Liputan6.com, Jakarta Asma merupakan penyakit kronis yang menyebabkan pasiennya mengalami penyempitan dan peradangan pada saluran pernapasan. Akibatnya, pasien bisa mengalami sesak napas yang mengganggu.
Namun di samping itu, yang menjadi kabar baik tentunya berkaitan dengan pengobatannya. Mengingat asma sebenarnya dapat terkontrol sehingga tidak mudah kambuh dengan pengobatan rutin.
Baca Juga
Lantas, bagaimana cara pengobatan asma yang tepat?
Advertisement
Menurut Ketua Pokja Bidang Asma & PPOK, Dr Budhi Antariksa, SpP(K), salah satu caranya berkaitan dengan dokter yang menangani. Budhi menuturkan bahwa asma bisa kambuh kembali jika pasien kerap gonta-ganti dokter.
"Kalau baru selesai pengobatan oleh satu dokter, terus sudah berhenti pengobatannya. Nanti akan kembali lagi dia kumat asmanya. Jadi memang harus bersabar," ujar Budhi dalam konferensi pers Hari Asma Sedunia bersama Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Selasa (2/5/2023).
Biang Kerok Asma Kumat Meski Sudah Berobat
Budhi mengungkapkan bahwa terkadang dalam perjalanan mengobati asma, kerap ada saja orangtua yang merasa tidak sabar. Alhasil, ada orangtua yang memilih untuk beralih pada dokter lain yang dianggap lebih baik.
Padahal, cara tersebut tidak akan membuat pengobatan asma menjadi efektif. Sebab, pengobatan asma memang dilakukan secara bertahap sambil melihat perkembangan pasien dalam beberapa bulan.
"Apalagi ibu-ibu atau orangtua kan juga merasa 'Ah belum sembuh ini. Coba ke dokter yang lain lagi, ke dokter X kayaknya bagus'. Nanti ke sana, tapi juga kalau tidak melakukan pengontrolan dengan baik, dia akan kumat lagi," kata Budhi.
Pengobatan Asma Tergantung Kriteria Penyebab
Budhi menjelaskan, pengobatan asma akan sangat bergantung dengan kriteria yang dialami oleh pasien. Itulah mengapa tiap pasien bisa punya pengobatan berbeda-beda caranya.
"Nah, untuk pengobatan asma di fasilitas kesehatan, itu biasanya kami akan memberikan pengobatan sesuai dengan kriteria asmanya," ujar Budhi.
"Pengobatannya itu sifatnya adalah continue. Dalam arti kata, obat-obat yang sifatnya mengontrol agar asmanya tidak terjadi cetusan. Jadi ambang rangsang untuk terjadinya sesak asmanya itu kita naikan dengan obat-obat yang kita berikan," sambungnya.
Budhi mengungkapkan bahwa pengobatan asma pun tidak bisa hanya dilakukan sesaat. Biasanya pengobatan asma akan dilakukan selama dua bulan untuk melihat perkembangan penyembuhannya pada pasien.
"Pengobatannya itu memang tidak bisa sesaat saja, dan itu harus sebulan dia harus pakai. Nanti dokternya harus menilai apakah asmanya sudah mulai terkontrol atau belum," kata Budhi.
Advertisement
Asma Terkontrol, Masih Harus Periksa Lanjutan
Lebih lanjut Budhi mengungkapkan bahwa saat pasien asma sudah menjalani pengobatan selama satu bulan, proses bisa berlanjut ke bulan berikutnya.
Fungsinya masih tetap sama yakni untuk melihat apakah asma yang dialami pasien sudah benar-benar terkontrol atau belum. Dengan begitu, obat yang diberikan nantinya bisa menyesuaikan.
"Setelah dia terkontrol masih tetap akan dilanjutkan pengobatannya sebulan. Nanti kita lihat lagi, ada kriteria untuk melihat apakah dia sudah terkontrol atau belum. Setelah dua bulan terkontrol penuh, kita bisa turunkan (obatnya)," ujar Budhi.
Asma Bisa Tahunan Jika Tak Terobati
Budhi mengungkapkan bahwa pasien yang tidak menjalani pengobatan dan tidak menghindari pula penyebab asmanya berisiko tidak sembuh hingga dewasa.
"Bisa juga dia akan terus-menerus (ada sampai dewasa) apabila memang asmanya itu tidak terkontrol," kata Budhi.
Terlebih, Budhi menambahkan, asma harus diketahui jelas pencetusnya. Hal itu lantaran asma akan berbeda pada tiap orang karena pencetusnya beragam.
"Harus mengetahui pencetusnya apa, karena pasien asma punya pencetus yang khas. Coba dinilai kenapa kok anak ini tiba-tiba asma kambuh," ujar Budhi.
Advertisement