Liputan6.com, Jakarta Penyebab konflik sosial dalam masyarakat dapat terjadi karena beberapa faktor. Konflik adalah sebuah gejala sosial yang akan selalu hadir dalam kehidupan bermasyarakat. Konflik bersifat inheren, yang artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, di mana saja dan kapan saja.
Pada umumnya istilah konflik sosial yaitu pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh di kehidupan. Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.
Advertisement
Baca Juga
Faktor penyebab konflik sosial meliputi perbedaan perorangan, kebudayaan, kepentingan, dan perubahan sosial yang terlalu cepat. Sebagai gejala sosial, konflik merupakan hal yang wajar terjadi dalam setiap masyarakat. Ini terjadi karena setiap individual atau kelompok memiliki keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan, kekuasaan, prestise, atau dukungan sosial.
Untuk lebih rinci, berikut ini penjelasan mengenai penyebab konflik sosial dalam masyarakat dan latar belakang yang mendasarinya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (31/8/2021).
Pengertian Konflik Sosial Menurut Para Ahli
Kata 'konflik' secara etimologis berasal dari bahasa Latin 'con' yang berarti 'bersama' dan 'fligere' yang artinya 'benturan atau tabrakan'. Sehingga konflik sosial diartikan sebagai serangkaian fenomena yang bertentangan dan terjadi pertikaian antara individu melalui konflik kelas hingga internasional. Sedangkan menurut para ahli, pengertian konflik sosial adalah sebagai berikut.
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip
Mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dinetralisir atau dilangsungkan atau dieliminir saingannya.
Webster
Sementara itu, menurut Webster istilah conflict dalam bahasa latin berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan, yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Sedangkan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) oleh Poerwadarminta, konflik berarti pertentangan atau percekcokan. Pertentangan muncul ke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua pihak yang berseberangan (dalam Novri Susan, 2009: 4).
Robert M.Z. Lawang
Konflik sosial sebagai perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan dengan tujuan memperoleh keuntungan sekaligus menundukkan pesaing.
Advertisement
Penyebab Konflik Sosial
Terdapat setidaknya 4 faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat, yaitu:
1. Perbedaan Individual
Penyebab konflik sosial dalam masyarakat yang pertama adalah adanya perbedaan individual. Setiap manusia adalah individu unik karena tidak pernah ada kesamaan mutlak antara seseorang dengan orang lain. Ketika terjadi interaksi antar individu, terjadilah perbedaan perasaan, pendapat, tujuan, dan keinginan yang menimbulkan konflik sosial.
Setiap pihak yang berkonflik akan berusaha melenyapkan lawannya, baik secara simbolik maupun tidak untuk dapat memenangkan kepentingannya. Sebagai contoh adalah pesta musik yang dilakukan pada malam hari di sebuah kampung. Sebagian individu akan terhibur dengan pesta musik tersebut. Namun, anggota masyarakat lain, yang mungkin memiliki bayi kecil atau yang hanya punya waktu istirahat pada malam hari, bisa saja berpendapat berbeda.
2. Perbedaan Kebudayaan
Penyebab konflik sosial dalam masyarakat yang selanjutnya adalah adanya perbedaan kebudayaan. Latar belakang budaya yang berbeda dapat memengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku individual dalam sebuah kelompok. Bahkan, dalam kelompok yang sama, tidak tertutup kemungkinan adanya perbedaan kebudayaan, karena budaya lingkungan keluarga yang membesarkan setiap individu berbeda-beda.
Ukuran yang dipakai oleh sebuah kelompok tidak akan sama dengan yang lain. Perbedaan ini dapat menimbulkan sikap etnosentrisme, sikap bahwa kelompok sendiri adalah yang paling baik, biasanya disertai dengan meremehkan kelompok lain. Dari hal ini bisa muncul konflik sosial dengan dasar perbedaan kebudayaan.
3. Perbedaan Kepentingan
Penyebab konflik sosial dalam masyarakat yang selanjutnya adalah adanya perbedaan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya. Pada dasarnya, setiap individual atau kelompok memiliki kepentingan berbeda terhadap sesuatu. Jika kepentingan ini dibenturkan, maka yang terjadi adalah "pertarungan" untuk menentukan kepentingan yang lebih dimenangkan.
4. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat
Penyebab konflik sosial dalam masyarakat yang selanjutnya adalah adanya perubahan sosial yang terjadi secara cepat dan mendadak akan menciptakan keguncangan proses sosial di dalam masyarakat. Faktor ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat jadi penting. Perubahan itu dapat berpengaruh pada bergantinya sistem nilai yang berlaku.
Hal ini terjadi karena setiap individual atau kelompok memiliki cara berbeda dalam menanggapi perubahan sosial tersebut. Ada yang cepat beradaptasi, ada yang menolak, dan sebagainya. Ada individu atau kelompok yang awalnya mendapatkan keuntungan atas sistem nilai terdahulu, kemudian setelah terjadi perubahan sosial, justru dirugikan. Sebaliknya, ada pula individu atau kelompok yang awalnya dirugikan, kemudian diuntungkan. Perbedaan cara pandang atas perubahan sosial inilah yang dapat menimbulkan konflik sosial.
Akibat Terjadinya Konflik
Ada beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh adanya pertentangan atau konflik (Soerjono Soekanto, 2006: 95-96), yakni:
- Bertambahnya solidaritas in-group Apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, maka solidaritas dalam kelompok tersebut akan bertambah erat.
- Hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok Pecahnya persatuan dalam kelompok apabila pertentangan dalam satu kelompok itu terjadi.
- Perubahan kepribadian para individu.
- Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
- Akomodasi, dominasi dan takluknya salah satu pihak.
Advertisement
Cara Penyelesaian Konflik Sosial
Terdapat beberapa cara untuk menyelesaikan konflik (Soerjono Soekanto, 1990: 77-78), yaitu:
1. Coercion (Paksaan)
Penyelesaiannya dengan cara memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah. Coercion merupakan suatu cara dimana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Cara ini sering kurang efektif karena salah satu pihak harus mengalah dan menyerah secara terpaksa.
2. Compromise (Kompromi)
Suatu cara dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3. Arbitration (Arbitrasi)
Merupakan suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan diantara kedua belah pihak. Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat.
4. Mediation (Penengahan)
Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta melapangkan jalan untuk pemecahan masalah secara terpadu.
5. Conciliation (Konsiliasi)
Merupakan suatu usaha untuk mempertemukan keinginan- keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.