Mengenal TMC untuk Mencegah Cuaca Ekstrem Indonesia, Tebar Garam di Awan

Teknologi modifikasi cuaca adalah mengurangi intensitas curah hujan atau menambah intensitas curah hujan.

oleh Laudia Tysara diperbarui 28 Des 2022, 16:50 WIB
Diterbitkan 28 Des 2022, 16:50 WIB
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca
Tim BPPT menunjukkan alat GPS saat menentukan titik penyemaian garam selama perasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), Kamis (9/1/2020). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi modifikasi cuaca atau disingkat TMC dilakukan dengan menebar garam di awan dan sudah dipraktikkan sejak tahun 1946 begitu pula di Indonesia. Garam yang digunakan untuk modifikasi cuaca ekstrem adalah NaCl berbentuk "super fine powder." 

Ini bubuk berukuran kecil atau sangat halus dalam orde mikron dan bahan semai “CoSAT.” Modifikasi cuaca ini membutuhkan waktu 10 menit sampai 2 jam. Penyemaian garam dalam jumlah berton-ton di atas awan dengan teknologi modifikasi cuaca ini melibatkan atau membutuhkan bantuan pesawat.

Apa yang dimaksud dengan teknologi modifikasi cuaca pada hakikatnya, diungkap Britannica berupa rekayasa kondisi atmosfer secara sengaja atau tidak sengaja oleh aktivitas manusia seperti mengubah cuaca pada skala lokal atau regional.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang teknologi modifikasi cuaca pencegah cuaca ekstrem Indonesia, Rabu (28/12/2022).

Teknologi Modifikasi Cuaca Pencegah Cuaca Ekstrem Indonesia

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca
Petugas dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dibantu personel TNI Angkatan Udara memasukkan konsol atau tabung penampung garam sebelum operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/1/2020). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC), mengungkap tujuan dari teknologi modifikasi cuaca adalah mengurangi intensitas curah hujan (rain reduction) atau menambah curah hujan (rain enhancement) di suatu daerah.

Teknologi modifikasi cuaca sebenarnya tidak hanya mengondisikan hujan seperti yang sering dilakukan pemerintah Indonesia. Modifikasi cuaca ini dilakukan untuk cuaca ekstrem seperti hujan es, salju, badai, kilat, tornado, dan masih banyak lagi lainnya.

Masih melansir dari sumber yang sama, teknologi modifikasi cuaca ekstrem dilakukan dengan dua metode, yakni metode mekanisme persaingan (competition mechanism) dan metode mekanisme proses lompatan (jumping process  mechanism).

Apa perbedaan metode pendekatan teknologi modifikasi cuaca ekstrem tersebut?

Jumping process mechanism adalah modifikasi cuaca ekstrem yang tujuannya untuk mempercepat proses hujan dengan bantuan radar, awan-awan yang terlihat membawa uap air dari laut disemai dengan garam. Ini agar suplai massa udara basah dan kejadian hujan di suatu wilayah berkurang.

Sementara, competition mechanism adalah modifikasi cuaca ekstrem yang dilakukan di darat dengan sistem “Ground Based Generator” yang terpasang dari hulu puncak hingga hilir pantai. Tujuannya mengganggu proses fisika dari pertumbuhan awan-awan konvektif, agar durasi hujan bisa dipersingkat dan intensitasnya berkurang.

Tingkat Keberhasilan Teknologi Modifikasi Cuaca Indonesia

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca
Tim TNI AU dan BPPT saat bersiap melakuka operasi TMC dengan pesawat Cassa 212-200 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta (9/1/2020). Operasi TMC yang akan berlangsung hingga 12 Januari mendatang diharapkan mampu mengurangi intensitas hujan lebat di Jabodetabek. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjadi pihak-pihak yang terlibat dalam operasi teknologi modifikasi cuaca di Indonesia.

Tingkat keberhasilan teknologi modifikasi cuaca ekstrem di Indonesia diungkap para ahli, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni pertumbuhan awan dan arah angin. Modifikasi cuaca pun harus dilakukan dengan desain statistik yang akurat disertai daerah kontrol tertentu.

Liputan6.com lansir dari berbagai sumber, sejauh teknologi modifikasi cuaca ekstrem di Indonesia tingkat keberhasilan yang sempurna masih sulit dibuktikan. Para ahli menduga hal ini dipengaruhi oleh operasi teknologi modifikasi cuaca di Indonesia belum memiliki daerah kontrol.

Ini berarti teknologi modifikasi cuaca ekstrem di Indonesia hanya memberikan sedikit dampak pada perubahan cuaca. Ditambah lagi, awan tropis masuk kategori awan yang sulit untuk dimodifikasi.

Fenomena Penyebab Cuaca Ekstrem Indonesia

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca
Tim BPPT saat menentukan titik penyemaian garam selama perasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), Kamis (9/1/2020). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap ada enam faktor penyebab cuaca ekstrem Indonesia yang perlu diketahui. Ini penjelasannya:

1. Fenomena La Nina

Fenomena La Nina adalah berupa anomali suhu di kawasan Samudera Pasifik bagian tengah yang membuatnya lebih dingin dibandingkan suhu permukaan laut di Indonesia. La nina memicu terjadinya aliran massa udara yang membawa hujan ke wilayah Indonesia.

2. Fenomena Monsun Asia

Fenomena Monsun Asia adalah jenis angin penyebab dimulainya musim hujan di Indonesia.

3. Fenomena Madden-Jullian Oscillation

Fenomena Madden-Jullian Oscillation adalah ketika gelombang atmosfer membawa kumpulan awan hujan yang bergerak dari Samudera Hindia ke wilayah Pasifik. Ketika melewati wilayah Indonesia, awan akan tertahan kontur pegunungan di Indonesia dan menjadi penyebab hujan.

4. Fenomena Kelvin and Rossby

Fenomena Kelvin and Rossby adalah terjadinya peningkatan pasokan air hujan di Indonesia.

5. Fenomena Menghangatnya Suhu Permukaan Air Laut

Fenomena menghangatnya suhu permukaan air laut Indonesia memicu terjadinya peningkatan penguapan di berbagai wilayah Indonesia.

6. Fenomena Bibit Siklon

Fenomena Bibit Siklon adalah badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26.5 °C. Angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 km/jam.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya