Begini Gejala Gangguan Ginjal Akut Anak dan Lama Perawatan di RSCM

Gejala gangguan ginjal akut dan lama perawatan pasien anak yang masuk RSCM.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 21 Okt 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2022, 12:00 WIB
Doa untuk Kesembuhan Anak Agar Lekas Pulih
Ilustrasi Anak Sakit Credit: pexels.com/Catherine

Liputan6.com, Jakarta - Penanganan gangguan ginjal akut misterius atau Gangguan Ginjal Akut Atipikal Progresif (GgGAPA) pada anak di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta diupayakan optimal oleh tim dokter. Serangkaian tata laksana pemeriksaan dari gejala yang dialami pasien seperti pemeriksaan darah dan urine dilakukan.

Terkait gejala pasien, Direktur Utama RSCM Jakarta Lies Dina Liastuti mengungkapkan, banyak anak yang dirujuk ke RSCM sudah dalam kondisi tidak bisa kencing -- urine tidak keluar. Dalam kondisi akut, pasien anak yang didominasi balita bahkan harus membutuhkan perawatan hemodialisis (cuci darah).

"Kami (kebanyakan) menerima semua (pasien anak gangguan ginjal akut) yang sudah lama enggak bisa kencing. Apakah sebelumnya tidak bisa kencing? Dan kami sedang selidiki," ungkap Lies saat konferensi pers di Gedung Kiara, RSCM Jakarta pada Kamis, 20 Oktober 2022.

"Tentunya, pertama kali wawancara, semua ibu mengatakan sebelumnya 'tidak' (anaknya normal kencing) ya. Jadi, bukan anak-anak yang dari dulu udah ada gagal ginjal. Tapi kondisi enggak bisa kencing inilah yang justru membuat ibu-ibu itu datang mencari pertolongan, kok anak saya tidak bisa kencing?"

Pada tahap akut dan tidak bisa kencing, ginjal dalam kondisi rusak. Tidak bisa keluarnya urine akan berujung racun bagi tubuh.

Ditegaskan kembali, gejala awal gangguan ginjal atau gagal ginjal akut yang ditemukan RSCM bukan batuk pilek, melainkan ada masalah pada urine.

"Kalau sudah enggak bisa kencing, kondisi-kondisi itu yang membuat racun beredar dalam tubuh. Kemudian gejala gagal ginjal tentunya bukan batuk pilek. Pada ginjal kan ada saluran kencing, sedangkan batuk pilek pada saluran napas, itu saluran yang berbeda," beber Lies.

"Walaupun bisa saja nantinya membuat batuk, kalau cairan terlalu banyak sehingga enggak bisa napas karena paru-paru penuh cairan."

Kadar Kreatinin Naik

ilustrasi urine
ilustrasi urine. Image by bzndenis from Pixabay

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Eka Laksmi Hidayati menjelaskan kondisi awal pasien anak gangguan ginjal akut misterius hasil rujukan yang masuk ke RSCM Jakarta.

"Anak-anak ini umumnya didahului dengan gejala infeksi ringan seperti demam, batuk pilek atau demam, kemudian dengan muntah dan diare. Dalam 2-3 hari, 5 hari mengalami penurunan jumlah urine sampai tidak ada sama sekali urine," jelasnya.

"Pada saat itulah, mereka datang ke rumah sakit. Mereka sebelum dirujuk ke RSCM sudah mendatangi beberapa rumah sakit lain dan di sana sudah diperiksakan parameter kondisi pasien untuk mendiagnosis gagal ginjal atau gangguan ginjal akut."

Tanda utama gangguan ginjal akut, yaitu kadar kreatinin meningkat. Kadar kreatinin merupakan arameter utama untuk menilai fungsi ginjal.

"Untuk memperbaiki outcome, memperbaiki hasil pengobatan, tentu datang ke pelayanan kesehatan lebih dini, itu akan lebih baik. Artinya, proses gangguan ginjalnya belum terlalu lama," lanjut Laksmi.

"Apapaun penyakit yang berat bila deteksi dini, kemudian kita berikan terapi lebih cepat dan tepat, maka hasilnya umumnya akan lebih baik. Ya meskipun kita tidak tahu penyebabnya, sehingga mungkin saja polanya juga berbeda."

Sebagai informasi, kadar kreatinin adalah zat limbah dalam darah yang diproduksi oleh jaringan otot saat bergerak atau beraktivitas. Jumlah kreatinin di dalam darah diatur oleh ginjal. 

Pada tes kreatinin, jika melalui hasil tes diketahui kreatinin masih banyak terdapat dalam darah berarti fungsi ginjal terganggu. Kadar kreatinin normal dalam darah 1,2 mg/dL untuk wanita, sedangkan 1,4 mg/dL untuk pria. Jika kadarnya melebihi angka tersebut, artinya ginjal mengalami gangguan fungsi.

Butuh Hemodialisis

Permenkes No 30 Tahun 2019 Ancam Pelayanan Cuci Darah
Perawat memeriksa alat Fresenius Medical Care dan B Braun di Ruang Hemodialisis RSUD Tangerang Selatan, Banten, Rabu (6/11/2019). Permenkes No 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit akan berdampak pada pelayanan cuci darah atau Hemodialisis (HD). (merdeka.com/Arie Basuki)

Sebagaimana catatan kasus gagal ginjal akut misterius anak, Eka Laksmi Hidayati menerangkan, kasus anak yang masuk juga banyak membutuhkan hemodialisis (cuci darah).

"Sebetulnya dari pasien kami periode Agustus sampai September 2022, banyak pasien akhirnya membutuhkan dialisis tetapi yang kasusnya 1-2 di awal," terangnya.

"Kami punya dua pasien yang ketika datang dia tidak ada urine, kemudian kami perbaiki dengan natrium, kalium dan sebagainya kita perbaiki balance (seimbang). Kemudian dia bisa spontan berkemih. Jadi (terapi yang dilakukan) tanpa dialisis pada dua yang pasien yang seperti itu."

Hemodialisis atau terapi cuci darah di luar tubuh umumnya dilakukan oleh pengidap masalah ginjal yang ginjalnya sudah tak berfungsi dengan optimal. Pada dasarnya, tubuh manusia mampu mencuci darah secara otomatis, tapi bila terjadi masalah pada ginjal, ginjal akan kehilangan fungsinya 

Secara umum, Direktur Utama RSCM Jakarta Lies Dina Liastuti mengatakan ada lima hal yang bisa menyebabkan gagal ginjal akut secara umum.

"Yang pasti tidak alergi, bukan alergi. Jadi bisa infeksi, bisa kekurangan cairan yang sangat berat di peradangan yang hebat, kurang cairan, dan intoksikasi," lanjut Lies.

Berdasarkan data Perkembangan Jumlah Kasus RSCM Gangguan Ginjal Akut Misterius periode Januari sampai 20 Oktober 2022, terlihat kasus mulai meningkat pada Agustus 2022.

Rinciannya, 2 kasus ginjal akut pada Januari, 1 kasus pada Maret, 3 kasus pada Mei, 2 kasus pada Juni, 1 kasus pada Juli, 8 kasus di bulan Agustus, 20 kasus pada September, dan 11 kasus pada Oktober 2022.

Perawatan Lebih dari 3 Minggu

[Fimela] Ilustrasi rumah sakit
ilustrasi rumah sakit | pexels.com/@oles-kanebckuu-34911

Lies Dina Liastuti menambahkan, lama perawatan pasien anak dengan gagal ginjal akut misterius lebih dari tiga minggu. Sebab, pengobatan yang dilakukan cukup lama dengan berbagai penelitian.

"Mengobati cukup lama karena memang mengobatinya kan kita harus mengeluarkan racun yang ada, mau coba supaya keluar urine cukup," tambahnya.

"Lamanya kira-kira 10 hari lebih, ya ada yang tiga minggu dan rata-rata segitu, enggak ada yang kurang dari itu."

Secara umum, tata laksana singkat penanganan pasien rujukan gagal ginjal akut anak di RSCM diterangkan Lies. Bahwa mencari gejala yang timbul dalam kondisi anak tidak bisa kencing harus melihat fungsi ginjal.

"Jadi, bagaimana urine dari darah kita ketahui, dari apa yang kita dapatkan, hasilnya itu yang kita tanggulangi gejala simptomatiknya. Kalau dia memang demam, kami usahakan cairannya cukup. Sudah ada Standar Operasional Penanganan (SOP)," terangnya.

"Ada juga yang namanya panduan praktik dokter. Sudah menjadi kewajiban seorang dokter kalau gejala gagal ginjal akut begini, begini, lalu apa saja apa saja obatnya. Lalu, kita bisa melakukan langsung dialisis atau hemodialisis pada anak."

Infografis Gagal Ginjal Akut Misterius Renggut Jiwa Anak Indonesia
Infografis Gagal Ginjal Akut Misterius Renggut Jiwa Anak Indonesia (Liputan6/com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya