Liputan6.com, Jakarta Bulan Syawal memiliki makna istimewa dalam sejarah Islam, tidak hanya sebagai bulan kemenangan setelah Ramadhan tetapi juga sebagai saksi peristiwa penting, salah satunya adalah pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti 'Aisyah radhiyallahu 'anha. Peristiwa ini bukan sekadar bagian dari perjalanan hidup Nabi, tetapi juga menjadi bukti bahwa Islam menentang takhayul yang berkembang di masyarakat Arab saat itu.
Baca Juga
Advertisement
Pada masa jahiliyah, sebagian masyarakat Arab menganggap bulan Syawal sebagai waktu yang tidak baik untuk menikah, karena diyakini dapat membawa kesialan dalam rumah tangga. Namun, Rasulullah SAW membuktikan sebaliknya dengan menikahi 'Aisyah di bulan ini, seolah ingin meluruskan pandangan keliru tersebut. Dalam catatan sejarah, pernikahan ini berlangsung di Makkah, tiga tahun setelah wafatnya Siti Khadijah radhiyallahu 'anha, dengan akad yang dilakukan saat 'Aisyah masih belia.
Kisah pernikahan Rasulullah SAW dengan 'Aisyah tidak hanya mengandung nilai sejarah, tetapi juga mengajarkan kepada umat Islam bahwa keberkahan suatu pernikahan tidak ditentukan oleh waktu atau mitos, melainkan oleh niat, keimanan, dan ketakwaan kepada Allah SWT. Melalui artikel ini, kita akan menelusuri lebih dalam hikmah di balik pernikahan tersebut serta bagaimana ajaran Islam membimbing umatnya dalam membangun rumah tangga yang penuh berkah. Berikut kisahnya, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (17/3/2025).Â
Perjalanan Rumah Tangga Rasulullah dan Aisyah
 Aisyah RA dikenal sebagai perempuan yang cantik, cerdas, dan lembut hatinya. Ia adalah putri dari sahabat terdekat Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dalam sebuah hadits, Aisyah RA sendiri mengisahkan bahwa beliau dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawal dan mulai hidup bersama beliau juga pada bulan Syawal. Pernikahan ini menjadi bukti bahwa bulan Syawal bukanlah waktu yang membawa kesialan dalam pernikahan, sebagaimana kepercayaan yang berkembang di masyarakat Arab kala itu.
Pernikahan ini berawal dari Khaulah binti Hakim, yang mengusulkan kepada Rasulullah SAW untuk menikah kembali setelah wafatnya Khadijah RA. Rasulullah SAW kemudian memilih Aisyah RA dan Saudah binti Zam’ah. Namun, karena saat itu Aisyah RA masih sangat belia, akad nikah dilakukan lebih dulu tanpa segera tinggal serumah.
Dua tahun setelah hijrah ke Madinah, Aisyah RA akhirnya mulai hidup bersama Rasulullah SAW di usia sembilan tahun. Momen ini diceritakan oleh Aisyah RA sendiri, yang mengingat bagaimana ibunya, Ummu Ruman, merawatnya sebelum diserahkan kepada Rasulullah SAW. Para wanita Anshar pun menyambutnya dengan doa keberkahan, dan di pagi hari Rasulullah SAW menjemputnya sebagai istrinya.
Setelah menikah, Rasulullah SAW memberikan julukan khusus kepadanya, yaitu Humairah, yang berarti putih kemerah-merahan, sebagai bentuk kasih sayang beliau.Â
Advertisement
 Kasih Sayang Rasulullah SAW kepada Aisyah RA
Rumah tangga Rasulullah SAW dan Aisyah RA dipenuhi dengan kasih sayang dan kebersamaan yang indah. Aisyah RA adalah satu-satunya istri Rasulullah SAW yang dinikahi dalam keadaan gadis, dan beliau sering menunjukkan kedekatan emosional dengan Aisyah. Rasulullah SAW tidak hanya mencintainya sebagai istri, tetapi juga menghormati kecerdasannya dan menjadikannya sebagai tempat berbagi ilmu serta pemikiran.
Kisah mereka dipenuhi dengan momen-momen penuh cinta, seperti ketika Rasulullah SAW berlomba lari dengan Aisyah RA, meminum dari gelas yang sama, hingga membiarkan Aisyah RA menonton permainan para sahabat dari balik bahunya. Rasulullah SAW juga menunjukkan penghormatan terhadap Aisyah RA dengan bersandar di pangkuannya saat menjelang wafat.Â
Aisyah: Sosok Cerdas dan Berilmu
 Selain sebagai istri tercinta, Aisyah RA juga dikenal sebagai perempuan yang sangat cerdas. Ia menjadi salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dan memiliki pemahaman yang mendalam dalam ilmu agama, terutama dalam bidang fiqh. Keberadaannya di sisi Rasulullah SAW sejak usia belia membuatnya memiliki wawasan yang luas tentang kehidupan dan ajaran beliau.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Aisyah RA tetap berperan besar dalam menyebarkan ilmu Islam. Ia menjadi rujukan bagi para sahabat dalam memahami hadits dan hukum-hukum agama. Bahkan, rumahnya di Madinah menjadi pusat pembelajaran bagi banyak kaum Muslimin.
Advertisement
Hikmah Pernikahan Rasulullah SAW dan Aisyah RA
Pernikahan Rasulullah SAW dan Aisyah RA tidak hanya sekadar ikatan suami istri, tetapi juga menjadi bagian dari perjalanan dakwah Islam yang penuh hikmah. Dari kisah ini, umat Islam dapat belajar tentang makna cinta, kesetiaan, dan pentingnya ilmu dalam kehidupan rumah tangga. Aisyah RA tidak hanya menjadi istri yang dicintai Rasulullah SAW, tetapi juga seorang wanita yang namanya terus dikenang karena kecerdasan, keimanannya, dan perannya dalam menjaga serta menyebarkan ajaran Islam.
Berikut adalah beberapa hikmah utama dari pernikahan ini:
1. Menegaskan Bahwa Syawal Adalah Bulan yang Baik untuk Menikah
Pada masa itu, masyarakat Arab memiliki kepercayaan bahwa menikah di bulan Syawal akan membawa kesialan. Rasulullah SAW dengan menikahi Aisyah RA di bulan Syawal membantah kepercayaan jahiliah ini dan menunjukkan bahwa Syawal adalah bulan yang baik untuk menikah. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Tirmidzi menegaskan bahwa Aisyah RA sendiri menganjurkan para wanita untuk menikah di bulan Syawal, karena Rasulullah SAW juga menikahinya pada bulan ini. Hal ini menjadi dasar sunnah menikah di bulan Syawal menurut para ulama.
2. Pernikahan Berdasarkan Wahyu, Bukan Hawa Nafsu
Pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah RA tidak didasari oleh nafsu jasmani semata, tetapi merupakan bagian dari rencana Allah SWT. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Muslim, Rasulullah SAW telah menerima wahyu melalui mimpi selama beberapa kali sebelum menikahi Aisyah RA. Mimpi seorang nabi adalah wahyu, dan ini menunjukkan bahwa pernikahan tersebut memiliki tujuan besar dalam penyebaran Islam dan ilmu pengetahuan.
3. Menjadikan Aisyah RA sebagai Sumber Ilmu
Aisyah RA dikenal sebagai wanita yang sangat cerdas dan berilmu. Dengan menikah pada usia yang masih muda, Aisyah RA memiliki banyak kesempatan untuk merekam kehidupan dan ajaran Rasulullah SAW secara lebih detail. Hal ini menjadikannya salah satu perawi hadits terbanyak dan seorang pakar dalam ilmu fiqh, tafsir, dan sejarah Islam.
Sebagaimana dikatakan oleh Muhammad bin Syihab az-Zuhri, ilmu Aisyah RA lebih luas dibandingkan dengan banyak ulama pada masanya. Dengan kecerdasannya, ia menjadi rujukan bagi para sahabat dan ulama dalam memahami ajaran Islam.
4. Membuka Peluang Pendidikan bagi Kaum Wanita
Pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah RA juga membawa dampak besar dalam hal pendidikan bagi kaum wanita. Aisyah RA menjadi salah satu wanita yang paling banyak menyebarkan ilmu agama, sehingga membuka jalan bagi wanita Muslim untuk berperan aktif dalam keilmuan dan dakwah. Ia juga mengajarkan bahwa wanita memiliki kedudukan tinggi dalam Islam, terutama dalam menyebarkan ilmu pengetahuan.
5. Membentuk Rumah Tangga yang Harmonis dan Penuh Kasih Sayang
Rasulullah SAW menunjukkan bagaimana membangun rumah tangga yang penuh kasih sayang, komunikasi yang baik, dan saling menghargai. Interaksi beliau dengan Aisyah RA menjadi teladan dalam membangun hubungan suami istri yang harmonis. Rasulullah SAW sering bercanda dengan Aisyah RA, berlomba lari dengannya, dan memberikan perhatian khusus kepadanya, menunjukkan bahwa Islam mengajarkan kelembutan dalam hubungan pernikahan.
6. Menjaga Kemurnian Islam melalui Periwayatan Hadits
Sebagai istri Rasulullah SAW yang mendampingi beliau di banyak kesempatan, Aisyah RA memiliki akses langsung terhadap ajaran dan kebiasaan Nabi. Ini menjadikannya sebagai salah satu perawi hadits terbanyak, dengan lebih dari 2.000 hadits yang diriwayatkannya. Melalui periwayatannya, banyak aspek kehidupan Rasulullah SAW yang dapat diketahui dan dipelajari oleh umat Islam.Â
