Sejarah Mukena, Pakaian Salat Wanita yang Diperkenalkan Wali Songo

Uniknya mukena hanya digunakan di indonesia dan beberapa negara rumpun Melayu lainnya.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 13 Jan 2023, 17:40 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2023, 17:40 WIB
Mukena Premium dan Ramah Lingkungan dengan Bahan Serat Kayu
Mukena Premium dan Ramah Lingkungan dengan Bahan Serat Kayu. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta Mukena menjadi salah satu perlengkapan salat yang dimiliki hampir seluruh perempuan muslim di Indonesia. Uniknya mukena hanya digunakan di indonesia dan beberapa negara rumpun Melayu lainnya. Perempuan muslim di negara lain memakai pakaian sehari-hari yang menutup aurat untuk menjalankan ibadah salat.

Mukena merupakan budaya Indonesia yang pertama kali dikenalkan oleh Wali Songo. Wali Songo merupakan 9 tokoh Islam yang memiliki peranan besar dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara. Mukena menjadi bentuk inovasi yang dibuat para Wali Songo untuk mengakomodir kebutuhan ibadah perempuan muslim dan budaya yang ada di Indonesia.

Meski merupakan produk budaya Indonesia, secara syariat penggunaan mukena sebagai pakaian perempuan muslim saat salat tidak menyalahi aturan. Berikut sejarah mukena yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (13/1/2023).

Sejarah Mukena

Cerita Brand Lokal Berbisnis Mukena Kain Bali hingga 2 in 1 yang kini Menjadi Best Seller
Cerita Brand Lokal Berbisnis Mukena Kain Bali hingga 2 in 1 yang kini Menjadi Best Seller

Dilansir dari Jurnal Studi Kultural Volume 1 yang diterbitkan 2 Juli 2016, mukena pertama kali dikenalkan oleh wali songo pada abad ke-14. Pengenalan mukena menjadi salah satu upaya Wali Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Dalam kehidupan sehari-hari, perempuan Jawa saat itu menggunakan kain kemben. Mukena berfungsi sebagai penutup aurat yang harus tertutup saat menjalankan salat.

Menutup aurat memang menjadi salah satu syarat sah salat.  Wali Songo memperkenalkan mukena sebagai bentuk ‘jalan tengah’ yang mengakomodir Syariat Islam dan budaya yang ada di Jawa. Jalan tengan ini ditempuh karena Wali Songo untuk menghindari benturan antara syariat Islam dengan budaya yang ada di Jawa.

Benturan budaya dapat memantik terjadinya konflik di masyarakat. Ajaran Islam yang toleran yang tidak pernah mengajarkan jalan anarkis dalam penyebarannya. Jalan damai yang ditempuh  para wali dalam menyebarkan Islam sesuai ajaran tersebut, sehingga Islam dapat diterima secara luas dan kini menjadi agama mayoritas di Indonesia. 

Agama Islam merupakan agama yang pertama kali diturunkan di Arab Saudi. Masyarakat Arab mengenakan pakaian  tertutup untuk melindungi tubuhnya dari iklim gurun yang ekstrem. Ketika Islam diturunkan, warga Arab tidak membutuhkan pakaian tambahan untuk menjalankan ibadah salat.

Begitupun perempuan muslim di Negara Timur Tengah lainnya yang hanya mengenakan pakaian sejenis abaya yang menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan tangan. Perempuan muslim Pakistan mengenakan penutup kepala yang disebut tarha, sejenis kain selendang dengan lebar menutupi separuh tubuh dan syrwal, celana model aladdin dengan jahitan serut di bagian belakang.

Muslim Timur Tengah juga mengenal pakaian yang disebut dira’, sejenis gamis yang lebih lebar dan longgar menjuntai hingga telapak kaki yang dipadukan dengan kerudung. Perempuan muslim yang mengenakan hijab dalam kegiatan hariannya, biasanya melakukan ibadah salat dengan pakaian yang mereka kenakan saat itu juga.

Meski saat ini sudah banyak muslim Indonesia yang mengenakan hijab dalam kehidupan sehari-hari, mukena tetap banyak digunakan sebagai perlengkapan ibadah salat. Budaya yang sudah berlangsung cukup lama membuat perempuan muslim Indonesia merasa aneh jika salat tanpa menggunakan mukena, walaupun sudah mengenakan pakaian tertutup dan berhijab.

Transformasi Mukena Menjadi Barang Komoditas

Mukena Premium dan Ramah Lingkungan dengan Bahan Serat Kayu
Mukena Premium dan Ramah Lingkungan dengan Bahan Serat Kayu. foto: istimewa

Mukena yang pertama kali dikenalkan oleh Wali Songo adalah satu potong pakaian panjang yang menutup kepala hingga mata kaki berwarna putih yang dibuat dari bahan katun. Seiring perkembangan budaya di Indonesia, bentuk mukena mengalami diversifikasi dalam berbagai aspek, mulai dari bentuk, bahan, dan warna.

Dilansir dari Jurnal Studi Kultural Volume 1 yang diterbitkan 2 Juli 2016,  Pada abad ke-20 terjadi komodifikasi mukena. Mulanya mukena adalah perlengkapan solat yang harus dibuat sendiri. Komodifikasi menyebabkan pergeseran posisi mukena menjadi barang ekonomi. Semakin banyak perempuan muslim yang lebih memilih untuk membeli mukena daripada membuatnya sendiri.

Kondisi ini memberikan peluang bagi para produsen untuk mengembangkan industri produk perlengkapan salat. Para produsen berlomba-lomba membuat produk mukena dengan berbagai fitur untuk menarik minat konsumen. Mulai dari mukena dengan beram warna hingga mukena yang bisa dilipat dalam bentuk yang kecil sehingga mudah dibawa kemana-mana.

Mukena tidak lagi di dominasi warna putih polos, berbagai ragam hias diaplikasikan untuk mempercantik tampilan mukena. Bahan yang digunakan semakin beragam, bentuk dan model juga semakin bervariasi, bahkan ada mukena yang mengdaptasi bentuk abaya dan pakaian salat dari negara Timur Tengah lain.  

Produsen menawarkan beragam mukena cantik aneka warna dengan bahan yang nyaman. Hal ini juga tidak bertentangan dengan agama, malahan dianjurkan. Dianjurkan untuk mengenakan pakaian terbaik dan terindah dalam salat, karena salat adalah bentuk komunikasi langsung seorang hamba dan Tuhannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya