Pengertian Sejarah sebagai Kisah Adalah Cara Peristiwa Ditulis dan Diceritakan

Pengertian sejarah sebagai kisah adalah merujuk pada representasi nyata peristiwa masa lalu yang direkonstruksi melalui narasi manusia.

oleh Laudia Tysara diperbarui 07 Agu 2023, 11:10 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2023, 11:10 WIB
Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Siswa SDN Menteng Atas 05 Pagi mengamati replika naskah Proklamasi di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Menteng, Jakarta, Selasa (20/8/2019). Kunjungan tersebut merupakan bentuk pendidikan sekaligus pengenalan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia sejak usia dini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pengertian sejarah sebagai kisah adalah merujuk pada representasi nyata peristiwa masa lalu yang direkonstruksi melalui narasi manusia. Ini mencakup cara peristiwa-peristiwa tersebut dituliskan atau diceritakan oleh individu dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Itu artinya sejarah dilihat sebagai sebuah cerita yang melibatkan ingatan, interpretasi, dan tafsiran manusia terhadap kejadian-kejadian yang telah terjadi. Penting untuk diakui bahwa pengertian sejarah sebagai kisah adalah memiliki unsur subjektivitas, karena cerita-cerita ini berasal dari sudut pandang individu yang mengisahkan atau menulisnya.

Faktor-faktor seperti kepentingan pribadi kelompok sosial, pengetahuan, dan kemampuan bahasa individu dapat memengaruhi bagaimana kisah sejarah direkonstruksi dan disampaikan. Ini berarti cerita-cerita sejarah mungkin memiliki variasi dalam penekanan, detail, dan interpretasi tergantung pada perspektif masing-masing pencerita.

Agar lebih memahami, berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang pengertian sejarah sebagai kisah dan faktor yang memengaruhinya, Senin (7/8/2023).


Pengertiannya

Antusias Anak-Anak Mengenal Sejarah Sumpah Pemuda
Orang tua membimbing anaknya melihat salah satu koleksi sejarah di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta, Rabu (28/10/2020). Libur cuti bersama dimanfaatkan untuk mengajak anak-anak mengenal sejarah lahirnya Sumpah Pemuda agar memahami jejak perjuangan pahlawan sejak dini. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Pengertian sejarah sebagai kisah adalah representasi nyata atau benar-benar terjadi dari peristiwa masa lalu, yang direkonstruksi berdasarkan informasi yang dituliskan atau diceritakan oleh individu. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggambarkan bahwa pengertian sejarah sebagai kisah adalah narasi yang tersusun berdasarkan ingatan manusia, termasuk kesan dan interpretasi mereka terhadap peristiwa masa lalu.

Kisah Bentuk Tulisan

Dalam buku berjudul "Warisan Sejarah dan Budaya Kutai: Kajian Multidisiplin Ilmu (2022)" karya Surahman dan tim mengemukakan bahwa pengertian sejarah sebagai kisah dapat diwujudkan melalui dua bentuk, yaitu lisan dan tulisan. Bentuk lisan melibatkan penuturan tentang peristiwa masa lalu oleh individu maupun kelompok. Di sisi lain, bentuk tulisan mencakup kisah-kisah yang tertulis dalam buku-buku sejarah. Fleksibilitas sejarah sebagai kisah memungkinkan siapa pun dan kapan pun untuk mengulang atau menulisnya kembali.

Kisah Bentuk Lisan

Pengertian sejarah sebagai kisah menerima cakupan luas karena dapat diungkapkan baik secara lisan maupun tertulis. Kisah bentuk lisan, berarti berbagai peristiwa masa lalu dapat dituturkan melalui narasi dari para pelaku atau saksi mata, baik secara individu maupun dalam kelompok. Keunikan dari pengertian sejarah sebagai kisah terletak pada kemampuannya untuk terus berulang dan ditulis ulang oleh siapa pun dan kapan pun, menjadikan sejarah sebagai warisan budaya yang terus hidup dan relevan dalam perkembangan zaman.

Penting untuk mencatat bahwa untuk menyusun sejarah sebagai kisah adalah diperlukan fakta-fakta yang diperoleh atau dirumuskan dari sumber-sumber sejarah. Namun, tidak semua fakta sejarah bisa diangkat dan dikisahkan; hanya peristiwa penting yang layak dijadikan bagian dari kisah sejarah.

Menurut buku "Pengantar Ilmu Sosial (2021)" karya Syafrizal, dkk, pengertian sejarah sebagai kisah adalah narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap peristiwa di masa lampau. Namun, perlu diingat bahwa sejarah sebagai kisah bersifat subyektif karena diceritakan kembali oleh individu, sehingga bisa mengandung unsur-unsur interpretatif.

Seorang sejarawan memiliki peran penting dalam menyusun sejarah sebagai kisah. Mereka adalah individu yang menciptakan karya-karya sejarah dan bisa menghasilkan interpretasi yang berbeda tentang peristiwa masa lalu. Setiap sejarawan membutuhkan imajinasi untuk menyambungkan fakta-fakta yang ada dan mengisi celah informasi dalam menciptakan narasi sejarah.

 


Faktor Pemengaruh

Peringati Hari Pahlawan, Para Pelajar Kunjungi Museum Satria Mandala
Sejumlah siswa dari Bekasi melihat amunisi saat mengunjungi Museum Satria Mandala pada peringatan Hari Pahlawan, Kamis, Jakarta (10/11/2022). Museum sejarah perjuangan Tentara Nasional Indonesia ini menjadi alternatif kunjungan untuk mengedukasi siswa sekolah nilai-nilai kepahlawanan pada peringatan Hari Pahlawan Nasional 10 November. (merdeka.com/Arie Basuki)

Banyak faktor yang memiliki peranan penting dan memengaruhi perspektif dalam memandang pengertian sejarah sebagai kisah yang bersejarah. Pertimbangan-pertimbangan ini melibatkan beragam aspek yang memengaruhi cara menyusun dan mengisahkan peristiwa masa lalu dengan konteks yang lebih luas. Faktor pemengaruhnya sebagai berikut sebagaimana dijelaskan UNY:

1. Kepentingan

Salah satu faktor yang tak terelakkan adalah kepentingan yang diperjuangkan oleh individu yang menyusun kisah atau menceritakan peristiwa sejarah tersebut. Kepentingan ini dapat berkisar antara kepentingan pribadi hingga kepentingan kelompok. Sebagai contoh, seorang pencerita atau penulis sejarah cenderung menonjolkan peran serta kontribusinya dalam peristiwa tertentu. Seorang pejuang, misalnya, mungkin akan memperkuat narasi tentang keberaniannya dalam menghadapi penjajah.

2. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial di mana seseorang berada juga memiliki pengaruh signifikan dalam mengembangkan sudut pandangnya terhadap peristiwa sejarah. Kehidupan sehari-hari, interaksi dengan sesama, dan status sosial dapat membentuk cara pandang seseorang terhadap sejarah. Seorang sejarawan profesional, berpegang pada kaidah ilmu sejarah, akan menulis dengan cermat dan akademis, sedangkan seorang wartawan mungkin akan lebih condong pada penyampaian berita yang lebih cerdas dan informatif.

3. Perbendaharaan Pengetahuan

Tidak kalah pentingnya, perbendaharaan pengetahuan yang dimiliki oleh pencerita sejarah juga memainkan peran dalam menyusun narasi. Latar belakang ilmiah dan keahlian pengetahuan mempengaruhi cara pencerita menggambarkan peristiwa, mengeksplorasi dampaknya, dan menafsirkan arti yang mendasarinya. Gaya penyampaian dan interpretasi atas peristiwa masa lalu akan tercermin dari pengetahuan yang dimiliki pencerita.

4. Kemampuan Bahasa

Selain itu, kemampuan bahasa yang dimiliki pencerita sejarah juga berpengaruh besar dalam rekonstruksi cerita sejarah. Cara bahasa digunakan, penggunaan kosakata, dan struktur kalimat yang digunakan akan memengaruhi bagaimana narasi sejarah dihasilkan dan dipahami. Hal ini juga mencakup pemilihan kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan emosi, konsep, dan pandangan pencerita.

Semua faktor ini menggambarkan kompleksitas dalam melihat sejarah sebagai kisah. Melalui kombinasi faktor-faktor ini, kisah sejarah menjadi lebih dari sekadar rangkaian peristiwa, tetapi juga merupakan refleksi dari pemikiran, pandangan, dan interpretasi individu yang mengisahkannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya