5 Dampak Negatif Tidur dengan Lampu Menyala

Tidur dengan lampu menyala bisa menurunkan kualitas beristirahat.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 11 Okt 2019, 12:55 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2019, 12:55 WIB
Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta Banyak orang harus tidur dalam keadaan lampu menyala. Namun, tak sedikit pula orang yang lebih nyaman tidur dengan lampu padam.

Faktanya, mematikan atau menyalakan lampu saat tidur malam dapat memengaruhi kesehatan. Mematikan lampu sebelum tidur jauh lebih dari sekadar fase sebelum tidur.

Tidur dengan lampu menyala dianggap merugikan untuk mendapatkan istirahat malam yang baik. Tidak mendapatkan kualitas tidur yang baik dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan. Tidur dengan lampu menyala dikaitkan dengan gangguan siklus tidur. Kondisi ini membuat seseorang tak dapat tidur nyenyak.

Tidur yang nyenyak akan membuat Anda segar kembali. Umumnya, para ahli menyarankan untuk tidur tujuh hingga sembilan jam semalam untuk mendapatkan energi dan tetap sehat. Paparan cahaya selama tidur membuat otak sulit untuk mencapai tidur yang lebih nyenyak.

Berikut dampak negatif tidur malam dengan lampu menyala, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (11/10/2019).

Ganggu Siklus Tidur

20160303-Ilustrasi Insomnia-iStockphoto
Ganggu siklus tidur (iStockphoto)

Saat tidur, tubuh memroduksi hormon melatonin yang mendukung kualitas tidur. Paparan cahaya, baik lampu, tv, atau gadget dapat dapat menghambat produksi hormon ini.

Kekurangan melatonin saat tidur dapat memengaruhi siklus tidur normal. Efek ini bahkan dapat bertahan lama sehingga Anda akan memiliki pola tidur yang kacau tiap hari.

Cahaya terang di malam hari, sekitar tengah malam, dapat mendorong siklus tidur kembali sekitar setengah jam. Ini membuat Anda susah untuk tidur di malam berikutnya. Sebaliknya, cahaya terang di pagi hari, ketika pertama kali bangun, memajukan siklus tidur, membuat Anda merasa ngantuk di pagi hari.

Bagi orang-orang yang tidur dengan paparan cahaya, hasil akhirnya adalah siklus tiduryang tidak teratur dan kondisi kesehatan yang buruk. Hubungan antara penerangan malam hari, gangguan tidur, dan risiko kesehatan juga begitu kuat.

Bangun dengan Keadaan Lelah

20160303-Ilustrasi Insomnia-iStockphoto
Bangun dengan keadaan lelah (iStockphoto)

Selama siang dan sore hari cahaya lampu memang akan meningkatkan kewaspadaan dan suasana hati. Tapi cahaya ini tak baik dibawa saat tidur. Paparan cahaya sebelum atau selama waktu tidur dapat membuat Anda sulit untuk tidur dan tetap tidur karena otak tidak akan membuat cukup melatonin yang merangsang tidur.

Bahkan jika Anda berhasil tertidur dengan lampu menyala di kamar, Anda mungkin tidak mendapatkan cukup tidur rapid eye movement (REM). Menurut National Sleep Foundation, tidur REM diyakini bermanfaat untuk belajar, memori, dan suasana hati. REM inilah yang dibutuhkan selama tidur malam untuk istirahat.

Paparan cahaya selama tidur membuat otak terus bekerja dan menganggu kualitas tidur. Irama dasar tubuh, termasuk siklus tidur, terkait dengan paparan cahaya. Akibatnya Anda merasa lelah keesokan harinya bahkan setelah tidur lebih dari 7 jam.

Depresi

Depresi
Ilustrasi depresi (iStockphoto/AntonioGuillem)

Tidur dengan lampu menyala telah dikaitkan dengan depresi. Cahaya lampu saat tidur dapat memengaruhui suasana hati seharian. Ini juga termasuk cahaya biru pada gadget atau komputer. Gangguan tidur sangat terkait dengan risiko depresi dan pengalaman depresi.

Siklus tidur yang buruk dapat memengaruhi pola gelombang otak, produksi hormon, dan pengaturan sel. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Molecular Psychiatry menunjukkan bahwa bahkan pencahayaan redup di malam hari - setara dengan cahaya malam - dapat meningkatkan perubahan fisiologis yang mengarah pada depresi pada tikus.

Kurang tidur juga dapat menyebabkan kemurungan dan lekas marah. Anak-anak yang kurang tidur mungkin lebih hiperaktif.

Obesitas

Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)
Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)

Satu studi pada wanita menemukan bahwa obesitas lebih banyak terjadi pada mereka yang tidur dengan televisi atau lampu menyala. Partisipan studi juga 17 persen lebih mungkin untuk menaikkan berat badan sekitar 5 kg dalam 1 tahun. Faktor yang paling banyak memengaruhi adalah sumber cahaya di dalam kamar. Ini bisa berupa cahaya lampu, tv, atau gadget.

Salah satu faktor dalam kekurangan obesitas yang disebabkan oleh tidur adalah asupan makanan. Penelitian telah menunjukkan bahwa semakin sedikit tidur yang didapatkan, semakin banyak makanan yang kemungkinan akan dimakan pada hari berikutnya. Ini juga dapat memengaruhi waktu makan. Cahaya lampu dapat membuat Anda susah tidur sehingga memicu untuk ngemil larut malam. Ini sangat berpotensi menambah berat badan.

Peningkatan Risiko Penyakit Kronis

Ilustrasi orang sakit
Ilustrasi orang sakit (sumber: iStockphoto)

Jika cahaya terus mengganggu tidur dalam jangka panjang, Anda bisa berisiko lebih tinggi terhadap penyakit kronis tertentu. Ini termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.

Cahaya pada malam hari adalah faktor risiko yang signifikan untuk mengembangkan kanker payudara, menurut para peneliti yang meninjau data dari 1.679 wanita dan menerbitkan temuan mereka di Chronobiology International. Peneliti juga menemukan bahwa siklus tidur yang kacau akibat cahaya dapat menganggu kesuburan.

Bagaimana jika hanya bisa tidur dengan lampu menyala?

Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Mungkin Anda terbiasa membiarkan lampu menyala saat tidur. Ini juga sering dialami oleh anak-anak yang takut gelap. Anda bisa mensiasatinya dengan menggunakan bohlam lampu malam merah atau oranye, gunakan cahaya redup agar tubuh dapat tetap memroduksi melatonin.

Selain itu, setelah bangun di pagi hari segeralah mencari cahaya matahari untuk membantu tubuh mengatur jam internalnya, terutama jika ingin menjaga waktu bangun yang konsisten. Berolahragalah di awal hari, seperti di pagi atau sore hari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya