Ilmuwan Temukan Bukti Kuat Kehidupan Alien di Planet Lain

Dalam pengamatan lanjutan yang dilakukan pada 2024 menggunakan instrumen spektroskopi inframerah JWST, sinyal DMS yang jauh lebih kuat kembali terdeteksi, bersama dengan kemungkinan adanya dimetil disulfida (DMDS), senyawa lain yang juga dihasilkan oleh aktivitas biologis di Bumi. Para ilmuwan menyebutkan bahwa deteksi DMS dan DMDS memiliki tingkat signifikansi statistik tiga sigma, yang berarti terdapat peluang 3 dari 1000 bahwa sinyal ini muncul secara kebetulan.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 19 Apr 2025, 05:00 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2025, 05:00 WIB
Ilustrasi UFO
Meskipun tidak ada bukti mengenai kehidupan alien, Kemhan AS terima ratusan laporan terkait UFO. (unsplash.com/Albert Antony)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Para astronom mengklaim telah temukan bukti kuat tentang adanya kehidupan di planet lain. Meski ilmuwan lain menekankan bahwa hasil studi tersebut masih perlu diverifikasi lebih lanjut, temuan ini cukup menjadi sorotan dan memicu kembali diskusi tentang kemungkinan kehidupan di luar bumi.

Dikutip dari laman New Scientist pada Jumat (18/04/2025), temuan ini berasal dari pengamatan terhadap exoplanet K2-18b menggunakan teleskop luar angkasa James Webb (JWST). Pada 2023, tim ilmuwan yang dipimpin oleh peneliti dari University of Cambridge mendeteksi adanya uap air, karbon dioksida, dan metana di atmosfer K2-18b, serta sinyal lemah dari dimetil sulfida (DMS), sebuah molekul organik kompleks yang di Bumi hanya dihasilkan oleh kehidupan, terutama oleh fitoplankton laut.

Dalam pengamatan lanjutan yang dilakukan pada 2024 menggunakan instrumen spektroskopi inframerah JWST, sinyal DMS yang jauh lebih kuat kembali terdeteksi, bersama dengan kemungkinan adanya dimetil disulfida (DMDS), senyawa lain yang juga dihasilkan oleh aktivitas biologis di Bumi. Para ilmuwan menyebutkan bahwa deteksi DMS dan DMDS memiliki tingkat signifikansi statistik tiga sigma, yang berarti terdapat peluang 3 dari 1000 bahwa sinyal ini muncul secara kebetulan.

Meskipun ini merupakan indikasi yang kuat, standar ilmiah internasional untuk menyatakan sebuah temuan sebagai penemuan sah adalah lima sigma (1 banding 3,5 juta). Oleh karena itu, para peneliti menegaskan perlunya pengamatan lanjutan dan verifikasi dari komunitas ilmiah global sebelum menyimpulkan adanya kehidupan asing.

Namun begitu, temuan ini menandai langkah penting dalam pencarian kehidupan di luar Tata Surya. Planet K2-18b pertama kali ditemukan pada 2015 dan mengorbit bintang katai merah K2-18. Planet ini berada sekitar 120 tahun cahaya dari bumi di rasi Leo.

K2-18b berada di zona layak huni bintangnya, memungkinkan keberadaan air dalam bentuk cair, salah satu syarat utama bagi kehidupan seperti yang kita kenal. Melansir laman NASA pada Jumat (18/04/2025), planet K2-18b pertama kali ditemukan oleh misi Kepler NASA.

Planet ini mengorbit bintang kerdil merah dan masuk dalam kategori "super-Earth" karena massanya yang lebih besar dari bumi. Planet K2-18b memiliki massa 8,6 kali massa bumi dan dua kali lipat ukurannya.

 

Gravitasi Lebih Kuat

Dengan gravitasi yang lebih kuat dari bumi, permukaan planet ini akan terasa jauh lebih berat bagi manusia atau makhluk hidup lainnya. K2-18b lebih mirip dengan Neptunus daripada bumi karena memiliki ukuran besar dan atmosfer yang tebal.

Walaupun begitu, beberapa ilmuwan tetap berspekulasi bahwa lapisan tertentu di atmosfernya bisa mendukung kehidupan mikroba. Pada 2019, sebuah studi besar yang dilakukan menggunakan teleskop luar angkasa Hubble berhasil mendeteksi keberadaan uap air di atmosfer K2-18b.

Hal ini adalah penemuan besar karena air dianggap sebagai elemen kunci untuk kehidupan. Selain air, analisis atmosfer K2-18b juga menunjukkan bahwa planet ini kaya akan gas hidrogen dan helium.

Atmosfer yang penuh dengan gas-gas ringan ini sangat berbeda dari atmosfer bumi yang kaya akan nitrogen dan oksigen. Planet ini juga memiliki atmosfer tebal yang terdiri dari hidrogen dan helium.

Hal ini menunjukkan bahwa K2-18b mungkin memiliki lingkungan yang sangat berbeda dari bumi. Belum lama ini, Teleskop Luar Angkasa James Webb menemukan adanya metana dan karbon dioksida pada atmosfer K2-18b.

Dalam laporan The Astrophysical Journal Letters, K2-18b awalnya diprediksi sebagai prototipe dunia Hycean. Julukan ini diberikan pada planet dengan lautan yang dapat dihuni di bawah atmosfer kaya H2.

Analisis komposisi kimia atmosfer menunjukkan bahwa K2-18b memiliki kemungkinan adanya lautan di bawah atmosfer yang kaya akan H2, CO2, dan CH4.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya