Sukses Terapkan Pertanian Terpadu, T.O Suprapto Bikin Layanan Edukasi untuk Masyarakat

T.O Suprapto adalah salah satu tokoh penggagas layanan edukasi pertanian untuk masyarakat.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 08 Jun 2023, 20:38 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2023, 20:38 WIB
Pertanian Terpadu yang Digagas Oleh T.O Suprapto
Sumber: Margoluwih Slemankab.go.id

Liputan6.com, Jakarta Pertanian terpadu adalah suatu sistem pertanian, yang mengintegrasikan berbagai aspek seperti budidaya tanaman, peternakan, perikanan, dan kehutanan secara terpadu dan saling melengkapi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan lingkungan. Pertanian terpadu juga dapat meminimalkan penggunaan bahan kimia sintetis yang berbahaya, dan meningkatkan penggunaan sumber daya alami yang ada. 

Dalam pertanian terpadu, setiap komponen sistem dipelajari dan dikelola secara terintegrasi sehingga dapat mencapai tujuan yang lebih besar. Misalnya, limbah peternakan dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman, sedangkan tanaman juga dapat berperan dalam menjaga keberlangsungan hidup hewan melalui penyediaan pakan hijauan.

Pertanian terpadu juga dapat meningkatkan keberlanjutan ekonomi dan sosial di wilayah pertanian. Dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi, petani dapat menghasilkan lebih banyak produk pertanian yang berkualitas dan dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Hal ini yang dilakukan oleh pak T.O Suprapto, di mana dirinya mendirikan Joglo Tani sebagai tempat yang memberikan layanan edukasi terutama dalam hal pertanian pada masyarakat. Tempat ini memiliki satu model pertanian terpadu karena di satu lahan tersebut tersedia lahan untuk belajar pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.

 

Awal Mula Dijadikan Layanan Edukasi

Pendiri Layanan  Edukasi Pertanian Terpadu T.O Suprapto
Sumber: Dokumentasi pribadi T.O Suprapto

Joglo tani merupakan sebuah tempat, di mana para petani dan masyarakat menjadikan tempat tersebut sebagai ajang pembelajaran mengenai pertanian, karena di sana terdapat berbagai aktivitas atau aspek yang berkenaan dengan pertanian.

"Yang jelas Joglo Tani ini berdirinya secara resmi pada tanggal 19 Januari 2008 oleh Sri Sultan Hamengkubowono X sebagai wali budaya pangan nusantara, juga Gubernur dan Raja Yogyakarta. Beliau juga jadikan sebagai wasiat monumen kebangkitan petani Indonesia," ungkap pendiri layanan edukasi terpadu T.O Suprapto.

Layanan edukasi pertanian Joglo Tani ini memiliki visi yaitu "Kemerdekaan Petani" diikuti dengan misi yang dikemukakan adalah "Kemandirian Petani". Hal ini tentu selaras dengan kondisi petani di Indonesia, di mana kerap mendapatkan tekanan, baik itu secara ekonomi, alam, sosial, budaya, global, hingga kebijakan yang membuat petani tidak bisa merdeka. 

Status petani di Indonesia bagi anak muda sekarang ini tidak menjadi pilihan, karena salah memandang dan ini masuk dalam tekanan sosial. Masyarakat yang hidup di negara agraris, harusnya lebih sejahtera karena berada di wilayah yang memang sudah didukung baik secara alam maupun global.

"Berbagai tekanan ini, membuat petani harus belajar advokasi menurut versi petani, di mana pembelaan adalah pembuktian kebenaran bukan untuk pemerintah, tapi demo di lapangan. Dengan cara membuktikan kepada alam dan tanah, dan dikemas dalam managemen dukungan lapangan. Itulah yang terjadi, dan kami membentuk wadah yang namanya IPPHT (Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia)," ungkap T.O Suprapto kepada Liputan6.com.

 

 

 

  

 

Sistem Pengelolaan Joglo Tani

Pertanian Terpadu yang Digagas Oleh T.O Suprapto
Sumber: Dokumentasi pribadi Silvia E Subitmele

 

Membuat Joglo Tani dengan prinsip ketahanan pangan menjadi kemandirian pangan, T.O Suprapto juga membuat sistem pertanian terpadu berkelanjutan, dengan konsep tanam apa yang kita makan dan makan apa yang kita tanam.

"Saya kemudian membuat model, pertanian itu tidak hanya padi tapi pertanian itu sendiri ada lima bagian, akar, batang, daun, buah, bunga," terangnya. 

Secara tidak langsung kita dapat membagi hal-hal tersebut menjadi beberapa bagian atau aspek yaitu:

Pertanian

Yang dimaksud dengan pertanian di sini yaitu di dalam joglo tani ada aspek budidaya tanaman, berupa jagung, sawi, singkong, umbi-umbian, rempah-rempah, bawang merah, lidah buaya, bambu, tebu, jati, kangkung, sawi, timun, tomat, anggur, matoa, pisang, mangga, pepaya, terong, cabai, klengkeng, markisa, hingga durian. Kegiatan budidaya ini pada intinya digunakan untuk memenuhi kehidupan masyarakat

Perikanan

Joglo tani juga terdapat kolam, dan dikolam tersebut yaitu ikan nila, mujair dan mas

Peternakan

Peternakan yang ada di Joglo ada beberapa hewan yang dipelihara yaitu Unggas ayam petelur, itik dan pedaging. Khusus ayam petelur, ayam tersebut dapat bertelur disetiap harinya sehingga memberikan tambahan ekonomi dan dijadikan sumber pendapatan dalam jangka waktu perharinya.

"Kami punya penghasilan dengan lahan yang sama dengan milik orang lain itu, bisa sepuluh kali lipat. Karena kami punya hasil harian siang, harian malam, harian pagi itu ada. Harian pagi itu telur bebek, siang telur ayam, mingguan telur asin, bulanan sayuran, dua bulanan holtikultura, tiga bulan ikan, empat bulan padi dan itu semua indeks penghasilan kami ada" papar T.O Suprapto kepada Liputan6.com

 

Dampak dan Pengaruh

Pertanian Terpadu yang Digagas Oleh T.O Suprapto
Sumber: Dokumentasi pribadi Silvia E Subitmele

"Di Joglo Tani kalau puasa saja yang kosong, tapi hampir setiap harus ada, orang pelatihan, kunjungan dan kemarin ada Internasional School di Jakarta lakukan study tour memanen kangkung, menanam tomat dan memberi makan ikan hingga membuat telur asin" 

Tempat layanan edukasi ini juga menerima mahasiswa magang dari berbagai universitas, melalui MBKM yaitu Mandiri Belajar Kampus Merdeka. Pelatihan yang dilakukan di Joglo Tani di mulai dengan pra ilmu tanah yang diajarkan secara langsung oleh petani yang ada.

Pengunjung yang datang dengan berbagai kepentingan akan dilatih dengan sejumlah peralatan yang ada, tentang bagaimana cara menanam, menyemai hingga bagaimana cara membuat pupuk. Layanan edukasi pertanian ini menerapkan sistem learning by doing. 

"Saya merasakan dengan saya mempunyai joglo, saya bisa tidak hanya keliling Indonesia tapi Asia, Eropa sampai Roma dan Italia. Dampak ke masyarakat juga akhirnya ada yang mau merubah tidak hanya padi, padi tapi tambah-tambah. Untuk pemerintah, dampak yang ditimbulkan yaitu dana Istimewa Yogyakarta mulai 2017 sekarang ada konsep Lumbung Mataram itu saya yang membuat," papar  T.O Suprapto penggagas layanan edukasi. 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya