agar bergerak 6.000 langkah.”

Gerakan 6.000 langkah juga merupakan awal dari memulai kebiasaan sehat berjalan kaki. Sedangkan, jalan kaki sendiri merupakan kegiatan paling mudah untuk mulai bergerak.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya