Mengapa Masyarakat Senantiasa Mengalami Perubahan Sosial Budaya?

Masyarakat senantiasa mengalami perubahan sosial budaya yang dipengaruhi faktor dari dalam masyarakat dan faktor dari luar masyarakat.

oleh Laudia Tysara diperbarui 15 Jun 2023, 14:55 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2023, 14:55 WIB
Dirjen Polpum Kemendagri Tekankan Kerukunan Jelang Pemilu
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Ketahanan Ekonomi, Sosial, dan Budaya (Ekososbud) dengan tema “Sinergi Memantapkan Kerukunan Sosial Masyarakat dalam Mewujudkan Pemilu Aman, Damai dan Harmoni” secara hybrid dari Hotel Claro Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Selasa (11/4/2023).

Liputan6.com, Jakarta - Mengungkap alasan mengapa masyarakat senantiasa mengalami perubahan sosial budaya, merupakan hal yang menarik. Baik itu perubahan sosial budaya yang menjadi lebih maju atau perubahan yang semakin mengalami kemunduran.

Dalam jurnal penelitian berjudul Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan (2015) oleh Baharuddin, masyarakat senantiasa mengalami perubahan sosial budaya yang dipengaruhi faktor internal masyarakat itu dan faktor eksternal atau dari luar masyarakat.

Baharuddin menjelaskan perubahan sosial budaya adalah fenomena di mana terjadi perubahan dalam struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Ini adalah suatu gejala umum yang terjadi sepanjang masa di setiap masyarakat. Perubahan tersebut sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu menginginkan adanya perubahan.

Selain dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, penting juga untuk memahami alasan mengapa masyarakat mengalami perubahan sosial budaya dari faktor pendorong dan penghambatnya. Simak penjelasan lengkapnya.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang alasan mengapa masyarakat senantiasa mengalami perubahan sosial budaya, Kamis (15/6/2023).

Faktor Internal

Wakil Menteri Solidaritas Sosial Timor Leste Signi Chandrawati Verdial tiba di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK). Tampak tersenyum di sebelahnya Suanesavanh Vignaket, Menteri Informasi, Budaya, dan Pariwisata Laos.
Wakil Menteri Solidaritas Sosial Timor Leste Signi Chandrawati Verdial tiba di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK). Tampak tersenyum di sebelahnya Suanesavanh Vignaket, Menteri Informasi, Budaya, dan Pariwisata Laos. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

1. Perubahan penduduk:

Pertambahan atau berkurangnya jumlah penduduk merupakan alasan mengapa masyarakat senantiasa mengalami perubahan sosial budaya. Misalnya, pertambahan penduduk dapat mengubah pola tempat tinggal dari lingkungan kerabat menjadi lingkungan yang lebih terdiversifikasi akibat faktor pekerjaan. Sebaliknya, penurunan jumlah penduduk juga dapat mempengaruhi perubahan sosial budaya, seperti dalam program transmigrasi atau urbanisasi.

2. Pemberontakan atau Revolusi:

Pemberontakan atau revolusi dalam masyarakat dapat membawa perubahan sosial budaya yang signifikan. Contoh mengapa masyarakat senantiasa mengalami perubahan sosial budaya, di antaranya terjadinya pemberontakan seperti G30S/PKI di Indonesia pada tahun 1965 membawa perubahan politik dan pelarangan ajaran komunis. Hal ini terjadi karena pemberontakan tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia.

3. Perubahan Peranan Nilai:

Alasan mengapa masyarakat senantiasa mengalami perubahan sosial budaya, juga dapat disebabkan oleh perubahan dalam peranan nilai-nilai di masyarakat. Misalnya, sosialisasi program keluarga berencana dapat mengubah pola pertambahan penduduk. Sebelum adanya program keluarga berencana, masyarakat cenderung memiliki banyak anak. Namun, setelah adanya sosialisasi tersebut, kesadaran untuk membatasi kelahiran anak meningkat demi masa depan dan kesejahteraan anak-anak.

4. Peranan Tokoh Kharismatik:

Tokoh kharismatik yang disegani, dihormati, dan diteladani oleh masyarakat juga dapat mempengaruhi perubahan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat. Misalnya, seorang tokoh seperti Soekarno, yang merupakan presiden RI, memiliki pengaruh yang besar dalam membawa perubahan sosial budaya melalui keahliannya dalam berpidato dan kepemimpinannya yang kharismatik.

5. Penemuan Baru:

Penemuan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan alasan mengapa masyarakat senantiasa mengalami perubahan sosial budaya. Misalnya, penemuan mobil membawa perubahan budaya dan sosial dalam masyarakat. Hal ini dapat tercermin dalam pembentukan status sosial berdasarkan kepemilikan mobil, di mana mereka yang tidak memiliki mobil dianggap memiliki status sosial yang lebih rendah daripada mereka yang memiliki mobil. Selanjutnya, orang yang memiliki lebih dari satu mobil bisa dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang hanya memiliki satu mobil.

 

Faktor Eksternal

Aksi Damai Penyelamatan Hutan Jawa
Sejumlah orang yang tergabung dalam karyawan Perhutani menggelar aksi damai di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Rabu (20/7/2022). Massa menyampaikan kepada masyarakat Indonesia dan pemerintah peran strategis Hutan Jawa dalam mendukung kehidupan baik dari aspek ekologis, tata air, mitigasi bencana, perlindungan keanekaragaman hayati, perekonomian, sosial dan budaya mengingat peran strategis tersebut. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

1. Pengaruh Lingkungan Alam:

Pengaruh lingkungan alam merupakan salah satu mengapa masyarakat senantiasa mengalami perubahan sosial budaya. Misalnya, tanah yang subur dapat mempengaruhi masyarakat untuk menjadi petani. Kondisi kehidupan sebagai petani akan memengaruhi kebudayaan masyarakat, seperti sistem pertanian, tradisi, dan pola interaksi sosial yang terkait dengan bidang pertanian.

2. Kebudayaan Masyarakat Lain:

Kontak kebudayaan antara masyarakat yang berbeda dapat memiliki pengaruh positif dan negatif. Alasan mengapa masyarakat senantiasa mengalami perubahan sosial budaya, misalnya seperti kontak antara bangsa Indonesia dan bangsa Barat (Eropa) membawa transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang positif. Namun, pengaruh negatif juga dapat terjadi dalam bentuk westernisasi, yaitu adopsi pola hidup kebarat-baratan oleh sekelompok anak muda.

3. Peperangan:

Peperangan juga dapat menyebabkan pengaruh negatif yang signifikan terhadap aspek kehidupan masyarakat atau terjadinya perubahan sosial budaya. Misalnya, perang Irak telah membawa derita dan trauma berkepanjangan bagi rakyat Irak. Peperangan dapat mengubah struktur sosial, norma, nilai, dan sistem kehidupan masyarakat secara drastis.

 

Faktor Pendorong

PSBB Masa Transisi, CFD Jakarta Ditiadakan
Petugas Satpol PP berjaga saat CFD di Bunderan HI Jakarta, Minggu (7/6/2020). Sesuai Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Jakarta nomor 51 tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB Pada Masa Transisi, pembukaan kegiatan sosial budaya dilakukan secara bertahap. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

1. Timbunan Kebudayaan dan Penemuan Baru:

Kebudayaan dalam masyarakat terus mengalami penimbunan dan penumpukan. Hal ini terjadi karena adanya penemuan baru dalam masyarakat yang menciptakan keberagaman budaya baru.

2. Perubahan Jumlah Penduduk:

Perubahan jumlah penduduk suatu daerah dapat menyebabkan perubahan struktur masyarakat dan lembaga kemasyarakatan. Pertambahan atau berkurangnya jumlah penduduk dapat mempengaruhi interaksi sosial dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

3. Pertentangan atau Konflik:

Pertentangan yang timbul dalam masyarakat akibat kemajemukan dapat menjadi pendorong perubahan sosial. Persaingan dalam memperebutkan sumber daya yang semakin terbatas mendorong masyarakat untuk berkreasi menciptakan alternatif pemenuhan kebutuhan.

4. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi:

Perubahan sosial budaya juga dapat berasal dari luar masyarakat itu sendiri, seperti bencana alam atau peperangan. Pemberontakan atau revolusi dapat memicu perubahan sosial yang signifikan dalam sistem politik, ekonomi, dan budaya.

5. Sistem Terbuka Lapisan Masyarakat:

Masyarakat dengan sistem lapisan yang terbuka cenderung lebih mudah mengalami perubahan. Adanya kesempatan bagi individu yang potensial untuk berkontribusi dan berkarya mendorong inovasi dan perubahan dalam masyarakat.

6. Sifat Menghargai Hasil Karya dan Keinginan untuk Maju:

Sikap menghargai hasil karya orang lain mendorong seseorang untuk melakukan penelitian dan inovasi. Kualitas pendidikan yang tinggi juga dapat mengubah pola pikir masyarakat, sehingga mereka lebih rasional dalam berpikir dan bertindak.

7. Orientasi ke Masa Depan:

Keinginan memperoleh masa depan yang lebih baik mendorong perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Fokus pada kemajuan dan perkembangan membawa dorongan untuk mengubah dan meningkatkan kehidupan di masa yang akan datang.

8. Akulturasi:

Akulturasi merupakan pertemuan dua kebudayaan yang berbeda dan saling mempengaruhi. Proses akulturasi dapat menghasilkan perubahan dalam pola budaya dan menciptakan kebudayaan baru yang merupakan perpaduan dari kebudayaan yang bertemu.

9. Asimilasi:

Asimilasi adalah perpaduan dua kebudayaan yang berbeda secara berangsur-angsur berkembang, menghasilkan budaya baru. Proses ini melibatkan adaptasi dan penggabungan elemen-elemen budaya sehingga terbentuk kebudayaan yang baru.

 

Faktor Penghambat

Aksi Bungkam Menolak Pengesahan RUU PKS
Aktivis Aliansi Gerakan Peduli Perempuan menggelar aksi menolak RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) saat CFD di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (14/7/2019). RUU PKS dianggap masih bermakna rancu terkait budaya, agama, dan norma sosial di masyarakat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terhambat

Jika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhambat, hal ini dapat menghambat perubahan sosial budaya. Keterbatasan pengetahuan dan kurangnya inovasi dapat menjaga masyarakat dalam pola pikir dan praktik yang sudah ada.

2. Sikap Masyarakat yang Sangat Tradisional

Sikap yang sangat tradisional atau konservatif dalam masyarakat dapat menjadi penghambat perubahan sosial budaya. Ketidakmampuan atau ketidaknyamanan untuk menerima perubahan dan mempertahankan nilai-nilai dan praktik-praktik yang sudah mapan dapat memperlambat perkembangan sosial budaya.

3. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain

Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain atau isolasi dapat menghambat perubahan sosial budaya. Ketidaktersediaan sumber informasi dan interaksi yang terbatas dapat membatasi akses masyarakat terhadap perubahan dan inovasi.

4. Adanya Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam Kuat

Kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat dalam masyarakat dapat menghambat perubahan sosial budaya. Ketika kelompok atau individu memiliki kepentingan yang kuat dalam mempertahankan status quo, mereka mungkin menghambat perubahan yang dapat mengancam posisi atau keuntungan mereka.

5. Rasa Takut dengan Adanya Kegoyahan pada Integrasi Kebudayaan

Rasa takut terhadap perubahan atau kegoyahan dalam integrasi kebudayaan dapat menjadi penghambat perubahan sosial budaya. Ketakutan terhadap hilangnya identitas budaya atau kekhawatiran akan konflik sosial dapat membuat masyarakat enggan untuk mengadopsi atau mengubah elemen-elemen budaya baru.

6. Hubungan yang Bersifat Ideologis

Adanya hubungan yang bersifat ideologis, seperti keyakinan agama atau ideologi politik yang kuat, dapat menghambat perubahan sosial budaya. Ketika nilai-nilai dan praktik-praktik budaya bertentangan dengan keyakinan ideologis, masyarakat mungkin enggan untuk mengubah atau mengadopsi perubahan tersebut.

7. Adat atau Kebiasaan

Adat atau kebiasaan yang kuat dalam masyarakat dapat menjadi penghambat perubahan sosial budaya. Ketika adat atau kebiasaan sudah mengakar dalam masyarakat, sulit untuk mengubahnya karena dianggap sebagai bagian integral dari identitas budaya.

8. Prasangka terhadap Hal-Hal Baru dan Pemikiran Negatif tentang Perbaikan Hidup

Prasangka terhadap hal-hal baru dan pemikiran negatif tentang perbaikan hidup dapat menghambat perubahan sosial budaya. Ketika masyarakat memiliki prasangka terhadap perubahan atau percaya bahwa perubahan tidak mungkin membawa kebaikan, mereka cenderung menolak perubahan dan tetap mempertahankan status quo.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya