Tak Kuat Dingin hingga Penglihatan Kabur, Kenali Apa Itu Empty Sella Syndrome

Empty Sella Syndrome seringkali tidak memiliki gejala awal, dapat membuat pasiennya tak kuat pada dingin dan penglihatannya ikut terganggu.

oleh Diviya Agatha diperbarui 28 Jul 2022, 06:47 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi Otak. Foto: Unsplash/ Robina Weermeijer
Ilustrasi Otak. Foto: Unsplash/Robina Weermeijer

Liputan6.com, Jakarta Empty Sella Syndrome (ESS) mungkin masih asing di telinga Anda. Kondisi yang tengah dialami oleh Ruben Onsu ini memang masuk dalam kategori penyakit langka.

Ruben Onsu diketahui sudah cukup lama sering bolak-balik masuk rumah sakit. Namun kondisi suami Sarwendah itu baru terungkap belakangan ini.

Dalam sebuah talkshow bersama Irfan Hakim dan Raffi Ahmad, Ruben Onsu mengungkapkan bahwa dirinya mengalami ESS dan terdapat bercak putih pada bagian otaknya.

ESS menyebabkan Ruben Onsu tidak tahan pada suhu dingin, penglihatannya kerap terganggu, dan badannya kaku saat sedang kambuh. Lalu, apakah sebenarnya ESS itu?

Mengutip laman WebMD, ESS merupakan kondisi langka yang menyebabkan adanya gangguan pada sella tursika, sebuah celah kecil pada tulang di dasar otak yang dapat menahan dan melindungi kelenjar pituitari.

ESS sendiri terbagi menjadi dua jenis yakni ESS primer dan ESS sekunder. Pada ESS primer, sella tursika terbentuk sedemikian rupa dan cairan di tulang belakang dapat bocor ke dalamnya.

Penumpukan cairan tersebut kemudian menekan kelenjar pituitari sehingga sella tursika pasiennya akan kosong. Itulah mengapa penyakit satu ini dinamai dengan sebutan Empty Sella Syndrome.

Sedangkan ESS sekunder menyebabkan kelenjar pituitari berada dalam kondisi yang kecil (menyusut). Hal ini dapat disebabkan oleh riwayat pasien apabila pernah menjalani operasi atau radiasi untuk tumor atau cedera di kepala yang serius.

Gejala Awal Seringkali Tidak Terdeteksi

Ilustrasi Penanganan Pecah Pembuluh Darah Otak Tanpa Pembedahan/dok. Unsplash Robina
Ilustrasi Penanganan Pecah Pembuluh Darah Otak Tanpa Pembedahan/dok. Unsplash Robina

ESS sendiri kebanyakan tidak memiliki tanda-tanda. Itulah mengapa para pasien seringkali tidak merasakan apapun sebelumnya dan bisa merasa sehat-sehat saja.

Namun, terdapat beberapa gejala yang umumnya muncul pada pasien dengan ESS. Berikut diantaranya.

  • Sakit kepala
  • Tekanan darah tinggi
  • Kelelahan
  • Impotensi (pada pria)
  • Gairah seks rendah
  • Tidak ada periode menstruasi atau tidak teratur (pada wanita)
  • Infertilitas

Sedangkan terdapat pula gejala yang tidak umum yang juga dapat muncul pada pasien ESS. Seperti perasaan tekanan dalam tulang, cairan tulang belakang bocor melalui hidup, pembengkakan di mata, dan penglihatan kabur.

Dalam kasus Ruben Onsu, dirinya merasa tidak tahan pada suhu dingin. Hal tersebut lantaran kelenjar pituitari memang merupakan kelenjar endokrin penting yang bertugas membuat hormon berbeda.

Kelenjar pituitari manusia terhubung ke hipotalamus melalui batang pembuluh darah dan saraf. Hipotalamus sendiri adalah bagian dari otak Anda yang mengontrol fungsi-fungsi seperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pencernaan.

Masuk Kategori Penyakit Langka

Ilustrasi penyakit langka
Ilustrasi penyakit langka Foto oleh MART PRODUCTION dari Pexels

Menurut publikasi dalam laman Cleveland Clinic, ESS begitu jarang terjadi dan masuk dalam kategori penyakit langka. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa terdapat kurang dari satu persen pasien yang pernah mengalami ESS dengan gejala.

Sedangkan dengan gejala terdapat sekitar delapan sampai 35 persen dari populasi yang mengalami.

Berdasarkan hasil pengujian neuroimaging, laporan lain yang diungkap oleh Cleveland Clinic juga memperkirakan bahwa ESS terjadi hanya pada sekitar 12 persen orang.

Bisa Terjadi pada Anak hingga Orang Dewasa

Menimbulkan Sakit Kepala dan Gangguan Kecemasan
Ilustrasi Sakit Kepala Credit: freepik.com

ESS diketahui juga dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Namun ESS primer sendiri biasanya terjadi pada individu berusia 30 sampai 40 tahun.

Para tenaga profesional biasanya menemukan ESS secara tidak sengaja melalui hasil pemeriksaan CT Scan atau MRI otak.

Menurut Cleveland Clinic, ESS juga tidak mengancam jiwa. Hal ini lantaran kebanyakan kasus ESS yang terjadi dapat ditangani dengan obat-obatan dan operasi.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya