Liputan6.com, Jakarta Autis adalah istilah yang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga banyak orang. Pasalnya, autisme terus meningkat dari tahun ke tahun. Autisme sendiri merupakan ketidakmampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.Â
Baca Juga
Orang dengan gejala autis biasanya memiliki dunianya sendiri dan tampak tidak peduli dengan sekitarnya. Anak autis biasanya terlambat dalam berbahasa lisan saat berusia 1-6 tahun, mengunakan kata atau bahasa secara berulang-ulang, dan memainkan permainan yang itu-itu saja, serta tidak berminat dalam berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.
Advertisement
Autis adalah gangguan perkembangan fungsi otak. Kebiasaan yang di luar perilaku normal ini biasanya sudah terlihat saat anak berusia 3 tahun. Pada saat-saat inilah biasanya orang tua menyadari bahwa ada yang berbeda pada anak mereka.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (18/4/2022) tentang autis adalah.
Autis adalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), autis adalah penderita autisme. Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang berakibat tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya sehingga perilaku hubungan dengan orang alin terganggu.
Autisme atau autis adalah gangguan perkembangan fungsi otak. Gangguan ini mencakup bidang sosial dan fungsi afeksi, komunikasi verbal dan non verbal, imajinasi, fleksibilitas, lingkup interest (minat), kognisi dan atensi.
Autism spectrum disorder atau autis adalah sebutan bagi orang-orang yang mengalami gangguan pada sistem sarafnya dan memengaruhi perilakunya sehari-hari. Anak autis adalah anak-anak yang biasanya terlambat dalam berbahasa lisan saat berusia 1-6 tahun, mengunakan kata atau bahasa secara berulang-ulang, dan memainkan permainan yang itu-itu saja, serta tidak berminat dalam berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.
Kebiasaan yang di luar perilaku normal ini biasanya sudah terlihat saat anak berusia 3 tahun. Pada saat-saat inilah biasanya orang tua menyadari bahwa ada yang berbeda pada anak mereka.
Advertisement
Penyebab Autisme
Penyebab autisme hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Menurut penelitian, beberapa penyebab autis adalah sebagai berikut:
- Faktor genetik
- Ketidakseimbangan biokimia
- Faktor metabolik
- Beberapa kasus yang tidak biasa, autisme disebabkan oleh infeksi virus (TORCH), penyakit- penyakit lainnya seperti fenilketonuria (penyakit kekurangan enzim), dan sindrom X (kelainan kromosom).
Sementara itu, menurut studi yang dilakukan Lumbantobing (2000), faktor penyebab autis adalah sebagai berikut:
- Faktor genetik. Pada hasil penelitian ditemukan bahwa 2-4% dari saudara kandung juga menderita penyakit yang sama.
- Faktor keluarga dan psikologi. Respons anak-anak terhadap stressor dari keluarga dan lingkungan.
- Kelainan organ-organ biologi dan neurologi (saraf). Berhubungan dengan kerusakan organ dan saraf yang menyebabkan gangguan fungsi-fungsinya, sehingga menimbulkan keadaan autisme pada penderita.
- Faktor pada kehamilan dan kelahiran
- Faktor biokimia
- Faktor kekebalan tubuh. Berhubungan pada masa kehamilan, faktor kekebalan tubuh ibu yang tidak dapat mencegah infeksi sehingga terjadi kerusakan jaringan saraf bayi .
Gejala Autisme
Gejala autis biasanya sudah terlihat sebelum anak berusia 3 tahun. Beberapa gejala autis adalah tidak adanya kontak mata dan tidak adanya respons terhadap lingkungan. Jika tidak dilakukan terapi, maka setelah usia 3 tahun perkembangan anak akan berhenti atau mundur. Seperti tidak mengenal suara orang tuanya dan tidak mengenali namanya.
Beberapa gejala autis adalah adanya gangguan interaksi sosial, hambatan dalam komunikasi ucapan dan bukan ucapan (bahasa tubuh dan isyarat), serta kegiatan dan minat yang aneh atau sangat terbatas.
Sementara itu, sifat-sifat yang bisa dikenalai pada anak autis adalah:
- Menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata
- Lebih senang menyendiri atau menarik diri dari pergaulan
- Sulit bergabung dengan anak-anak yang lain
- Aktif atau justru tidak aktif sama sekali
- Tidak memberikan resposn terhadap kata-kata, bersikap seolah-olah tuli
- Mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kebutuhannya melalui kata-kata
- Senang meminta melalui isyarat tangan atau menunjuk
- Tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya
- Jengkel atau kesal membabi buta
- Tidak takut akan bahaya
- Menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri
- Tidak membentuk hubungan pribadi yang terbuka
- Gemar memutar benda atau terpaku pada benda tertentu
- Tidak memberikan respons terhadap cara pengajaran yang normal
- Sangat tergantung kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik secara fisik
- Tertarik pada hal-hal yang serupa, tidak mau menerima atau mengalami perubahan
- Terpaku pada permainan yang ganjil
- Ekolalia (mengulang kata-kata atau suku kata)
Advertisement
Pengobatan Autisme
Edukasi kepada keluarga
Bisa dibilang keluarga adalah jendela bagi penderita autisme untuk masuk ke dunia luar. Meski perlu diakui bahwa ini bukanlah hal yang mudah.
Keluarga memiliki peran yang penting dalam membantu perkembangan anak. Bagaimanapun juga, orang tua adalah orang terdekat yang dapat membantu anak untuk belajar berkomunikasi, berperilaku terhadap lingkungan dan orang sekitar.
Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan pada penderita autisme harus di bawah pengawasan dokter. Pengobatan ini diberikan jika dicurigai terdapat gangguan di otak yang mengganggu pusat emosi dari penderita autisme. Hal ini seringkali menimbulkan gangguan emosi mendadak, agresivitas, hiperaktif dan stereotipik. Beberapa obat yang bisa diberikan adalah haloperidol (antipsikotik), fenfluramin, naltrexone (antiopiat), clompramin (mengurangi kejang dan perilaku agresif).
Terapi perilaku
Dari beberapa penelitian terakhir, pengobatan untuk gangguan autisme yang berkembang adalah terapi perilaku. Terapi ini dipercaya sebagai terapi yang paling penting. Tujuannya adalah untuk mengontrol atau membentuk perilaku yang diinginkan dan yang tidak diinginkan lewat sistem reward dan punishment. Pemberian hadiah (reward) akan meningkatkan munculnya perilaku yang diinginkan, sedangkan hukuman (punishment) akan menurunkan perilaku yang tidak diinginkan.
Â
Pencegahan Autisme
Hingga saat ini belum ditemukan cara untuk mencegah timbulnya autisme. Namun ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko autisme, seperti:
- Jika sedang hamil, lakukan kontrol secara rutin ke dokter.
- Jika sedang merencanakan kehamilan, lakukan olahraga secara rutin.
- Jika sedang hamil dan merencanakan kehamilan, sebaiknya hindari alkohol, kafein dan merokok.
- Jika sedang hamil dan merencanakan kehamilan, tingkatkan konsumsi makanan bernutrisi tinggi seperti sayuran dan buah.