Penyu hijau dikenal sebagai hewan yang proses perkembangbiakannya cukup lambat, dengan siklus bertelur sekitar 2-8 tahun sekali. Untuk melestarikan hewan laut satu ini perlu usaha nyata karena kian lama jumlahnya terus menurun dengan banyaknya perburuan liar serta penjualan telur penyu secara ilegal.
Agar hal seperti itu tidak terus terjadi, Bio Farma bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, serta kelompok konservasi penyu Sukabumi (KKPS), berinisiatif melakukan konservasi penyu hijau.
Direktur Utama Bio Farma Indonesia Iskandar mengatakan, hal ini dilakukan agar penyu hijau tidak habis begitu saja. Sebab, bila sampai hal ini terjadi, bukan hanya rantai makanan saja yang terputus, tapi nelayan pun ikut merasakan dampak yang tidak mengenakkan.
"Bila penyu hijau hilang, maka ganggang hijau akan dominan. Bila ganggang hijau dominan, ia akan meledak. Jika meledak, akan jadi racun buat ikan kecil, yang mengakibatkan ikan kecil mati. Bila ikan kecil mati, ikan besar tidak makan. Rantai makanannya akan rusak. Kalau semua rusak, bagaimana nasib para nelayan? Mereka nggak bisa bekerja," kata Iskandar.
Hal ini disampaikannya dalam acara Media Gathering bertema 'Biofarma Menuju CSR Terpercaya dan Mari Adopsi Penyu', Ujung Genteng, Sukabumi, Jawa Barat, ditulis Senin (16/9/2013).
Sejak Juli 2013, Bio Farma mengevaluasi 123 sarang penyu, dan hasilnya penyu yang bertelur di atas 100 butir 98 persen menetas menjadi tukik (anak penyu) dengan baik. "Beda dengan konservasi menggunakan metode pindah tangan, yang dapat menetaskan telur kurang dari 70 persen," tambah Iskandar.
Bagi Iskandar, program ini tidak akan berhasil bila tidak mendapat dukungan dari sekitar. Untuk itu, melalui Bio Farma diberikanlah edukasi serta pemberdayaan kepada masyarakat, untuk mencegah agar pencurian penyu ini tidak terjadi.
"Tidak hanya itu, edukasi juga diberikan agar perusakan terhadap sarang dan telur penyu tidak terjadi," jelas pria bertubuh gemuk ini.
Untuk mendukung program ini berjalan lancar, Bio Farma pun mengajak BUMN (Badan Usaha Milik Negara), swasta, dan masyarakat umum berpartisipasi aktif melestarikan ekosistem penyu hijau, dengan memberikan bantuan berupa dana untuk biaya operasional pemeliharaan sarang penyu.
"Biayanya sebesar Rp 1 juta per sarang, kepada kelompok Konservasi Penyu Sukabumi (KKPS)," terang dia.
(Adt/Mel)
Agar hal seperti itu tidak terus terjadi, Bio Farma bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, serta kelompok konservasi penyu Sukabumi (KKPS), berinisiatif melakukan konservasi penyu hijau.
Direktur Utama Bio Farma Indonesia Iskandar mengatakan, hal ini dilakukan agar penyu hijau tidak habis begitu saja. Sebab, bila sampai hal ini terjadi, bukan hanya rantai makanan saja yang terputus, tapi nelayan pun ikut merasakan dampak yang tidak mengenakkan.
"Bila penyu hijau hilang, maka ganggang hijau akan dominan. Bila ganggang hijau dominan, ia akan meledak. Jika meledak, akan jadi racun buat ikan kecil, yang mengakibatkan ikan kecil mati. Bila ikan kecil mati, ikan besar tidak makan. Rantai makanannya akan rusak. Kalau semua rusak, bagaimana nasib para nelayan? Mereka nggak bisa bekerja," kata Iskandar.
Hal ini disampaikannya dalam acara Media Gathering bertema 'Biofarma Menuju CSR Terpercaya dan Mari Adopsi Penyu', Ujung Genteng, Sukabumi, Jawa Barat, ditulis Senin (16/9/2013).
Sejak Juli 2013, Bio Farma mengevaluasi 123 sarang penyu, dan hasilnya penyu yang bertelur di atas 100 butir 98 persen menetas menjadi tukik (anak penyu) dengan baik. "Beda dengan konservasi menggunakan metode pindah tangan, yang dapat menetaskan telur kurang dari 70 persen," tambah Iskandar.
Bagi Iskandar, program ini tidak akan berhasil bila tidak mendapat dukungan dari sekitar. Untuk itu, melalui Bio Farma diberikanlah edukasi serta pemberdayaan kepada masyarakat, untuk mencegah agar pencurian penyu ini tidak terjadi.
"Tidak hanya itu, edukasi juga diberikan agar perusakan terhadap sarang dan telur penyu tidak terjadi," jelas pria bertubuh gemuk ini.
Untuk mendukung program ini berjalan lancar, Bio Farma pun mengajak BUMN (Badan Usaha Milik Negara), swasta, dan masyarakat umum berpartisipasi aktif melestarikan ekosistem penyu hijau, dengan memberikan bantuan berupa dana untuk biaya operasional pemeliharaan sarang penyu.
"Biayanya sebesar Rp 1 juta per sarang, kepada kelompok Konservasi Penyu Sukabumi (KKPS)," terang dia.
(Adt/Mel)