Apakah Puasa Idul Adha Boleh 1 Hari? Simak Penjelasannya

Puasa Idul Adha dapat dilaksanakan hanya selama 1 hari sebelum hari raya, yang disebut puasa Arafah.

oleh Laudia Tysara diperbarui 09 Mar 2024, 11:47 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2023, 16:45 WIB
FOTO: Penjualan Hewan Kurban di Tengah Wabah Virus PMK
Pedagang memberi makan hewan kurban yang dijual di Cipulir, Jakarta, Selasa (28/6/2022). Menjelang Hari Raya Idul Adha, penjualan hewan kurban seperti sapi, kerbau, dan kambing kembali bergeliat meski sedang mewabah virus penyakit mulut dan kuku (PMK). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pertanyaan apakah boleh puasa Idul Adha 1 hari, jawabannya adalah boleh. Puasa Idul Adha dapat dilaksanakan hanya selama 1 hari sebelum hari raya. Puasa ini dikenal sebagai puasa Arafah dan dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah.

"Puasa di hari Tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu. Sedangkan puasa hari Arafah (9 Dzulhijah) akan mengampuni dosa dua tahun." (HR. Tirmidzi)

Menunaikan puasa Idul Adha 1 hari tersebut memiliki keutamaan besar, di mana Allah SWT akan menghapus dosa-dosa mereka selama satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. Ini menjadikan puasa Arafah sebagai kesempatan yang berharga bagi umat Muslim untuk mendapatkan pahala besar dan pengampunan dari Allah SWT.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang pembahasan apakah boleh puasa Idul Adha 1 hari saja, Jumat (16/6/2023).

Diperbolehkan

Muslim Afghanistan Berburu Berkah Lailatul Qadar
Umat muslim Afghanistan membaca Alquran di sebuah masjid di Kabul, Rabu (6/6). Jamaah beriktikaf memperbanyak membaca Al-Quran, berzikir, doa dan istigfar pada sepuluh malam terakhir Ramadan menanti datangnya malam Lailatul Qadar. (AP/Rahmat Gul)

Apakah boleh puasa Idul Adha 1 hari? Puasa Idul Adha memiliki hukum asal tidak wajib atau sunnah muakkad, seperti yang dijelaskan oleh Kementerian Agama Provinsi Denpasar Bali. Maka dari itu, puasa Idul Adha boleh dilakukan hanya selama satu hari, tepatnya satu hari sebelum hari raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah.

Hafshah RA mengisahkan, "Ada empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW, yaitu puasa Asyura, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat sebelum Subuh." (HR Ahmad dan An Nasa'i)

Puasa 1 hari sebelum hari raya Idul Adha tersebut dikenal sebagai puasa Arafah. Puasa Arafah memiliki keutamaan yang besar dan dianjurkan bagi mereka yang tidak menunaikan ibadah haji. Dalam buku berjudul Buku Pintar Panduan Lengkap Ibadah Muslimah (2012) karya Ust. M. Syukron Maksum, disebutkan niat puasa Idul Adha hari kedua, atau puasa Arafah, dilaksanakan pada 1 hari sebelum Hari Raya Idul Adha.

Meskipun sangat dianjurkan, puasa Arafah atau puasa 1 hari sebelum hari raya Idul Adha juga tidak diwajibkan bagi mereka yang berkurban, sesuai dengan penjelasan Kementerian Agama. Ini berarti bahwa mereka yang sedang melakukan kurban tidak diharuskan berpuasa Arafah.

"Puasa di hari Tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu. Sedangkan puasa hari Arafah (9 Dzulhijah) akan mengampuni dosa dua tahun." (HR. Tirmidzi)

Dalam buku berjudul Cinta Shaum, Zakat, dan Haji juga dijelaskan tentang keutamaan besar bagi mereka yang hanya puasa Idul Adha 1 hari, yaitu Allah akan menghapus dosa-dosa mereka selama satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. Oleh karena itu, puasa Arafah menjadi kesempatan yang sangat berharga bagi umat Muslim untuk mendapatkan pahala besar dan pengampunan dari Allah SWT.

"Dan Rasulullah SAW ditanya tentang berpuasa di hari Arafah. Maka, Rasulullah bersabda, 'Puasa ini dapat menebus dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.'" (HR. Muslim)

Bagi individu yang berencana berpuasa Arafah atau puasa Idul Adha 1 hari, disarankan untuk melafalkan niat puasa Idul Adha pada malam sebelum sahur, sebelum adzan subuh dikumandangkan. Hal ini bertujuan agar niat mereka tetap terjaga dan kuat sepanjang hari puasa.

 

نَوَيْتُ صَو ْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِل َّهِ تَعَالَ ى

Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta’ala

Artinya: "Saya niat puasa Arafah, karena Allah ta’ala."

 

Haram di 10 Dzulhijjah

FOTO: Jakarta Islamic Centre Terapkan Protokol Kesehatan Salat Idul Adha
Jemaah mengenakan masker saat melaksanakan salat Idul Adha 1441 H di Masjid Raya Jakarta Islamic Centre, Jumat (31/7/2020). Khutbah Idul Adha tahun ini bertema ‘Membagun Optimisme di Tengah Pandemi’. (merdeka.com/Imam Buhori)

Berpuasa di tanggal 10 Dzulhijjah diharamkan karena ini disebut hari raya Idul Adha. Puasa pada tanggal 10 Dzulhijjah tidak diperbolehkan karena dianggap sebagai hari raya yang harus dinikmati dan dirayakan dengan gembira. Selain itu, di tanggal tersebut masuk kategori hari haram puasa.

Bagi umat Muslim yang ingin mencari banyak pahala, disarankan untuk memperbanyak amal saleh pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Selama periode ini, umat Muslim dianjurkan untuk meningkatkan amal ibadah, seperti sholat, membaca Al-Quran, bersedekah, berpuasa, dan berzikir sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT.

Dalam 10 hari sebelum Idul Adha, terdapat puasa sunnah yang dianjurkan, yaitu puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah. Puasa sunnah Dzulhijjah memiliki keutamaan yang sangat besar, namun puasa tersebut tidak termasuk puasa di tanggal 10 Dzulhijjah.

"Barang siapa yang berpuasa di antara sepuluh hari tersebut, setiap harinya akan dihitung seperti berpuasa sebulan. Sedangkan, puasa pada hari Tarwiyah dianggap setara dengan puasa setahun, dan puasa pada hari Arafah dianggap setara dengan puasa dua tahun." (Dikutip dari buku berjudul Amalan Ibadah Bulan Dzulhijah, Hanif Luthfi, hal. 40)

Hari raya Idul Adha memiliki makna mendalam dalam agama Islam, di mana umat Muslim merayakan ketaatan Nabi Ibrahim dan pengorbanan yang diperintahkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, pada tanggal 10 Dzulhijjah, umat Muslim dianjurkan untuk merayakan Idul Adha dengan menyembelih hewan kurban dan membagikan dagingnya kepada yang membutuhkan.

“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikiranlah apa pendapatmu”. Jawan Ismail, “Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah engkau akan menemuiku termasuk orang-orang sabar.” (QS. Ash-Shaffat ayat 102)

Melalui pelaksanaan perayaan ini, umat Muslim mengungkapkan rasa syukur dan penghormatan mereka kepada Allah SWT serta menjalin tali silaturahmi dengan sesama umat Muslim. Oleh karena itu, berpuasa di tanggal 10 Dzulhijjah tidak diperbolehkan agar umat Muslim dapat merayakan hari raya ini dengan sepenuh hati dan merasakan kegembiraan yang terkandung di dalamnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya