Liputan6.com, Jakarta - Puasa Syawal adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada bulan Syawal setelah Idul Fitri. Meskipun puasa ini tidak diwajibkan, tetapi memiliki banyak keutamaan dan manfaat bagi orang yang melaksanakannya. Oleh karena itu, penting untuk memahami aturan puasa Syawal dan berupaya menunaikannya.
Baca Juga
Advertisement
Menunaikan puasa Syawal memiliki keutamaan yang sangat besar. Dalam hadits riwayat Abu Ayyub al-Anshari, Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dan melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia akan mendapatkan pahala seakan-akan telah berpuasa sepanjang tahun.
Selain itu, dengan memahami aturan puasa Syawal, maka umat muslim dapat mengetahui tata cara pelaksanaannya dengan benar. Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai cara pelaksanaan puasa Syawal, seperti apakah harus dilakukan secara berturut-turut atau tidak, dan sebagainya.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang aturan puasa Syawal melansir dari berbagai sumber, Kamis (27/4/2023).
1. Puasa Syawal dilakukan selama enam hari setelah puasa Ramadhan.
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh." (HR. Muslim no. 1164).
Aturan puasa Syawal juga disarankan untuk dilaksanakan sehari setelah hari raya Idulfitri atau disegerakan. Namun boleh juga tidak disegerakan asal masih di bulan Syawal untuk meraih keutamaan puasa syawal.
2. Lebih utama dilakukan sehari setelah Idul Fitri.
Dalam kitab Syarhul Mumti' oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al 'Utsaimin rahimahullah menyatakan bahwa aturan puasa Syawal menurut para fuqoha, yang lebih utama adalah melakukan enam hari puasa Syawal setelah Idul Fitri secara langsung. Hal ini menunjukkan kesungguhan dan kecepatan dalam melaksanakan kebaikan.
3. Lebih utama dilakukan secara berurutan.
Aturan puasa Syawal juga lebih utama bila dilaksanakan secara berurutan dalam 6 hari. Namun tidak apa-apa bila dilaksanakan tidak secara berurutan asalkan masih di bulan Syawal.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al 'Utsaimin juga menjelaskan bahwa lebih utama puasa Syawal dilakukan secara berurutan karena itulah yang umumnya lebih mudah. Itu pun tanda berlomba-lomba dalam hal yang diperintahkan.
4. Waktu pelaksanaan puasa Syawal bisa dilakukan sepanjang masih dalam bulan Syawal.
Dalam buku berjudul Panduan Praktis Ibadah Puasa: Kajian Fikih Praktis dan Aplikasi Nilai Ibadah oleh E Syamsuddin, disebutkan bahwa para ulama memiliki pendapat yang berbeda mengenai aturan puasa Syawal. Namun, mereka sepakat bahwa puasa Syawal harus dilakukan selama enam hari di bulan Syawal.
Lalu, dalam buku berjudul Refleksi Hari Kemenangan dan Kemerdekaan (2021) oleh Tim Redaksi Majalah Tebuireng, puasa Syawal dapat dilakukan setelah tanggal 1 Syawal, baik di tengah maupun di akhir bulan.
Advertisement
5. Puasa Syawal dilakukan untuk mendapatkan pahala setara dengan puasa setahun penuh.
“Barangsiapa yang puasa Ramadan lalu mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia mendapat pahala puasa setahun penuh.” (HR Muslim no. 1164)
Menurut Syarah Nawaawi 'ala Muslim juz 7 halaman 56 disebutkan, alasan menyamakan pahala enam hari Syawal dengan puasa setahun lamanya berdasarkan nilai pahala kebaikan yang diberikan dilipatkan hingga 10 kali ganjaran.
Perhitungannya adalah 1 bulan Ramadan, 30 hari x 10 = 300 hari. Adapun aturan puasa Syawal 6 hari di bulan Syawal menyamai dua bulan lainnya (6 x 10 = 60 hari atau 2 bulan). Jadi total 360 hari kita mendapatkan pahala puasa.
"Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. (Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal)." (HR. Ibnu Majah)
6. Bagi yang memiliki hutang puasa di bulan Ramadhan, sebaiknya melakukan qadha (mengganti) puasanya terlebih dahulu.
Ibu Rajab Al Hambali rahimahullah menjelaskan bahwa bagi seseorang yang memiliki kewajiban qadha (mengganti) puasa Ramadhan, sebaiknya ia memulai dengan menggantinya di bulan Syawal.
Aturan puasa Syawal ini akan membuat kewajibannya terpenuhi dan puasa qadha lebih utama daripada puasa enam hari Syawal. Ia juga mengatakan bahwa jika seseorang sudah menyelesaikan puasa qadha, baru kemudian ia bisa melakukan puasa enam hari Syawal.
7. Puasa qadha' Ramadhan di bulan Syawal lebih utama dibandingkan puasa enam hari Syawal.
Dijelaskan pula bahwa pahala puasa enam hari di bulan Syawal tetap bisa diraih meskipun dilakukan setelah puasa qadha' Ramadhan, namun sebaiknya dilakukan secara terpisah. Hal ini karena aturan puasa Syawal adalah sunnah dan puasa qadha' Ramadhan adalah kewajiban yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melakukan ibadah lainnya.
8. Membaca niat puasa Syawal yang membedakannya dengan puasa sunnah lainnya.
Dalam buku berjudul buku Kedahsyatan Puasa oleh Syukron Maksum, bacaan niat puasa Syawal adalah sebagai berikut:
Niat Puasa Syawal Sehari
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu sawma ghadin ‘an adaa’i sunnati syawwali lillahi ta’ala.
Artinya:
“Saya berniat berpuasa esok hari sebagai pelaksanaan sunnah Syawal karena Allah Ta’ala."
Niat Puasa Syawal 6 Hari
نَوَيْتُ صَوْمَ سِتَّةِ أَيَّامٍ مِنَ الشَّوَّالِ لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma sittati ayyamin minasy syawwali lillahi ta’ala.
Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, aku niat puasa enam hari di bulan Syawal karena Allah Ta’ala.”
9. Puasa Syawal merupakan salah satu bentuk berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan.
Ibnu Rajab menjelaskan keutamaan puasa Syawal sebagai berikut:
"Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan." (Latho-if Al Ma’arif, hal. 394)
Selain itu, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dibandingkan dengan minyak kasturi. Keutamaan puasa syawal ini ditegaskan dalam salah satu hadis Qudsi berikut:
"Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa) adalah untuk-Ku dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu)." Kemudian, Rasulullah melanjutkan, "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi." (HR. Muslim)