Alat Musik Sasando Dimainkan dengan Cara seperti Main Harpa, Berikut Tekniknya

Berikut adalah cara memainkan alat musik sasando yang menyerupai cara main alat musik harpa.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 19 Agu 2022, 11:00 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2022, 11:00 WIB
Keindahan Terpendam di Pulau Rote NTT
Selain alamnya yang indah, salah satu kekayaan seni yang dipunyai Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur adalah alat musik sasando. (Liputan 6 SCTV)

Liputan6.com, Jakarta Alat musik sasando dimainkan dengan cara seperti main harpa, yakni dipetik. Sasado sendiri merupakan alat musik tradisional dari kebudayaan Rote.

Sasando merupakan adalah alat musik berdawai. Dikarenakan merupakan alat musik dawai, alat musik sasando dimainkan dengan cara seperti main harpa dan gitar, yaitu dengan dipetik menggunakan jari-jari tangan.

Seperti halnya alat musik lainnya, sasando juga memiliki bagian-bagian yang membentuk struktur alat musik sasando. Bagian utamanya berbentuk tabung panjang dari bambu, bagian tengah melingkar dari atas ke bawah diberi penyangga yang disebut senda, di mana dawai-dawai atau senarnya direntangkan di tabung bambu dari atas ke bawah.

Penyangga ini memberikan nada yang berbeda-beda pada setiap petikan dawai, lalu tabung sasando diberi sebuah wadah yang terbuat dari anyaman daun lontar (haik). Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando. Bentuk sasando mirip dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.

Itu adalah penjelasan singkat mengenai alat musik sasando. Dalam artikel ini akan diulas lebih mendalam mengenai alat musik sasando, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (19/8/2022).

Asal Mula Sasando

Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7.

Ada 2 macam versi cerita rakyat tentang asal mula sasando. Cerita versi pertama menyebutkan bahwa awal mula alat musik Sasando ditemukan oleh seorang anak muda bernama Sangguana, yang terdampar di Pulau Ndana.

Kemudian ia dibawa ke hadapan raja Takalaa yang berdiam di istana Nusaklain. Kebiasaan di istana pada malam hari sering diadakan permainan kebak, yang merupakan tarian massal muda-mudi dengan cara bergandengan tangan membentuk sebuah lingkaran dengan seorang yang berperan sebagai manahelo (pemimpin syair) yang berada di tengah lingkaran. Syair-syair ini menceritakan silsilah keturunan mereka.

Dalam permainan ini Sangguana yang menjadi tumpuan perhatian karena ia mempunyai bakat seni. Tanpa disadari putri raja jatuh hati pada Sangguana dan bertemu dengan putri raja, Sangguana diminta untuk menciptakan alat musik yang belum pernah ada. Apabila berhasil berhak mempersunting putri raja.

Suatu malam Sangguana bermimpi sedang memainkan satu alat musik yang indah bentuk dan suaranya. Kemudian Sangguana berhasil menciptakan alat musik ini diberi nama Sandu yang artinya berani bergetar.

Putri raja menamai alat ini sesuai dengan bahasanya sya, yaitu hitu (tujuh), karena alat tersebut terdapat tujuh dawai dan lagu yang dimainkan dinamai depo hitu yang artinya sekali dimainkan ketujuh dawai bergetar. Dawai ini terbuat dari akar pohon beringin kemudian diganti dengan usus hewan yang telah dikeringkan.

Cerita Rakyat Asal Mula Sasando Versi 2

Pemain Sasando asal NTT dan kreator SnackVideo, Natalino Mella
Pemain Sasando asal NTT dan kreator SnackVideo, Natalino Mella. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Cerita rakyat versi kedua berawal dari kisah dua orang sahabat yaitu Lunggi Lain dan Balok Ama Sina. Kedua sahabat ini sehari-harinya bekerja sebagai gembala domba dan penyadap tuak.

Ide membuat alat musik sasando muncul ketika mereka sedang membuat haik, sebutan untuk wadah penampung air tuak yang terbuat dari daun lontar. Di antara jari-jari dari daun lontar terdapat semacam benang yang disebut fifik dalam bahasa Rote. Tanpa sengaja fifik atau benang itu dikencangkan kemudian dipetik menimbulkan bunyi yang berbeda, namun benang atau fifik ini mudah putus.

Awal kejadian ini mendorong Lunggi Lain dan Balok Ama Sina untuk mengembangkannya, mereka ingin adanya alat musik yang dapat menirukan nada-nada yang ada pada gong. Akhirnya mereka berhasil menciptakan bunyi-bunyian atau nada-nada yang ada pada gong yaitu dengan mencungkil tulang-tulang dari lembaran daun lontar yang kemudian diganjal dengan batang kayu.

Karena nada-nada yang dihasilkan selalu berubah-ubah dan suaranya sangat kecil, kemudian lembaran daun lontar diganti dengan bambu yaitu dengan cara mencungkil kulit bambu sebanyak nada yang ada pada gong yang kemudian diganjal dengan batangan kayu. Ide ini berlanjut terus kemudian dawai-dawainya diganti dari dari serat pelepah daun lontar dan ruang resonansinya dari haik.

Jenis-Jenis Sasando

Natalino Mella, pemuda asal Kupang, NTT, menciptakan teknik 10 jari untuk memainkan sasando
Natalino Mella, pemuda asal Kupang, NTT, menciptakan teknik 10 jari untuk memainkan sasando (dok. Natalino Mella)

Alat musik sasando pun mengalami perkembangan sehingga menghasilkan alat musik sasando dengan berbagai jenis dan cara main. Bahkan, sama halnya seperti gitar, untuk menghasilkan suara yang keras dengan cara menghubungkan sasando dengan amplifier, terciptalah sasando elektrik.

Menurut keterangan dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, sasando dibedakan berdasarkan bunyi yang dihasilkan dan perkembangannya.

Berdasarkan bunyi yang dihasilkan, sasando dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain adalah Sasando engkel, Sasando dobel, Sasando gong dan Sasando biola. Sasando engkel merupakan jenis Sasando yang memiliki 28 dawai. Untuk Sasando dobel biasanya memiliki 56 atau 84 dawai, sehingga memiliki lebih banyak jenis suara.

Sasando gong merupakan jenis Sasando yang memiliki suara hampir menyerupai suara gong. Sedangkan Sasando biola merupakan Sasando yang memiliki suara hampir sama dengan suara biola. Tentunya penggunaan setiap jenis Sasando disesuaikan dengan keahlian setiap pemain dan kebutuhan pertunjukan.

Sementara itu, berdasarkan perkembangan teknologinya, sasando dibagi menjadi dua, yakni sasando elektrik dan sasando tradisional.

Sasando tradisional merupakan bentuk Sasando aslinya dan dimainkan tanpa alat elektronik seperti amplifier atau dimainkan secara akustik. Sedangkan Sasando elektrik merupakan jenis Sasando yang bisa dimainkan dengan alat elektronik seperti amplifier. Biasanya Sasando elektrik dimainkan dalam panggung besar atau pertunjukan modern.

Alat Musik Sasando Dimainkan dengan Cara Dipetik

6 Fakta Menarik Rote Ndao yang Punya Danau Laut Mati
Alat musik Sasando khas Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. (dok. kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Seperti yang dibahas sebelumnya, alat musik sasando dimainkan dengan cara seperti main gitar, yakni dipetik. Meski demikian, alat musik sasando dimainkan dengan cara yang beragam, karena ada banyak teknik bermain sasando.

Sasando biasanya dimainkan menggunakan kedua tangan dengan arah yang berlawanan. Tangan kanan berperan untuk memainkan accord, sedangkan tangan kiri sebagai melodi atau bass.

Untuk memainkan Sasando ini tentu tidak mudah, karena dibutuhkan harmonisasi perasaan dan teknik, sehingga menghasilkan nada yang pas dan merdu. Selain itu keterampilan jari dalam memetik sangat diperlukan.

Hampir sama dengan alat musik Harpa, keterampilan dalam memetik dawai sangat mempengaruhi suara apalagi bila memainkan nada tempo cepat, keterampilan tangan sangat diperlukan.

Sasando ini merupakan salah satu alat musik yang memiliki suara bervariasi, sehingga dapat dimainkan dalam genre yang bervariasi seperti musik tradisional, pop, dan genre musik lainnya yang bukan musik elektrik. Dalam masyarakat Rote sendiri, Sasando sering dimainkan untuk mengiringi tarian, lagu, syair dan acara hiburan lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya