Benua yang Memiliki Angka Kelahiran Paling Rendah adalah Eropa, Ini Alasan dan Dampaknya

Benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. Angka kelahiran adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi perkembangan suatu wilayah.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 07 Jul 2023, 17:25 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2023, 17:25 WIB
Negara-Negara Eropa Kembali Perketat Pembatasan
Orang-orang yang memakai masker berjalan melewati Menara Eiffel di Paris, Selasa (21/12/2021). Negara-negara di seluruh Eropa mempertimbangkan pembatasan yang lebih ketat guna membendung gelombang baru infeksi COVID-19 yang didorong oleh varian omicron yang sangat menular. (AP Photo/Michel Euler)

Liputan6.com, Jakarta Benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. Angka kelahiran adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi perkembangan suatu wilayah. Angka kelahiran mengacu pada jumlah kelahiran yang terjadi dalam suatu populasi dalam periode tertentu, biasanya diukur dengan jumlah kelahiran per 1.000 penduduk per tahun.

Kelahiran adalah proses ketika bayi dikeluarkan dari rahim seorang perempuan dan menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas dan sejenisnya. Jika tidak ada tanda-tanda kehidupan yang terlihat pada saat kelahiran, itu tidak akan dianggap sebagai kelahiran. Ketika angka kelahiran suatu negara tinggi, akan ada lebih banyak penduduk yang berusia muda dibandingkan dengan yang berusia dewasa.

Benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. tentu ada banyak faktor yang memengaruhi mengapa benua Eropa memiliki angka kelahiran yang paling rendah di antara benua lainnya. Salah satu faktor yang menyebabkan benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa, salah satunya adalah pandangan bahwa bahwa mempunyai anak adalah hal yang merepotkan.

Tentu ada faktor lain yang membuat benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. Berikut adalah penjelasan mengenai penyebab angka kelahiran di Eropa rendah dan pengaruhnya, sebagaimana yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (7/7/2023).

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Angka Kelahiran di Eropa Paling Rendah

FOTO: Pandemi Berkepanjangan, Eropa Diprediksi Hadapi Resesi Lebih Dalam
Seorang pelayan menyiapkan meja di sebuah restoran di Brussel, Belgia, Selasa (7/7/2020). Komisi Eropa memprediksi Ekonomi Eropa akan menghadapi resesi lebih dalam akibat langkah-langkah pengendalian COVID-19 yang berkepanjangan. (Xinhua/Zhang Cheng)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. Berdasarkan data real time world statistics (worldometers), jumlah penduduk Eropa pada tahun 2019 adalah 743.102.600 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Eropa hanya mencapai 0,06% per tahun.

Perlu diketahui bahwa Laju pertumbuhan penduduk Eropa sebesar 0,06% per tahun termasuk rendah. Laju pertumbuhan penduduk yang rendah menunjukkan bahwa populasi Eropa tidak mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun.

Ada beberapa faktor yang telah berkontribusi terhadap rendahnya angka kelahiran di Eropa dibandingkan dengan benua lainnya. Berikut adalah beberapa faktor utama yang mempengaruhi angka kelahiran di Eropa begitu rendah:

1. Perubahan Sosial dan Nilai-nilai

Benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan sosial dan pergeseran nilai-nilai di masyarakat Eropa telah berdampak pada pola keluarga dan keputusan untuk memiliki anak. Nilai-nilai seperti individualisme, peningkatan peran perempuan di dunia kerja, dan penundaan pernikahan dan kehamilan dapat mempengaruhi keputusan untuk memiliki anak.

2. Perubahan Peran Perempuan

Benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. Hal ini dipengaruhi juga oleh partisipasi perempuan dalam pendidikan tinggi dan dunia kerja telah meningkat di Eropa. Perempuan lebih cenderung mengejar karier profesional dan mengutamakan kemandirian finansial sebelum memutuskan untuk memiliki anak. Ini dapat menyebabkan penundaan dalam memulai keluarga atau membatasi jumlah anak yang diinginkan.

3. Peningkatan Biaya Hidup dan Pekerjaan yang Tidak Stabil

Benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. Hal ini dipengaruhi oleh biaya hidup yang tinggi di beberapa negara Eropa, khususnya dalam hal perumahan, pendidikan, dan pengasuhan anak. Tingginya biaya hidup inilah yang menjadi hambatan bagi pasangan yang ingin memiliki anak. Selain itu, pekerjaan yang tidak stabil atau kontrak sementara dapat menghambat kestabilan keuangan dan kepercayaan diri dalam mengasuh anak.

4. Infrastruktur Dukungan Keluarga yang Kurang:

Dalam beberapa negara Eropa, infrastruktur dukungan keluarga seperti akses yang terjangkau ke perawatan anak, cuti orangtua yang cukup, dan fasilitas penitipan anak yang berkualitas masih kurang. Keterbatasan ini dapat mempersulit pasangan dalam menggabungkan kehidupan kerja dan keluarga dengan nyaman.

5. Pengetahuan dan Akses terhadap Kontrasepsi:

Peningkatan pengetahuan dan akses terhadap metode kontrasepsi yang efektif di Eropa telah berkontribusi pada penurunan angka kelahiran. Pasangan memiliki kontrol yang lebih besar atas perencanaan keluarga dan keputusan untuk memiliki anak.

Pengaruh Angka Kelahiran terhadap Perkembangan Wilayah

Ilustrasi bendera Uni Eropa di kantor pusatnya di Brussels (AP Photo)
Ilustrasi bendera Uni Eropa di kantor pusatnya di Brussels (AP Photo)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. Padahal angka kelahiran merupakan salah satu faktor yang sangat memengaruhi perkembangan suatu wilayah. Angka kelahiran mengacu pada jumlah kelahiran yang terjadi dalam suatu populasi dalam periode tertentu, biasanya diukur dengan jumlah kelahiran per 1.000 penduduk per tahun.

Adapun pengaruh angka kelahiran terhadap suatu perkembangan wilayah antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Populasi

Angka kelahiran yang tinggi cenderung menyebabkan pertumbuhan populasi yang cepat. Semakin tinggi angka kelahiran, semakin besar penambahan penduduk dalam wilayah tersebut. Hal ini dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, permintaan akan sumber daya, dan kebutuhan masyarakat.

2. Tenaga Kerja

Angka kelahiran yang tinggi dapat menyediakan jumlah tenaga kerja yang lebih besar. Jika wilayah tersebut dapat mengelola sumber daya manusia dengan baik, tingginya angka kelahiran dapat memberikan keuntungan dalam sektor ekonomi dan pembangunan, karena lebih banyak tenaga kerja yang tersedia untuk pertumbuhan industri dan sektor lainnya.

3. Pembangunan Sosial

Angka kelahiran yang tinggi juga dapat mempengaruhi pembangunan sosial dalam wilayah tersebut. Dengan generasi yang lebih muda yang banyak, ada potensi untuk meningkatkan tingkat pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat secara keseluruhan.

4. Struktur Demografi

Angka kelahiran yang tinggi dapat mempengaruhi struktur demografi wilayah tersebut. Jika persentase penduduk muda (anak-anak dan remaja) lebih besar daripada populasi usia lanjut, hal ini dapat berdampak pada kebijakan pendidikan, perumahan, kesehatan, dan kebutuhan sosial lainnya.

Dampak Angka Kelahiran Terlalu rendah bagi Suatu Wilayah

Ilustrasi ibu dan bayi
Ilustrasi ibu dan bayi (Dok.Unsplash/Jonathan Borba)

Benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. Meski angka kelahiran yang terlalu tinggi dapat menimbulkan dampak terkait kepadatan penduduk dan kelangkaan dalam lowongan pekerjaan, namun, jika angka kelahiran terlalu rendah, beberapa dampak yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:

1. Penuaan Penduduk

Benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. Jika angka kelahiran terlalu rendah, populasi cenderung menuju penuaan. Proporsi penduduk usia lanjut akan menjadi lebih besar daripada generasi muda. Hal ini dapat menyebabkan penurunan tenaga kerja, ketimpangan dalam sistem pensiun dan kesejahteraan sosial, serta beban ekonomi yang lebih besar pada generasi yang lebih muda.

2. Penurunan Pertumbuhan Ekonomi

Benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. Angka kelahiran yang rendah dapat menghambat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dengan populasi yang menuju penuaan dan jumlah generasi muda yang lebih sedikit, pasokan tenaga kerja akan menurun, menyebabkan penurunan produktivitas dan daya saing.

3. Beban Sosial dan Ekonomi

Benua yang memiliki angka kelahiran paling rendah adalah Eropa. Dengan angka kelahiran yang rendah, terdapat potensi beban sosial dan ekonomi yang lebih besar pada generasi muda yang lebih sedikit. Mereka harus menghadapi tanggung jawab dan tuntutan yang lebih besar dalam mendukung dan merawat generasi yang lebih tua.

4. Penurunan Inovasi dan Kreativitas

Jumlah generasi muda yang terbatas dapat berdampak pada penurunan inovasi dan kreativitas dalam masyarakat. Generasi muda seringkali menjadi sumber ide-ide baru, pemikiran segar, dan energi untuk mendorong perkembangan dan kemajuan dalam berbagai sektor.

Dalam mengelola angka kelahiran, penting untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara pertumbuhan penduduk yang berkelanjutan dan pemenuhan kebutuhan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kebijakan keluarga, pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat dapat berperan penting dalam mengatur angka kelahiran dan dampaknya terhadap perkembangan wilayah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya