Liputan6.com, Jakarta Istilah baiat sebenarnya telah ada sejak masa silam, bahkan sebelum Nabi Muhammad SAW diutus sebagai nabi dan rasul. Baiat sendiri mengandung arti janji untuk setia. Sementara itu menurut Kamus Besar Bahasa indonesia (KBBI), baiat adalah pengucapan sumpah setia kepada imam (pemimpin).
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Sebagaimana makna menurut KBBI, baiat dilakukan oleh seseorang untuk mengakui orang lain sebagai pemimpinnya. Dengan membaiat seorang pemimpin, artinya dia telah bersumpah setia dan siap menaati setiap perintah dan larangan pimpinan kabilah.
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dan diangkat menjadi nabi dan rasul, setiap orang yang hendak masuk Islam akan akan membaiat beliau. Mereka yang membaiat Nabi Muhammad SAW, berjanji setia untuk mendengar dan taat kepada semua aturan beliau dan juga berbaiat untuk melindungi beliau.
Untuk memahami lebih dalam mengenai apa itu baiat, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (12/5/2023).
Pengertian Baiat
Secara bahasa, baiat adalah istilah berasal dari kata dalam bahasa Arab, baya’a. Ada beberapa arti kata ini yang ditemukan dalam al-Quran, diantaranya; jual beli atau merelakan, baiat juga berarti pengucapan sumpah setia kepada pemimpin, bisa juga berarti pengangkatan dan penobatan (pemimpin) dan janji yang diucapkan dalam upacara tersebut.
Ini mengacu pada kebiasaan orang Arab pada saat mereka selesai melakukan transaksi, berjabat tangan antara penjual dan pembeli secara kuat, merupakan pengganti pendaftaran dalam cap, cincin ataupun tanda tangan.
Sedangkan secara istilah ada berbagai macam pengertian menurut para ulama. Menurut Ibn Khaldun, baiat adalah perjanjian untuk taat, dimana orang yang berbaiat dan bersumpah setia pada pimpinannya, bahwa ia akan menyelamatkan pandangan-pandangan yang diembannya dari pemimpin, baik berupa perintah yang disenangi maupun yang tidak disenangi.
Sedangkan menurut Harun Nasution, pengertian baiat adalah penerimaan dan pengakuan terhadap keabsahan kepemimpinan seseorang. Baiat digunakan untuk mengukuhkan kekuasaan baik secara khusus melalui kelompok tertentu, ataupun secara umum oleh umat.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa ada sejumlah unsur makna dalam proses baiat, antara lain adalah sebagai berikut:
- Adanya dua pihak yang saling berakad secara damai,
- Adanya dua barang atau sarana yang saling dipertukarkan oleh dua pihak dalam akad,
- Adanya kerelaan yang sempurna dari dua belah pihak yang berakal, di mana masing-masing mereka mengambil sesuatu yang lebih berharga, sementara yang lainnya mengambil harga.
Advertisement
Baiat di Zaman Nabi Muhammad SAW
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, baiat adalah sumpah setia untuk taat pada seorang pemimpin. Baiat juga dapat dipahami sebagai tindakan untuk mengangkat seorang pemimpin yang akan diikuti.
Baiat sendiri merupakan istilah sudah ada sejak lama, bahkan sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai nabi dan rasul. Pada masa itu, orang-orang Arab membaiat orang-orang yang hendak dijadikan sebagai kepala kabilah mereka. Dengan melakukan baiat, artinya mereka telah bersumpah akan setia dan menaati setiap perintah dan larangan pimpinan kabilah.
Baiat pada masa Rasulullah bagi laki-laki adalah berbentuk kata-kata disertai jabat tangan yang intinya adalah ikrar janji setia kepada pemimpin. Sedangkan baiat yang dilakukan kaum wanita dengan Rasulullah adalah dengan kata-kata tanpa disertai jabat tangan.
Pada masa Rasulullah ada peristiwa baiat yang cukup terkenal. Peristiwa itu disebut sebagai baiat Aqabah. Baiat Aqabah terbagi menjadi dua, yakni Baiat Aqabah I dan Baiat Aqabah II.
Baiat Aqabah I
Baiat Aqabah I merupakan perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dengan 12 orang dari Yastrib (sekarang Madinah). Mereka menemui Rasulullah SAW secara rahasia di Aqabah. Mereka mengatakan keinginannya untuk masuk Islam sekaligus mengajak Nabi untuk ke Yastrib guna menyelamatkan negeri mereka dari kemelut perpecahan dan pertumpahan darah yang telah berlangsung selama 40 tahun.
Rasulullah kemudian menyampaikan dasar-dasar agama Islam dan mengajak mereka berbaiat untuk mengukuhkan keimanan mereka, dengan jalan saling memegang tangan erat-erat dan tangan Nabi berada di atas tangan mereka.
berdasarkan riwayat Ubadah ibn Shamit, salah seorang peserta baiat, mereka mengucapkan kata-kata sebagai berikut,
"Kami berbai’at dengan Rasulullah di malam Aqabah yang pertama: bahwa kami tidak akan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak akan mencuri (korupsi), tidak akan berzina (prostitusi) tidak akan membunuh anak-anak (aborsi), tidak akan menyiarkan kabar bohong di antara sesama kami dan tidak akan mendurhakainya (Rasul) dalam hal yangma’ruf.”
Baiat Aqabah II
Baiat Aqabah II adalah perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dan 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yatsrib pada waktu tengah malam. Wanita itu adalah Nusaibah binti Ka'ab dan Asma’ binti ‘Amr bin ‘Adiy.
Baiat ini terjadi pada tahun ketiga belas kenabian. Mush'ab bin Umair kembali ikut bersamanya beserta dengan penduduk Yatsrib yang sudah terlebih dahulu masuk Islam.
Mereka menjumpai Rasulullah di Aqabah pada suatu malam. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam datang bersama pamannya Al ‘Abbas bin ‘Abdil Muthalib. Ketika itu Al ‘Abbas ingin meminta jaminan keamanan bagi Nabi Muhammad SAW, kepada orang-orang Yatsrib itu. Ketika itu Al ‘Abbas adalah orang pertama yang angkat bicara kemudian disusul oleh Rasulullah yang membacakan beberapa ayat Al Qur'an dan menyerukan tentang Islam.
Kemudian Nabi Muhammad SAW berbaiat dengan orang-orang Yastrib itu. Adapun isi baiatnya adalah sebagai berikut:
- Untuk mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka sukai maupun yang mereka benci.
- Untuk berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang.
- Untuk beramar ma'ruf nahi munkar.
- Agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah.
- Agar mereka melindungi Nabi Muhammad SAW sebagaimana mereka melindungi wanita-wanita dan anak-anak mereka sendiri.
Perbedaan Baiat dan Syahadat
Jika melihat bagaimana baiat pada zaman Nabi Muhammad SAW, hal itu tampak mirip dengan syahadat. Namun yang sebenarnya, baik baiat maupun syahadat adalah dua hal yang berbeda.
Salah satu perbedaan di antara keduanya yang paling jelas adalah, bahwa syahadat merupakan salah satu rukun Islam, sedangkan baiat tidak. Jadi ketika seseorang hendak masuk Islam, maka dia wajib untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Akan tetapi, dia tidak wajib untuk membaiat imam mereka.
Selain itu, masih ada beberapa perbedaan lain di antara syahadat dan baiat, antara lain sebagai berikut:
1. Lafaznya
Perbedaan antara baiat dan syahadat jelas terletak pada lafaznya. Lafaz syahadat berbunyi, "asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah (Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah)."
Sementara itu, lafaz baiat berbunyi, "ubayi`ukum `alas sam`i wath-tha`ah fi tha`atillai wa rasulihi (aku mengangkat kamu menjadi pemimpin yang aku taati dalam rangka ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya)."
2. Sifat Ikrar
Sifat ikrar antara syahdat dan baiat pun berbeda. Syahadat adalah ikrar tentang masalah tuhan dan kenabian, di mana seorang muslim menyatakan tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah, sekaligus ikrar bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Sedangkan baiat adalah ikrar untuk mengangkat seseorang menjadi pemimpin dan pernyataan siap untuk mentaatinya.
3. Akibat
Akibat dari mengucapkan syahadat dan baiat pun juga berbeda. Baiat tidak membuat seorang yang belum masuk Islam menjadi muslim, sedangkan syahadat merupakan syarat utama bagi seseorang agar bisa masuk Islam. Dengan kata lain, meski seseorang berbaiat, tidak otomatis menjadi seorang muslim jika belum bersyahadat.
Advertisement