7 Bayi di Gaza Meninggal karena Kedinginan, UNICEF: Ini Tragis dan Sulit Diterima

Dalam waktu sepekan sudah ada tujuh bayi yang meninggal karena kedinginan di Gaza. UNICEF sebuat bahwa kematian itu yang sebenarnya bisa dicegah.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 03 Jan 2025, 11:55 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2025, 10:00 WIB
2,4 Juta Pengungsi di Gaza Alami Krisis Pangan hingga Layanan Medis
Kepala rumah sakit lapangan di Gaza, Marwan al-Hamas mengatakan jumlah anak yang meninggal akibat kedinginan dalam beberapa pekan terakhir meningkat menjadi lima orang. (BASHAR TALEB/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Cuaca dingin yang di Gaza sejak akhir Desember 2024 membuat beberapa bayi tak berdaya. UNICEF melaporkan ada tujuh bayi yang meninggal karena kedinginan di Gaza.

Salah satu yang meninggal adalah bayi di Gaza yang lahir prematur bernama Jomaa al-Batran. Bayi berusia 20 hari itu meninggal dengan kondisi kepala sedingin es seperti disampaikan sang ayah.

Usai kejadian itu, lembaran Jomaa, yakni Ali, segera dipindahkan ke ruang perawatan intensif di Martyrs Hospital.

Sang ayah bercerita, bahwa tim medis sudah meminta kepada mereka untuk menjaga bayi-bayi tersebut agar tetap hangat. Hal itu penting lantaran mereka tinggal di tenda pengungsian dan suhu Gaza saat itu di bawah 10 derajat Celsius.

"Namun, kami ini ada berdelapan dan hanya punya empat selimut," tutur sang ayah mengutip AP.

UNICEF pun menyoroti soal yang semakin memburuk di wilayah tersebut di musim dingin.

"Sangat tragis dan tidak dapat diterima bahwa sejak 23 Desember, ada 7 bayi baru lahir dan bayi dilaporkan meninggal karena kedinginan dan kurangnya tempat berlindung yang memadai di Gaza," kata Manajer Komunikasi UNICEF, Ricardo Pires kepada Anodulu ditulis Jumat, 3 Januari 2025. 

Pires mengungkapkan bahwa kematian tersebut sangat bisa dicegah. Namun, kondisi yang memburuk harus dihadapi keluarga dan anak-anak di Gaza selama lebih dari 14 bulan.

 

 

 

UNICEF Wanti-Wanti soal Suhu Terus Turun

Pires pun mewanti-wanti soal kemungkinan adanya bayi lain yang bisa meninggal. Hal ini lantaran suhu di Gaza terus menurun.

"Dengan suhu yang diperkirakan akan terus menurun, sangat disayangkan bahwa lebih banyak nyawa anak-anak akan hilang akibat kondisi tidak manusiawi yang mereka alami, yang tidak memberikan perlindungan dari dingin," kata Pires.

Selain Hadapi Cuaca Dingin, Keluarga di Gaza

Selain cuaca dingin, keluarga-keluarga di Gaza harus menghadapi krisis kemanusiaan yang lebih luas. Pires mengatakan bahwa keluarga di Gaza kesulitan memiliki tempat berlindung, nutrisi, dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.

"Efek akibat dingin, seperti radang dingin dan hipotermia, menimbulkan risiko serius bagi anak-anak kecil di tenda-tenda dan tempat penampungan sementara lainnya yang tidak dilengkapi dengan peralatan memadai untuk cuaca dingin. Bagi bayi baru lahir, bayi, dan anak-anak yang rentan secara medis, bahayanya bahkan lebih akut," kata Pires.

 

Upaya UNICEF

Pires mengungkapkan di kondisi sulit ini UNICEF tetap berkomitmen untuk "terus bekerja tanpa lelah". Diantaranya mendistribusikan pakaian musim dingin, selimut, dan perlengkapan darurat kepada anak-anak.

Namun, butuh skala yang lebih besar untuk bisa menyelamatkan keluarga di Gaza.

"Namun, kemampuan lembaga-lembaga kemanusiaan untuk memberikan bantuan yang menyelamatkan jiwa dalam skala yang dibutuhkan masih sangat terbatas," tambahnya.

Infografis Dampak Setahun Agresi Militer Israel ke Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Dampak Setahun Agresi Militer Israel ke Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya