Liputan6.com, Jakarta Tamyiz adalah cara belajar tafsir Al-Qur’an. Dalam jurnal berjudul Pembelajaran dengan Metode Tamyiz oleh Muhammad Zinuddin, metode tamyiz adalah formulasi teori dasar “Quantum Nahwu-Shorof” atau ilmu tata bahasa Arab dan ilmu kata-kata yang masuk dalam kategori Arabic for Spesific Purpose.
Baca Juga
Metode tamyiz adalah pertama kali diperkenalkan kepada publik pada 4 Juli 2009. Tamyiz adalah metode menerjemahkan yang sudah diuji sahih kemampuannya menerjemahkan Al-Qur’an dan kitab kuning oleh Rektor Institut Ilmu Qur`an Jakarta dan Sekertaris Lajnah Pentashih Qur`an Departemen Agama RI, DR. Akhsin Sakho Muhammad Al-Hafidz pada 10 Januari 2010.
Advertisement
Proses penyusunan metode tamyiz adalah guna memudahkan pengajaran Al-Qur’an dan kitab kuning kepada anak usia Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebagaimana Imam Syafii, Ibnu Sina, dan ulama lainnya yang sejak kecil sudah mengajar di majelis ilmu. Inisiasi penyusunan metode tamyiz adalah DR. H. MS Kaban kepada Abaza, M.M.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang metode tamyiz dan contohnya, Rabu (12/1/2022).
Memahami Metode Tamyiz
Metode tamyiz adalah berbeda dengan metode pengajaran Al-Qur’an lainnya. Dijelaskan, metode tamyiz adalah bisa diajarkan secara langsung kepada siapapun yang sudah bisa membaca Al-Qur’an. Baik untuk orang tua, remaja, hingga anak-anak tanpa dibedakan kelas dan waktu pengajarannya.
Pendekatan struktur satuan bahasa dalam metode tamyiz adalah dimulai dari yang kecil. Mulai dari abjad, kalimah atau lafadz, sampai jumlah atau kalam.
Tamyiz adalah metode yang mampu membuat santri dan siapapun yang bisa membaca Al-Qur’an ahli membaca, menguraikan struktur kata, menerjemahkan Al-Qur’an, dan kitab kuning dalam waktu kurang dari 100 jam belajar.
Motto dari metode tamyiz adalah “Pintar Terjemah Al-Qur’an dan Kitab Kuning 100 Jam.” Bagaimana cara mengajar metode tamyiz?
Masih melansir sumber jurnal yang sama, cara mengajar metode tamyiz adalah mirip dengan buku Nahwu Shorof lainnya. Ada dua prinsip cara mengajar metode tamyiz yang harus dipegang.
Pertama, mengajar dengan bahasa hati (mengajar bisa dengan mulut, bisa dengan hati dan Allah menurunkan Al-Qur’an ke hati manusia). Kedua, mengajar dengan memathui tahapan.
Lalu bagaimana prinsip belajar metode tamyiz?
1. LADUNI (Ilate Kudu Muni)
Santri belajar dengan teknik mengeraskan suaranya (sebagai salah satu cara untuk mengoptimalkan penggunaan potensi otak kiri dan otak kanan secara seimbang).
Ditambah dengan teknik pengulangan yang integratif (sebagai salahsatu cara mengoptimalkan potensi otak bawah sadar atau qolbun/shudur) sehingga hasil belajar akan lebih optimal.
2. SENTOT (Santri TOT)
Model belajar santri adalah ustadz yang sedang mengajar atau menjelaskan kepada santri: insya Allah, santri otomatis bisa mengajarkan Tamyiz kepada orang lain (anak kecilpun sudah bisa mengajarkan tar-jamah Al-Qur’an dan kitab kuning sebagaimana Ustadz/kyai mengajar santri.
Advertisement
Contoh Pengajaran Metode Tamyiz
1. Ustadz/ah menjelaskan perbedaan kata dan kalimat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
2. Guru membuat tulisan dalam bahasa Indonesia “itu kitab” dan tulisan dalam bahasa Arab “haadzaa kita-abun.”
3. Guru menjelaskan bahwa Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab yang kalimatnya hanya terdiri dari 3 macam kata yaitu huruf, isim dan fi’il.
“Anak-anak.., Al-Qur'an itu diturunkan Allah dengan menggunakan bahasa Arab... Kalimat dalam Al-Qur'an sangat sedikit yaitu hanya 3 macam... Yaitu huruf.. isim.. dan fi'il.”
“Coba ikuti ustadz/ah dengan suara lan-tang... Huruf.. isim.. fi'il.. Huruf.. isim.. fi'il.. Huruf.. isim.. fi'il.. 3 macam sedikit atau banyaaak...”
“Alkalimatu immaa harfun, wa im-maa ismun, waimmaa fi’lun. .”
“Kalimat itu bisa berupa huruf, isim, dan fi'il..”
“Alharfu yu'rofu bihifdzhi.. Huruf diketahui dengan menghapalnya..”
“Alismu yu'rofu bialaamaatihi watashriifi-hi.. Isim diketahui dengan ciri-cirinya dan tashrifnya.. Alfi'lu yu'rofu bi 'alaamaatihi wa tashriifihi.. Fi'il diketahui dengan ciri-cirinya dan tashrifnya...”
4. Ulang 3 kali atau sampai suasana kelas terbiasa mengucapkannya dengan suara lantang.
5. Ustadz/ah menjelaskan cara membaca Al-Qur’an dalam belajar metode tamyiz adalah metode membaca Al-Qur’an putus-putus di setiap kalimatnya (huruf, isim dan fi’il).
“Anak-anak supaya kita lebih mudah membedakan mana huruf, mana isim dan mana fi'il saat kita membaca AlQur'an.. Mari kita perhatikan cara baca Al-Qur'an dengan metode tamyiz..”
Contoh Pengajaran Metode Tamyiz Selanjutnya
6. Ustadz/ah mencontohkan membaca Al-Qur’an surat al-baqoroh ayat 2-3 den-gan metode tajwid (sambung) dan diikuti membaca Al-Qur’an dengan metode tamyiz (putus-putus), Ustadz/ah meminta murid mengikuti atau menirukannya.
7. Guru menjelaskan perbedaan huruf dan abjad dalam metode tamyiz.
“Abjad adalah susunan dalam hijaiyyah dari alif sampai ya’ (abjad hijaiyyah) yang tidak mempunyai arti atau tarjamah.”
“Huruf adalah susunan dalam kolom 1 sampai dengan kolom 26 dalam buku metode tamyiz yang mempunyai arti atau tarjamah. Anak-anak apa itu huruf?”
“Huruf yang dimaksud dalam Al-Qur’an bukan susunan dari alif sampai ya karena itu namanya adalah abjad hijaiyyah yang tidak mempunyai tarjamah.. Huruf yang dimaksud dalam Al-Qur'an adalah susunan dalam kolom 1-26 dalam buku metode tamyiz yang mempunyai arti atau tarjamah..”
8. Guru membacakan dan menyanyikan susunan huruf dari kolom 1 sampai dengan kolom 26. Murid mengikuti seusai arahan guru.
“Anak-anak mari kita belajar huruf... Lihat kolom 1 dan ikuti ustadz/ah.. Kolom 1.. Bi-jari.. Bi,ka,li,la dst...”
9. Setelah murid selesai menyanyikan huruf kolom 1-26, ustadz/ah membimbing Latihan praktek mengidentifikasi huruf pada Al-Qur’an surat al Baqoroh ayat 2.
10. Ustadz/ah membaca ayat dengan metode membaca putus-putus, murid mengikuti arahan sesuai ustadz/ah. Ustadz/ah meminta murid untuk menghitung ada berapa jumlah huruf yang ada pada ayat tersebut.
“Coba dihitung ada berapa huruf dari ko-lom 1-26 yang ada pada ayat tersebut.. Ada berapa hurufnya... Mari kita cari sama-sa-ma..”
“ذلك huruf bukan?”
“Ada di kolom berapa...? Saudaranya apa...? Kalau huruf tolong diberi tanda lingkaran pada ayatnya dan tanda contreng pada kolomnya.. Sudah dilingkarin dan dicontreng.. Mari sekarang ikuti mantran-ya..?”
“ذلك huruf.... saudaranyaةراشا”
11. Ustadz/ah membimbing mengidentifikasi huruf pada ayat 3-5 al-Baqarah dengan cara yang sama tetapi dengan menunjuk salah seorang murid memimpin menggantikan Ustadz/ah dengan bimbin-gan Ustadz/ah.
12. Ustadz/ah selalu mengin-gatkan siswa untuk memberi tanda lingkaran dan contreng pada setiap huruf yang ditemukan.
Advertisement