Pesan Dokter: Resolusi Menurunkan Berat Badan Jangan Muluk-Muluk

Realistis dalam menurunkan berat badan di tahun ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jan 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2023, 09:00 WIB
Membantu Proses Pembakaran Lemak
Ilustrasi Timbangan Berat Badan Credit: unsplash.com/iyunmai

Liputan6.com, Jakarta Di awal tahun, banyak orang yang memiliki semangat tinggi dalam mewujudkan resolusinya. Salah satu yang kerap jadi resolusi adalah menurunkan berat badan. Terkait hal ini, dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto berpesan agar memiliki target yang realistis.

"Goals atau resolusi yang bisa kita nyatakan pada awal tahun adalah cita-cita kita. Cita-cita boleh, enggak, tinggi? Boleh. Asal jangan terlalu muluk-muluk,” kata Michael.

Michael mencontohkan seseorang memiliki target berat badan turun 10 kg dalam setahun. Maka, targetkan hal tersebut untuk 12 bulan. Seperti turun 5 kg di enam bulan awal, sisanya diusahakan terpenuhi. 

“Bayangkan kalau yang berat badan ideal itu masih 10 kilogram, 20 kilogram, bahkan 30 kilogram, enggak mungkin kita dalam satu waktu itu dapat mencapai itu semua. Bertahap,” imbuh Michael mengutip Antara.

Penurunan berat badan biasanya lebih sulit untuk dilakukan bagi mereka yang sebelumnya sudah memiliki berat badan ideal. Biasanya mereka menunda menurunkan diet sehat dan olahraga. 

“Gangguannya terlalu banyak. ‘Selama ini saya sudah olahraga, cukup berat’, sehingga dengan mulai lagi, itu kan harusnya sih bisa, cuma malas tidak secara psikologisnya? Nah, tetap saja kita harus mulai dari bawah dulu,” kata dia.

 

Mulai Olahraga dengan Jalan Cepat

Ilustrasi jalan cepat
Ilustrasi jalan cepat. (Photo on Freepik)

Lazim terjadi usai liburan seperti Natal dan Tahun Baru banyak yang mengalami kenaikan berat badan. Michael menyarankan untuk memulai kembali latihan fisik dengan jalan cepat (racewalking).

Menurut dia, aktivitas fisik ini termasuk jenis yang paling murah dan mudah sehingga siapapun dapat melakukannya kapan pun dan di mana pun.

Berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), aktivitas fisik dengan intensitas sedang dapat dilakukan dengan durasi 150 menit per minggu. Apa Anda bingung membaginya secara harian? Michael mengungkap hal itu dapat dibagi-bagi dengan 30-50 menit dalam frekuensi 3-5 hari seminggu. Jika kebiasaan aktivitas fisik itu telah terbangun, maka program dapat ditingkatkan intensitasnya dengan olahraga yang lebih berat.

“Bila sudah biasa jalannya cepat, tentunya kita berpikir yang lain. Mau ditingkatkan boleh-boleh saja karena mungkin jalan cepat itu intensitasnya sudah terlalu ringan buat dia karena dia terbiasa,” kata Michael.

Fokus pada Hal Positif

Selain tak muluk-muluk, Direktur Medis di Anschutz Health and Wellness Center di Aurora Dr. Holly Wyatt menyampaikan bahwa kadang-kadang boleh melakukan kesalahan. Misalnya, satu kali absen berolahraga karena pekerjaan yang padat.

 

"Melakukan kesalahan sesekali tidak buruk," tutur Wyatt. "Itu tidak merusak seluruh minggu Anda."

Sebaliknya, ingatlah hal-hal yang telah dilakukan dengan benar dan ingatkan diri Anda tentang keberhasilan yang dicapai—besar dan kecil.

Berbanggalah untuk semua hal yang dilakukan dengan benar dan jangan menyalahkan diri sendiri tentang apa yang salah. Menjunjung tinggi resolusi tidak hanya tentang menyesuaikan tindakan tetapi juga pola pikir.

Setelah itu, cari tahu mengapa Anda berbuat kesalahan. Fokus pada alasan kesalahan membuat seseorang cenderung tidak mengulanginya lagi.

Pemilik gym dan pelatih pribadi Jamie Atlas juga berpikiran sama. "Ketika Anda membuat kesalahan, cari tahu alasannya dan belajar dari situ," ujarnya.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya