Nilai Praksis Adalah Perilaku Nyata Masyarakat, Ini Contohnya Menurut Pancasila

Nilai praksis adalah berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan atau mengaktualisasikan nilai Pancasila yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari.

oleh Dinda Hafid Hafifah diperbarui 02 Agu 2023, 12:42 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2023, 12:42 WIB
Ilustrasi Pancasila, lambang negara Indonesia
Ilustrasi Pancasila, lambang negara Indonesia. (Photo by Mufid Majnun on Unsplash)

 

Liputan6.com, Jakarta Nilai praksis adalah nilai-nilai yang diimplementasikan dan diaplikasikan dalam tindakan atau praktik sehari-hari seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Dalam konteks sosialisasi, nilai praksis menjadi salah satu tujuan utama untuk ditanamkan kepada individu-individu dalam masyarakat, sehingga mereka dapat menginternalisasi dan menerapkan nilai-nilai tersebut secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari. 

Nilai praksis adalah salah satu tataran nilai dalam ideologi Pancasila. Nilai Pancasila tidak hanya sebatas etik dan moral saja, melainkan semua kandungan Pancasila yang harus hidup dan menjadi sumber utamnya. Dengan tidak pernah melepaskan Pancasila dalam konteks pembelajaran mereka akan memiliki karakter yang kuat dan sangat mencintai bangsanya.

Berikut ini pengertian nilai praksis dan contohnya dalam nilai-nilai Pancasila yang liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (02/8/2023)

Mengenal Nilai Praksis

Nilai praksis adalah nilai-nilai yang diimplementasikan dan diaplikasikan dalam tindakan atau praktik sehari-hari seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Dengan kata lain, nilai praksis adalah nilai-nilai yang dipertontonkan dan diwujudkan melalui tindakan konkret dan perilaku nyata, bukan sekadar merupakan pandangan atau keyakinan yang hanya diutarakan secara verbal.

Contoh dari nilai praksis bisa berupa sikap menghormati orang lain dengan cara mendengarkan dan memahami pandangan mereka, mempraktikkan kejujuran dalam segala tindakan, menjunjung tinggi keadilan dan kesetaraan dalam interaksi sehari-hari, serta mengutamakan kepedulian dan empati terhadap orang lain.

Dalam konteks sosialisasi, nilai praksis menjadi salah satu tujuan utama untuk ditanamkan kepada individu-individu dalam masyarakat, sehingga mereka dapat menginternalisasi dan menerapkan nilai-nilai tersebut secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, nilai-nilai tersebut tidak hanya menjadi retorika, tetapi benar-benar termanifestasi dalam perbuatan dan sikap mereka dalam berinteraksi dengan orang lain.

 

Nilai praksis dalam Pancasila

Nilai praksis adalah cara bagaimana rakyat melaksanakan atau mengaktualisasikan nilai Pancasila yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai salah satu nilai dasar bernegara, nilai Pancasila diwujudkan menjadi norma hidup bernegara, yang dimana harus dijabarkan ke norma sebagai praksis dalam kehidupan bernegara. Norma etika dan Hukum sebagai penjabaran nilai dasar Pancasila. Faktor sumber daya manusia menjadi salah satu kunci atau berpengaruh dalam persaingan global untuk mrnciptakan keterampilan serta daya saing yang tinggi.

Nilai praksis adalah perilaku masyarakat yang berasal dari nilai Pancasila. Nilai praksis sendiri bersifat nyata dan dilakukan sehari hari dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai praksis menjadi bentuk dari perwujudan kedua nilai sebelumnya. Nilai praksis memiliki perwujudan yang berbeda dengan tidak bisa melakukan penyimpangan atau bahkan tidak bertentangan. Dengan demikian kedua nilai tersebut adalah suatu sistem yang tidak boleh menyimpang dari sistem yang sudah di tetapkan.

Berikut adalah contoh nilai praksis yang berasal dari nilai Pancasila:

1. Keterampilan komunikasi

komunikasi
5 keterampilan komunikasi untuk tingkatkan daya pengaruh Anda di kantor. Foto: Huffingtonpost.

Keterampilan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan suatu gagasan atau pesan kepada orang lain secara individu maupun kelompok agar lebih mudah dan jelas. Komunikasi yang baik akan memiliki hasil yang baik juga. Maka perlu adanys pelatihan keterampilan agar lebih efektif dan bermanfaat. Seseorang yang telah mendapatkan pelatihan tersebut akan mewujudkan ide, menciptakan keterampilan baru yang berguna bagi banyak orang,

2. Berpikir kritis

Berpikir kritis adalah proses berpikir tentang satu atau lebih ide dalam suatu masalah untuk membuat keputusan yang akurat untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah pada dasarnya adalah proses di mana seseorang dapat memecahkan masalah segera sampai masalah benar-benar terpecahkan.

Pemecahan masalah mengacu pada kemampuan individu untuk berpikir atau membuat keputusan selama proses berpikir, untuk memecahkan masalah dengan segera. Ketika kita mampu untuk berfikir kritis maka kemampuan kita yang lain juga akan lebih cepat berkembang. Dengan daya piker kita yang berkembang lebih baik kita akan mendapatkan banyak sekali manfaat untuk kehidupan kita.

3. Kemampuan bekerja dalam tim

Kemampuan ini ditujukan agar terjalin sebuah kerjasama dengan baik. Sebuah tim dapat terdiri dari beberapa orang yang memiliki keterampilan berbeda tetapi dapat bekerja sama dengan baik dalam sebuah tim. Kerjasama tim yang baik akan saling bergantung untuk mencapai tujuan bersama dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, kerjasama tim lebih baik daripada pemikiran secara individu.

Kemudian kita perlu untuk meningkatkan daya belajar jangka panjang dan keterampilan manajemen informasi untuk menjadi orang yang kreatif dan peka. Dengan begitu kalian dapat berkembang dan ikut berperan aktif dalam proses pembangunan untuk kepentingan publik.

4. Keterampilan manajemen informasi

Dampak Positif dari Chauvinisme
Ilustrasi Kerjasama Tim Credit: pexels.com/Kiddo

Keterampilan manajemen informasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan, mencari informasi yang relevan, dan menilai suatu informasi yang diperlukan, serta menggunakan informasi tersebut untuk menjawab pertanyaan spesifik. Informasi yang didapat akan menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi kita dan orang lain. Kemudian profesionalisme menjadi dasar keterampilan klinis, keterampilan komunikasi, etika dan pemahaman hukum, yang bertujuan untuk mewujudkan prinsip-prinsip profesionalisme.

Profesionalisme adalah kemampuan untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan benar menjadi suatu hal penting dalam profesionalisme. Bagaimana cara kita mencapai kompetensi dilakukan dengan benar dan tepat. Etika dan moral adalah salah satu unsur soft-skill yang perlu diterapkan dalam nilai pancasila.

Etika berarti kebiasaan, adat istiadat, akhlak, karakter, dan cara berpikir seseorang yang yang bertindak dan berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari – hari. Sedangkan moral lebih mengarah kepada suatu pengajaran, patokan, himbauan dan peraturan. Etika dan moral sangat erat hubungannya. Memiliki etika yang baik adalah salah satu contoh perwujudan dari nilai pancasila pada sila kedua, untuk selalu bersikap sopan santun dan menjadi manusia yang beradab.

5. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau memimpin suatu kegiatan, atau sikap yang harus dimiliki seorang pemimpin untuk mengatur bawahannya dalam mencapai suatu tujuan bersama. Pemimpin harus mampu mengatasi permasalahan yang ada untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan taat pada peraturan yang berlau. Pemimpin harus mampu mengatasi masalah yang ada untuk menciptakan lingkungan yang kondusif.

Seorang pemimpin harus memiliki keterampilan untuk bekerja sama dan memberikan motivasi dan semangat kepada anggota yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin yang baik adalah mampu menjelaskan dan mengatur apa yang harus dilakukan bawahan, yang mau mendengarkan dan memahami anggotanya atau kemampuan untuk berdiskusi, dan yang mampu membujuk pihak yang berkepentingan tentang apa yang sedang dibicarakan untuk mencapai hasil yang terbaik. Oleh karena itu, memiliki keterampilan berbicara di depan umum yang baik dan berkualitas menjadi hal yang sangat diperlukan.

Dimensi nilai praksis Pancasila sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka

20160303-Eks Karyawan Merpati Meminta Hak-hak Normatifnya
Kuasa hukum para eks karyawan Merpati Gelora Tarigan (baju cokelat) memberi penjelasan terkait kasus pailit Merpati, Jakarta,(3/2). Mantan pegawai Merpati menuntut hak-hak Normatif (H2N) seperti gaji, pesangon dan lain-lain. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

1. Dimensi idealistis

Dimensi idealistis adalah nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh. Pada hakikatnya nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.

Hakikat nilai Pancasila tersebut bersumber pada filsafat Pancasila nilai yang terkandung dalam Pancasila. Setiap ideologi bersumber pada suatu nilai filosofis atau sistem filsafat. Idealisme yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme serta mampu menggugah motivasi pendukungnya untuk berupaya mewujudkan apa yang dicita-citakan.

2. Dimensi normatif

Diensi normtif adalah nilai yang terkandung dalam Pancasila yang perlu dijabarkan pada suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam norma-norma kenegaraan. Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, norma tertib hukum tertinggi dalam negara Indonesia serta Staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang fundamental). Dalam pengertian ini ideologi Pancasila agar mampu dijabarkan ke dalam langkah operasional, maka perlu memiliki norma yang jelas.

3. Dimensi relistis

Dimensi relistis suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila selain memiliki dimensi nilai ideal serta normatif maka Pancasila harus mampu dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan negara.

Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak bersifat ‘utopis’ yang hanya berisi ide-ide yang bersifat mengawang, melainkan suatu ideologi yang bersifat ‘realistis’ artinya mampu dijabarkan dalam segala aspek kehidupan nyata.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya