Liputan6.com, Jakarta - Wanita cenderung mengubah penampilan setelah cerai. Perubahan yang dilakukan wanita soal penampilannya bukan tanpa alasan, bahkan banyak penelitian ungkap perubahan penampilan justru menjadi salah satu alasan terjadinya perceraian. Kenapa wanita ubah penampilan setelah cerai?
Menurut data tahun 2022 dari Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag, Nasaruddin Umar, setiap tahun terdapat sekitar 2.000.000 pasangan yang menikah, sementara sekitar 200.000 pasangan juga mengalami perceraian. Hal ini menunjukkan bahwa angka perceraian mencapai 10% dari jumlah pernikahan, yang berarti terdapat satu perceraian setiap 10 pernikahan.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Melansir dari Psychology Dictionary, alasan kenapa wanita ubah penampilan setelah cerai berhubungan dengan lima hal. Di antaranya, dorongan untuk menemukan kembali diri, penyembuhan dan pemulihan, tingkatkan kepercayaan diri, ekspresi diri dan kemandirian, serta untuk hadapi stereotip dan stigma.
Para psikolog menggambarkan meskipun perceraian bagi wanita adalah bentuk tantangan yang nyata, tetapi sebenarnya dapat menjadi kesempatan untuk bisa lebih mengenal diri sendiri. Begitu pula menjadi kesempatan tumbuh dan paham cara mengelola emosi dan hubungan yang lebih baik.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang alasan kenapa wanita ubah penampilan setelah cerai menurut psikologi, Rabu (12/7/2023).
1. Dorongan untuk Menemukan Kembali Diri
Setelah perceraian, banyak wanita merasa perlu untuk menemukan kembali identitas mereka yang terpisah dari peran sebelumnya sebagai istri atau ibu. Mereka ingin menemukan siapa mereka sebenarnya di luar hubungan yang telah berakhir tersebut.
Hal ini dapat mendorong mereka untuk mengubah penampilan fisik mereka, seperti gaya berpakaian, gaya rambut, atau bahkan melakukan perubahan yang lebih drastis seperti tato atau operasi plastik. Dengan mengubah penampilan mereka, wanita dapat merasa lebih kuat dan percaya diri dalam menghadapi kehidupan baru mereka setelah perceraian.
Dalam penelitian berjudul Becoming The Self Pada Perempuan yang Bercerai (2022) oleh Deny Surya Saputra, dkk, dijelaskan bahwa para peneliti mengamati, upaya untuk menjadi diri sendiri merupakan salah satu prioritas utama bagi wanita yang mengalami perceraian.
Mereka merasa bahwa menjadi wanita yang dikonstruksikan oleh norma-norma gender merupakan pengalaman yang menghambat kesetaraan gender dan mencegah mereka untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya.
2. Proses Penyembuhan dan Pemulihan
Perceraian adalah pengalaman emosional yang sangat menguras energi dan dapat meninggalkan luka yang dalam. Setelah perceraian, wanita sering mengalami proses penyembuhan dan pemulihan yang rumit. Perubahan penampilan dapat menjadi bagian dari upaya mereka untuk memulihkan diri dan membangun kembali kehidupan mereka.
Dalam beberapa kasus, wanita pasti ingin mengubah penampilan mereka sebagai simbol fisik dari transformasi batin yang mereka alami. Ini dapat memberikan perasaan baru, semangat baru, dan dorongan untuk melangkah maju dalam kehidupan mereka yang baru.
Melansir dari Psych Central dalam topik pembahasan Does Divorce Affect Men and Women Differently?, digambarkan meskipun perceraian bagi wanita adalah bentuk tantangan yang nyata, tetapi sebenarnya dapat menjadi kesempatan untuk bisa lebih mengenal diri sendiri. Begitu pula menjadi kesempatan untuk tumbuh dan paham cara mengelola emosi dan hubungan yang lebih baik.
Â
Advertisement
3. Meningkatkan Kepercayaan Diri
Perceraian sering kali dapat merusak kepercayaan diri seseorang, terutama jika ada pengkhianatan atau konflik yang signifikan dalam hubungan tersebut. Wanita yang mengalami perceraian mungkin merasa kurang percaya diri tentang penampilan mereka dan meragukan daya tarik mereka.
Untuk mengatasi perasaan tersebut, mereka mengubah penampilan mereka dengan harapan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Maka dengan melakukan perubahan fisik yang membuat mereka merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri, wanita dapat membangun kembali rasa percaya diri yang mungkin hilang selama proses perceraian.
4. Ekspresi Diri dan Kemandirian
Setelah perceraian, beberapa wanita melihat kesempatan untuk mengekspresikan diri mereka dengan lebih bebas. Mereka dapat menggunakan penampilan mereka sebagai cara untuk mengekspresikan kepribadian dan gaya hidup mereka yang unik.
Bisa bebas dari ekspektasi atau batasan yang ada dalam hubungan sebelumnya, wanita dapat mengambil risiko gaya dan tampil dengan cara yang mewakili siapa mereka sebenarnya. Perubahan penampilan dapat menjadi tanda kemandirian, menunjukkan bahwa mereka dapat mengambil keputusan dan mengontrol kehidupan mereka sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
Deny Surya Saputra, dkk menjelaskan inisiatif perempuan untuk bercerai, terbukti sering kali dipicu oleh keinginan mereka untuk mengejar kemandirian dan memperjuangkan hak-hak mereka. Mereka tidak ingin terus-menerus terikat dalam hubungan yang merugikan atau membatasi potensi mereka untuk tumbuh dan berkembang.
Perempuan yang mengambil langkah untuk bercerai mencoba untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri. Mereka berani menantang norma-norma yang tidak adil dan mengejar kesetaraan gender yang lebih baik dalam upaya untuk menjadi diri mereka yang sejati.
5. Menghadapi Stereotip dan Stigma
Sayangnya, dalam masyarakat yang masih terkadang patriarkis, wanita yang bercerai masih dihadapkan pada stereotip dan stigma yang tidak adil. Mereka dianggap gagal dalam pernikahan, atau diberi label negatif.
Dalam upaya untuk melawan persepsi tersebut, wanita ingin mengubah penampilan mereka untuk menunjukkan bahwa mereka tidak didefinisikan oleh status pernikahan atau perceraian mereka.
Mereka para wanita yang bercerai justru ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah individu yang kuat dan mampu, dan perubahan penampilan dapat menjadi salah satu cara untuk melakukannya.
Deny Surya Saputra, dkk memaparkan kesimpulan hasil penelitiannya, bahwa meskipun melalui kegagalan pernikahan yang berujung pada perceraian, keempat subjek dalam penelitian tersebut memiliki kesempatan untuk memperjuangkan diri mereka sendiri.
Mereka menjadi perempuan yang mampu bekerja, menjadi intelektual, dan berperan aktif dalam aktifitas yang mendukung perubahan sosial yang positif. Perjalanan hidup ini memberi mereka kesempatan untuk menjadi "diri sendiri" dan memperjuangkan kesetaraan gender.
Advertisement