Kapal Induk Terbaru Milik AS Akan Dinamai dengan Nama Elon Musk

Pemberian nama untuk kapal induk AS ini diberikan berdasarkan perintah eksekutif yang diharapkan akan dikeluarkan pada Selasa (2/4/2025).

oleh Teddy Tri Setio Berty Diperbarui 02 Apr 2025, 12:04 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2025, 12:04 WIB
FOTO: Elon Musk Jadi Saksi Sidang Akuisisi SolarCity
Elon Musk berjalan dari pusat peradilan di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Senin (12/7/2021). Pemegang saham menuduh Elon Musk memperkaya dirinya serta keluarganya dengan kesepakatan yang terjadi pada 2016 terkait masalah akuisisi SolarCity. (AP Photo/Matt Rourke)... Selengkapnya

Liputan6.com, Washington D.C - Kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat yang awalnya akan diberi nama USS Enterprise, akan diberi nama sesuai nama miliarder kontroversial Elon Musk. Ia merupakan donatur utama kampanye Presiden AS Donald Trump.

Pemberian nama untuk kapal induk AS ini diberikan berdasarkan perintah eksekutif yang diharapkan akan dikeluarkan pada Selasa (2/4/2025).

Kapal induk tersebut, kapal perang kelas Gerald R. Ford, dijadwalkan untuk diluncurkan pada bulan November dan akan mulai beroperasi pada tahun 2029, menggantikan USS Dwight D. Eisenhower, yang dinamai sesuai nama seorang jenderal Perang Dunia dan presiden pascaperang yang populer.

Berbeda dengan tradisi, kapal induk ini akan menjadi kapal induk pertama yang dinamai sesuai nama penasihat Gedung Putih yang masih menjabat, karena Elon Musk sedang mempelopori upaya untuk mengecilkan pemerintah yang telah menuai reaksi keras dari publik.

Keputusan tersebut mengikuti rancangan perintah bulan Februari yang berjudul "Make Shipbuilding Great Again," yang bertujuan untuk merevitalisasi produksi angkatan laut AS di tengah meningkatnya kekhawatiran atas armada Tiongkok yang terus bertambah.

Saat itu, Trump berkata: "Dulu kita membuat begitu banyak kapal. Kita tidak membuatnya lagi, tetapi kita akan membuatnya dengan sangat cepat, segera."

USS Musk akan dilengkapi Sistem Peluncuran Pesawat Elektromagnetik yang canggih, sejalan dengan visi Musk untuk inovasi bertenaga listrik.

Namun, teknologi tersebut telah menghadapi kritik dari Trump, yang sebelumnya menyarankan untuk kembali menggunakan ketapel bertenaga uap, dengan mengatakan pada tahun 2017: "Teknologi digital menghabiskan ratusan juta dolar lebih banyak dan itu tidak bagus."

Meskipun kapal tersebut ditugaskan dengan mempertimbangkan China, Musk – selain bekerja di pemerintahan – juga memiliki kepentingan bisnis yang besar di China.

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya