Vaginoplasty Tak Kembalikan Keperawanan dan Berisiko

Operasi vaginoplasty dilakukan hanya jika ada indikasi medis, terdapat risiko seperti perdarahan atau bahkan dapat mencederai organ lain.

oleh Kusmiyati diperbarui 06 Des 2013, 13:30 WIB
Diterbitkan 06 Des 2013, 13:30 WIB
perawatan-vagina-131115b.jpg
Banyak yang salah mengira operasi vaginoplasty adalah prosedur operasi yang dapat mengembalikan keperawanan seorang wanita.

"Salah kalau ada yang berpikir vaginoplasty itu mengembalikan keperawanan. Operasi ini biasanya ibu yang sudah mengalami persalinan sampai tiga atau empat kali sehingga vaginanya longgar. Nah vaginoplasty dilakukan untuk mengembalikan sistem otot-ototnya, tetapi dilakukan hanya jika ada indikasi medis," kata Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dr. Nurdadi Saleh saat diwawancarai Liputan6.com, Jumat (6/12/2013).

Nurdadi juga menambahkan setiap prosedur operasi seperti vaginoplasty memiliki risiko. "Semua yang namanya prosedur operasi ada risikonya, kalau vaginoplasty itu punya beberapa risiko, jadi dilakukan hanya jika benar-benar diperlukan. Konsultasi dengan dokter sangat diperlukan," ujarnya.

Beberapa risiko tersebut yaitu risiko pembiusan, pendarahan, infeksi dan cedera pada organ lain di sekitarnya. "Ada banyak saraf atau organ disekitarnya, operasi ini bisa berisiko mencederai sekitarnya. Maka itu para dokter sebelum melakukan operasi selalu memberi informasi risikonya," kata Nurdadi menjelaskan.

Nurdadi menegaskan operasi vaginoplasty dilakukan hanya jika benar-benar diperlukan. "Sekali lagi saya tegaskan operasi hanya dilakukan jika benar-benar dibutuhkan. Operasi itu dilakukan ya kalau ada indikasi medis, kalau tidak sebaiknya tidak dilakukan," tegas Nurdadi.

(Mia/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya