Liputan6.com, Jakarta OCD atau Obsessive Compulsive Disorder adalah kondisi kesehatan mental umum untuk menggambarkan seseorang yang memiliki pikiran obsesif dan perilaku kompulsif. OCD dapat menyerang siapa saja termasuk pria, wanita, ataupun anak-anak. Seperti yang dialami oleh oleh artis Aliando Syarief.Â
Baca Juga
Ketika menderita OCD ekstrem, itu dapat mengganggu hubungan pengidapnya dengan orang lain, memengaruhi kemampuan menjalankan tanggung jawab, dan signifikan mengurangi kualitas hidup.
Advertisement
Sebenarnya, penyebab OCD atau Obsessive Compulsive Disorder belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa pemicu terjadinya penyakit OCDÂ ekstrem, yaitu faktor genetik, lingkungan, dan perubahan pada senyawa kimia otak.
Untuk lebih lanjut, berikut ini ulasan mengenai penyebab OCD beserta tanda-tanda dan pengobatannya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (28/1/2022).
Pengertian OCD
Sebagaimana dilansir Medical News Today, OCD adalah gangguan mental yang membuat orang memiliki pikiran, ide, atau sensasi yang berulang dan tidak diinginkan (obsesi) yang membuat mereka merasa terdorong untuk melakukan sesuatu secara berulang (kompulsi). Perilaku berulang tersebut seperti mencuci tangan, memeriksa atau membersihkan barang-barang. Jika dibiarkan OCD dapat secara signifikan mengganggu aktivitas sehari-hari dan interaksi sosial seseorang. Orang tanpa OCD juga bisa memiliki pemikiran dan perilaku tersebut, namun biasanya bisa dikontrol tidak mengganggu kehidupan sehari-hari. Namun, bagi penderita OCD, meskipun mereka tahu obsesi mereka tidak realistis, mereka mengalami kesulitan melepaskan diri dari pikiran obsesif atau menghentikan tindakan kompulsif. OCD sering dimulai pada masa kanak-kanak, remaja, atau dewasa awal. Rata-rata usia gejala yang muncul adalah 19 tahun. Berikut pengertian obsesi dan kompulsif.
1. Obsesi
Obsesi adalah pikiran, impuls, atau gambaran yang berulang dan terus-menerus yang menyebabkan emosi yang menyusahkan seperti kecemasan atau jijik. Banyak orang dengan OCD menyadari bahwa pikiran, impuls, atau gambar adalah produk dari pikiran mereka dan berlebihan atau tidak masuk akal.
2. Kompulsi
Kompulsi adalah perilaku berulang atau tindakan mental seseorang merasa didorong untuk melakukan dalam menanggapi obsesi. Perilaku biasanya mencegah atau mengurangi penderitaan seseorang yang terkait dengan obsesi. Kompulsi dapat berupa respons berlebihan yang secara langsung berhubungan dengan obsesi atau tindakan yang sama sekali tidak terkait dengan obsesi. Dalam kasus yang paling parah, pengulangan perilaku tersebut bisa dialami sepanjang hari dan membuat rutinitas normal menjadi tidak mungkin.
Advertisement
Tanda-Tanda OCD
Tanda-tanda orang terdiagnosis OCD ekstrem diawali dengan adanya gangguan pikiran yang menimbulkan rasa cemas dan takut secara terus menerus. Secara sadar atau tidak sadar melakukan kegiatan secara berulang untuk menghilangkan rasa cemas dan takut yang tiba-tiba muncul. Orang yang mengidap OCD yang terkait dengan anggota tubuhnya biasanya memiliki gejala seperti berikut:
1. Sering mengedipkan mata lebih dari orang normal.
2. Tiba-tiba mengubah ekspresi wajah menjadi muram dan sering mengerutkan wajah.
3. Suka memegang hidungnya secara terus menerus.
4. Mengulang suara batuk dan suara daham.
5. Menggelengkan kepalanya secara terus-menerus selama beberapa saat.
 Sedangkan, gejala pengidap OCD ekstrem yang berkaitan dengan mental, yaitu:
1. Tidak bisa melihat sesuatu tidak sesuai dengan urutannya, ukurannya atau warnanya.
2. Takut akan keramaian.
3. Mengulangi beberapa aktifitas yang sudah ia lakukan.
4. Selalu terlihat rapi dan tidak bisa melihat ketidakrapian.
Penyebab OCD
Sejauh ini dilansir dari Hellosehat, para ahli belum menemukan penyebab pasti dari OCD. Namun, berikut beberapa faktor potensial yang berkontribusi OCD seorang ialah sebagai berikut:
1. Faktor Genetik
Penyebab OCD ekstrem yang pertama adalah faktor genetik. OCD juga bisa merupakan penyakit keturunan, tapi belum diketahui gen yang mempengaruhi masalah kesehatan mental ini.
2. Perubahan pada Senyawa Kimia Otak
Beberapa studi menemukan OCD bisa terjadi karena perubahan bahan kimia alami di otak, seperti serotonin atau fungsi otak. Orang dengan penyakit ini mungkin memiliki serotonin yang tidak cukup sehingga cenderung mengurangi perilaku yang sama berulang kali.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan bisa menjadi penyebab OCD, termasuk trauma masa kecil, infeksi streptococcus atau Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with Streptococcal Infections (PANDAS) dan perilaku obsesif kompulsif karena mengamati anggota keluarga.
Advertisement
Cara Pengobatan OCD
Pengobatan OCD bertujuan untuk mengendalikan gejala yang muncul, sehingga metode yang dilakukan tergantung kepada tingkat keparahan gejala. Metode pengobatan bagi penderita OCD dapat berupa terapi perilaku kognitif, pemberian obat antidepresan, atau kombinasi dari kedua metode tersebut. Pada beberapa penderita, pengobatan perlu dilakukan seumur hidup.
Selain obat-obatan, psikoterapi juga efektif untuk mengobati OCD pada orang dewasa dan anak-anak. Dalam beberapa kasus menunjukkan bahwa jenis psikoterapi tertentu, termasuk terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi terkait lainnya (misalnya, pelatihan pembalikan kebiasaan) dapat sama efektifnya dengan obat bagi banyak individu. Dalam beberapa kasus juga menunjukkan bahwa tipe CBT yang disebut Exposure and Response Prevention (EX/RP) efektif dalam mengurangi perilaku kompulsif dalam OCD.