Timnas Indonesia Lolos Semifinal Piala AFF 2022, Dokter Beri 4 Tips Cegah Cedera

Ini tips yang harus diikuti pemain sepak bola Indonesia yang lolos semifinal Piala AFF 2022

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 05 Jan 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2023, 13:00 WIB
Foto: Mengintip Sesi Latihan Terakhir Timnas Indonesia Jelang Laga Perdana Kontra Kamboja di Piala AFF 2022
Sesi latihan diawali dengan pemanasan. Saddil Ramdhani dkk bergantian melakukan joging. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Liputan6.com, Jakarta Tim Nasional Indonesia berhasil lolos ke babak semifinal Piala AFF 2022. Seperti pemain bola pada umumnya, Skuad Garuda juga memiliki risiko terkena cedera di tengah permainan.

Kabar baiknya, cedera ketika bermain sepak bola dapat dicegah dengan beberapa cara, yakni:

Melakukan pemanasan dan pendinginan yang tepat

Mempersiapkan tubuh sebelum permainan berat dan beradaptasi dengan intensitas permainan adalah cara terbaik untuk mencegah cedera.

Latihan kekuatan otot dan latihan fleksibilitas

Kurangnya kekuatan dan fleksibilitas otot dapat menjadi faktor penyebab cedera olahraga, karenanya, penting untuk melakukan latihan penguatan otot secara berkala.

Pemilihan sepatu yang tepat

Sepatu menjadi salah satu faktor penting dalam pencegahan cedera olahraga dan peningkatan performa ketika bermain sepak bola. Pemilihan sepatu dapat disesuaikan dengan jenis kaki dan kondisi lapangan yang akan digunakan untuk bermain sepak bola.

Setiap lapangan memiliki kebutuhan sepatu yang berbeda, terutama di bagian sol sepatu bola yang terdapat stud atau pul.

Penanganan cedera hingga tuntas

“Melakukan penanganan cedera olahraga sampai tuntas untuk meminimalisasi cedera berulang adalah pencegahan sekunder yang sangat baik,” kata dokter spesialis kedokteran olahraga di Sport Medicine, Injury and Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya Grace Joselini Corlesa dalam keterangan pers, Kamis (5/1/2023).

Penanganan Cedera Non Operatif

Terkait penanganannya, cedera olahraga akibat bermain sepak bola dapat ditangani dengan tindakan non-operatif maupun operatif.

Non-operatif adalah tindakan untuk menangani cedera ringan yang tidak memerlukan operasi, penanganan yang dapat dilakukan adalah P.R.I.C.E yakni:

- Protect atau melindungi bagian yang cedera

- Rest atau mengistirahatkan area yang cedera

- Ice atau memberikan kompres dingin pada area yang cedera untuk mengurangi inflamasi

- Compress atau sedikit memberikan tekanan pada area yang cedera

- Elevate atau meninggikan anggota tubuh yang terkena cedera pada 24-36 jam setelah terjadinya cedera.

“Apabila keluhan nyeri atau pembengkakan tidak mereda, ada baiknya segera berkonsultasi ke dokter spesialis kedokteran olahraga,” kata Grace.

Dokter spesialis kedokteran olahraga akan melakukan pemeriksaan fisik, wawancara riwayat kesehatan dan kronologi terjadinya cedera. Dan merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang, dengan MRI, CT-Scan, atau X-ray dalam rangka menentukan diagnosis.

Teknologi Medis untuk Cedera

Setelah diagnosis ditentukan, dokter akan merancang program pemulihan yang sesuai dengan kondisi pasien.

Biasanya diperlukan sesi menggunakan teknologi medis dalam periode cedera akut. Serta ada sesi pelatihan untuk membantu memulihkan otot dan sendi yang cedera agar pasien dapat kembali berolahraga dan beraktivitas kembali pasca cedera.

Beberapa teknologi medis untuk penanganan cedera antara lain:

Cyrotheraphy

Cyrotheraphy atau prosedur terapi dingin dapat digunakan untuk menangani cedera olahraga akut. Metode ini biasa dilakukan setelah operasi atau rekonstruksi sendi, karena dapat membantu mengurangi cedera secara efektif. Misalnya pada penanganan pergeseran tulang, patah tulang, memar, keseleo, dan lainnya.

Sesi perawatan rata-rata per pasien berlangsung hanya 1-2 menit, tergantung klinis dan target terapi serta instruksi dokter yang merawat.

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Ini adalah metode penanganan non-invasif yang melibatkan arus listrik bertegangan rendah.

Anggota tubuh yang terasa nyeri akan dialiri impuls listrik yang menjalar pada serabut saraf, sehingga membantu mengurangi kepekaan terhadap rasa nyeri/sakit. Durasi pengobatan TENS yang optimal adalah 40 menit.

Penanganan Cedera Lainnya

Penanganan cedera lainnya yang melibatkan teknologi medis adalah:

Ultrasound Therapy

Ini adalah metode pengobatan dengan gelombang suara untuk merangsang jaringan di sekitar area cedera.

Getaran gelombang suara dapat merangsang produksi kolagen dan menciptakan panas dalam jaringan. Sehingga mampu mendorong penyembuhan pada jaringan lunak dengan meningkatkan metabolisme pada tingkat sel.

Metode ini berguna untuk membantu proses penyembuhan tulang, penanganan cedera ligamen, dan lainnya.

Jenis terapi ultrasound tergantung pada kondisi cedera. Untuk nyeri myofascial, strain, atau keseleo dapat digunakan ultrasound termal. Untuk jaringan parut, pembengkakan, dan carpal tunnel syndrome, ultrasound mekanis dapat bekerja lebih baik.

Waktu perawatan tergantung pada ukuran area yang dirawat, frekuensi dan intensitas yang digunakan (5-15 menit).

Exercise dan terapi latihan pasca cedera

Tujuan dari program terapi latihan adalah untuk mengembalikan semua aspek kesehatan seperti sebelum cedera dengan cara yang terkontrol dan terpantau. 

Terapi latihan harus dimulai sesegera mungkin (setelah fase peradangan awal – 72 jam). Dalam tahapan ini, dilakukan latihan fleksibilitas untuk meminimalisasi penurunan kisaran gerak sendi, latihan memperkuat otot, hingga latihan keseimbangan.

 

Infografis Jatuh Bangun Skuad Garuda di Piala AFF
Infografis Jatuh Bangun Skuad Garuda di Piala AFF (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya