Liputan6.com, Jakarta - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kembali menorehkan prestasi. Guru besar bidang Kimia Kedokteran FKUI Prof Ade Arsianti berhasil mengembangkan obat baru bagi penderita kanker payudara dan malaria.
Ade mengatakan, ia melakukan sintesis senyawa analog secara rekayasa struktur guna mendapat senyawa baru dengan aktivitas tinggi namun memiliki efek samping rendah dan lebih stabil.
Baca Juga
"Penelitian dan pengembangan obat baru secara sintetik memerlukan biaya tinggi. Oleh sebab itu, penelitian singkat yang dilakukan adalah menyintesis senyawa analog secara rekayasa struktur kimia untuk mendapatkan senyawa baru yang memiliki aktivitas lebih tinggi, toksisitas atau efek samping lebih rendah, lebih selektif, dan lebih stabil," ujar Prof Ade Arsianti melalui keterangannya, Rabu (27/12).
Advertisement
Inovasi rekayasa struktur molekul berbasis sintesis kimia, kata Ade, merupakan strategi yang sangat menjanjikan untuk mendapatkan analog obat sintetik yang unggul dari suatu senyawa bioaktif alami, seperti antimycin dan asam galat.
Dalam risetnya, Ade mengusung inovasi rekayasa struktur molekul dan sintesis senyawa analog Antimycin A3 yang berpotensi membunuh sel kanker payudara.
Hal tersebut juga dengan mempertimbangkan bahwa Antimycin A3 kurang efektif sebagai antikanker.
"Penelitian terdahulu, menyebutkan dilakton cincin sembilan pada Antimycin A3 kurang efektif sebagai antikanker," ujarnya, dilansir Antara.
Untuk itu, rekayasa struktur molekul dilakukan dengan memodifikasinya lewat gugus aktif tetralakton cincin 18 yang menghasilkan senyawa analog 2. Senyawa ini bisa dikembangkan sebagai kandidat obat baru untuk terapi kanker payudara, karena memiliki kemampuan lebih kuat dibandingkan Antimycin A3.
Diaplikasikan pada Senyawa Asam Galat
Inovasi rekayasa ini juga diaplikasikan pada senyawa asam galat, asam trihidroksibenbenzoat yang terdapat dalam tumbuhan dan buah-buahan yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, antijamur, antivirus, antiinflamasi, dan antikanker.
Senyawa turunan oktil galat, amil galat, dan propil galat merupakan tiga senyawa terbaik yang memiliki kestabilan dan afinitas tinggi. Uji in vitro menunjukkan, oktil galat dan amil galat memiliki aktivitas antimalaria yang lebih tinggi dibandingkan asam galat, sehingga bisa dikembangkan sebagai agen yang bisa menghambat Plasmodium falciparum.
Advertisement
Gunakan Teknologi Nanopartikel
Selain kedua inovasi tersebut, Ade menjelaskan tentang teknologi nanopartikel. Asam galat yang memiliki efek antikanker payudara namun bersifat hidrofilik, sehingga sulit berpentrasi ke dalam dinding sel kanker. Salah satu solusinya adalah dengan membuat sediaan asam galat dalam bentuk nanopartikel.
"Nanopartikel asam galat memberikan sitotiksisitas yang tinggi pada sel T47d dibandingkan asam galat bebas, sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai kandidat yang menjanjikan untuk terapi pengobatan kanker payudara," jelasnya.