8 Ciri Usus Buntu dan Letaknya yang Mirip Penyakit Lain, Cegah Sejak Dini

Penyakit usus buntu atau apendisitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada usus buntu.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 19 Mei 2023, 14:30 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2023, 14:30 WIB
8 Ciri Usus Buntu dan Letaknya yang Mirip Penyakit Lain, Cegah Sejak Dini
(Ilustrasi) Usus Buntu | via: Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta Ciri usus buntu perlu Anda ketahui, pasalnya ada banyak orang yang salah mengartikan antara sakit maag dan usus buntu. Penyakit usus buntu atau yang biasa disebut dengan apendisitis di dalam istilah medisnya merupakan suatu peradangan yang terjadi pada usus buntu atau apendiks.

Perbedaan mendasar antara usus buntu dan sakit maag terletak pada lokasi sakit yang dirasakan. Maag memicu rasa sakit di perut bagian atas, atau di sekitar ulu hati. Sedangkan sakit perut pada pengidap usus buntu, muncul di perut bagian kanan bawah yang semakin memburuk jika ditekan.

Penyakit usus buntu disebabkan oleh penyumbatan di area usus. Penyakit usus buntu dapat terjadi pada siapa saja, laki-laki perempuan, tua maupun muda, anak serta dewasa. Meski, paling sering terjadi pada usia 10-30 tahun. Meskipun begitu, Anda  harus mengetahui gejala atau ciri usus buntu sejak awal. Tujuannya, untuk mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat dan memperkecil risiko komplikasi.

Berikut ini ulasan mengenai ciri usus buntu, beserta letak dan penyebabnya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com yang dilansir dari berbagai sumber, Kamis (14/10/2021).

Ciri Usus Buntu

8 Ciri Usus Buntu dan Letaknya yang Mirip Penyakit Lain, Cegah Sejak Dini
Mitos dan Fakta tentang Usus Buntu (iStockphoto)

Ciri usus buntu yang utama adalah nyeri pada perut. Nyeri ini disebut kolik abdomen. Rasa nyeri tersebut dapat berawal dari pusar, lalu bergerak ke bagian kanan bawah perut. Namun, posisi nyeri dapat berbeda-beda, tergantung usia dan posisi dari usus buntu itu sendiri. Dalam waktu beberapa jam, rasa nyeri dapat bertambah parah, terutama saat kita bergerak, menarik napas dalam, batuk, atau bersin. Selain itu, rasa nyeri ini juga bisa muncul secara mendadak, bahkan saat  penderita sedang tidur. Bila radang usus buntu terjadi saat hamil, rasa nyeri bisa muncul pada perut bagian atas, karena posisi usus buntu menjadi lebih tinggi saat hamil.

Ciri nyeri perut tersebut dapat disertai gejala lain, di antaranya:

1. Kehilangan nafsu makan

2. Perut kembung

3. Tidak bisa buang gas (kentut)

4. Mual dan muntah

5. Konstipasi atau diare

6. Demam dari 37,6°-39°C

7. Nyeri buang air kecil

8. Keram otot perut

Konsultasikan kepada dokter apabila mengalami nyeri perut yang perlahan-lahan makin parah dan meluas ke seluruh daerah perut. Kondisi tersebut dapat menjadi ciri usus buntu telah pecah, dan mengakibatkan infeksi rongga perut atau peritonitis . Pada wanita, ciri usus buntu terkadang bisa mirip dengan nyeri menstruasi (dismenorea) dan kehamilan ektopik yang terganggu.

Letak Usus Buntu

8 Ciri Usus Buntu dan Letaknya yang Mirip Penyakit Lain, Cegah Sejak Dini
Usus Buntu. (iStockphoto)

Setelah kita mengetahui ciri usus buntu, ada baiknya kita juga mempelajari mengenai letak dari usus buntu tersebut. Letak usus buntu atau apendisitis berada kurang lebih 2,5 cm dari bawah katup ileusekum. Posisi organ ini secara kasat mata akan dapat terlihat di bagian perut sebelah kanan, tepatnya pada garis lurus antara pusar serta tulang panggul.

Penyebab Usus Buntu

8 Ciri Usus Buntu dan Letaknya yang Mirip Penyakit Lain, Cegah Sejak Dini
Ilustrasi gorengan. /copyright pixabay.com

Ciri usus buntu tak akan lengkap kita pelajari jika kita belum mengetahui apa saja penyebab dari usus buntu itu sendiri. Ada beberapa penyebab dari usus buntu itu sendiri di antaranya:

1. Menahan Kentut

Menahan kentut bisa jadi salah satu penyebab munculnya usus buntu. Menahan kentut kerap dilakukan seseorang ketika tengah berada di tempat umum atau sedang berkumpul bersama teman atau keluarga. Menahan kentut merupakan penyebab usus buntu berikutnya yang tak boleh diabaikan.

Orang yang sering menahan kentut, membuat gas akan tertahan pada saluran pencernaan usus. Hingga membuat apendiks menjadi bengkak dan meradang. Hal ini bisa mengakibatkan dinding usus menjadi tipis dan akan lebih rentan terjadi peradangan dan pembengkakan pada rongga usus buntu. 

2. Konsumsi Gorengan dan Makan Sembarangan

Penyebab usus buntu selanjutnya yakni sering makan gorengan atau makan sembarangan. Sering mengonsumsi makanan yang digoreng juga merupakan kebiasaan yang tidak baik bagi tubuh. Segala macam makanan yang digoreng mempunyai zat karsinogen yang berbahaya bagi tubuh.

Fakta menyebutkan bahwa mengonsumsi daging kalengan atau berbagai jenis daging instan yang dijual di pasaran tidak baik untuk dikonsumsi sehari-hari. Sama seperti makanan yang digoreng atau dibakar, daging kalengan ini menyimpan zat karsinogen yang mampu memicu terjadinya radang pada usus buntu. Jajanan yang biasa dijual bebas di pinggir-pinggir jalan tidak terjaga kebersihannya, sehingga rentan tercampur oleh debu, polusi juga bakteri yang tersebar bebas.

3. Adanya Penyumbatan

Penyebab usus buntu berikutnya yakni adanya penyumbatan. Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh feses, benda asing, atau bahkan sel kanker. Penyumbatan ini kemudian dapat menjadi rumah baru bagi bakteri untuk berkembang biak. Hal ini lama kelamaan dapat mengakibatkan usus buntu jadi meradang, bengkak, dan dipenuhi dengan nanah. Penyumbatan ini pun bisa bersifat sebagian atau seluruh menutupi saluran usus buntu. Bila penyumbatan menutup keseluruhan rongga usus buntu, ini perlu dioperasi.

Pengobatan Penyakit Usus Buntu

Langkah pengobatan utama untuk penyakit usus buntu adalah melalui prosedur operasi pengangkatan usus buntu, atau yang dikenal dengan istilah apendektomi. Namun sebelum dilakukan operasi, penderita biasanya diberi obat antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi, terutama pada usus buntu yang belum pecah namun sudah terbentuk abses. Sedangkan pada usus buntu yang ringan, pemberian antibiotik sebelum operasi dapat memulihkan kondisi sebagian pasien, sehingga operasi tidak perlu dilakukan. Penanganan penyakit ini, khususnya yang sudah parah, tetap perlu dengan obat-obatan seperti antibiotik dan operasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya