Liputan6.com, Jakarta Tradisi perayaan Natal di Indonesia perlu dikenali oleh setiap masyarakat. Pasalnya, perayaan Natal tentunya menjadi hari yang sangat istimewa bagi umat kristiani. Natal adalah hari raya umat Kristen yang dirayakan pada 25 Desember tiap tahunnya.
Baca Juga
Advertisement
Natal merupakan hari raya untuk memperingati hari kelahiran Isa Almasih (Yesus Kristus). Natal dirayakan dalam ibadah malam pada tanggal 24 Desember; dan ibadah pagi tanggal 25 Desember. Di Indonesia, Natal dirayakan dengan beragam acara atau tradisi.
Tradisi perayaan Natal di Indonesia berbeda-beda di setiap daerah dan memiliki keunikan masing-masing. Tidak hanya menghias pohon Natal dengan berbagai ornamen, tradisi perayaan natal di Indonesia menjadi simbol kebersamaan yang telah dilakukan secara turun temurun dan kental dengan budaya asli Indonesia.
Berikut Liputan6.com rangkum dari laman resmi Kemenparekraf RI, Sabtu (16/12/2023) tentang tradisi perayaan Natal di Indonesia.
1. Wayang Wahyu (Yogyakarta)
Tradisi perayaan natal di Indonesia yang pertama berasal dari Jogja, yaitu Wayang Wahyu. Tradisi perayaan Natal yang unik dan menarik ini dimeriahkan dengan pentas kesenian Wayang Wahyu, yaitu pertunjukan wayang kulit yang diangkat dari cerita-cerita di Alkitab.
Tradisi perayaan natal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini tak hanya pentas kesenian wayang “biasa”, tapi juga menjadi sarana untuk menyampaikan wahyu atau firman Tuhan. Menariknya lagi, tradisi Wayang Wahyu pun menjadi sarana untuk menunjukkan akulturasi budaya dan simbol toleransi keberagaman.
Advertisement
2. Rabo-Rabo (Jakarta)
Tradisi perayaan Natal di Indonesia selanjutnya yaitu Rabo-Rabo. Tradisi perayaan Natal asli Jakarta ini cukup unik dan masih dilestarikan sampai sekarang. Kamu bisa menemui Tradisi Rabo-Rabo di beberapa daerah, seperti di Kampung Tugu, Kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Kawasan ini disinggahi sekelompok pemeluk agama Kristen keturunan Portugis.
Rabo-Rabo dilakukan setiap menjelang Hari Natal, di mana Rabo-Rabo sendiri memiliki arti yaitu “Ekor-Mengekor”, atau dalam bahasa Kreol Portugis adalah dilakukan dengan berkeliling area kampung dan mengunjungi rumah-rumah kerabat, sambil menyanyikan lagu keroncong.
Di puncak perayaan Rabo-Rabo akan dilakukan tradisi mandi-mandi, yaitu menggambar wajah satu sama lain dengan bedak putih. Menurut kepercayaan, kegiatan tersebut menyimbolkan penebusan dosa dan pengampunan, serta untuk memulai dan menyambut Tahun Baru dalam keadaan bersih.
3. Ngejot dan Penjor (Bali)
Terkenal sebagai daerah dengan toleransi agama yang sangat tinggi, Bali juga memiliki tradisi perayaan Natal di Indonesia yang unik. Nama tradisi perayaan Natal di Indonesia dari Bali yaitu tradisi Ngejot dan Penjor.
Ngejot adalah tradisi perayaan Natal yang dilakukan dengan saling berbagi makanan. Uniknya, makanan yang disajikan disesuaikan dengan agama masing-masing setiap orang.
Sementara itu, Penjor adalah tradisi memasang bambu-bambu tinggi melengkung yang merupakan bentuk syukur terhadap anugerah Tuhan.
Advertisement
4. Marbinda dan Marhobas (Sumatra Utara)
Masyarakat Batak Toba, Sumatra Utara juga memiliki tradisi perayaan Natal di Indonesia yang tidak kalah menarik, yaitu Marbinda dan Marhobas.
Marbinda adalah tradisi menyembelih hewan menjelang Hari Raya Natal. Sementara itu, Marhobas adalah tradisi memasak hasil sembelih yang dilakukan oleh para pria.
Makna dari tradisi Natal di Indonesia ini tidak sekadar simbol kebersamaan dan pengingat persaudaraan antara masyarakat saja. Tapi, juga sebagai wujud dari rasa syukur kepada Tuhan.
5. Meriam Bambu (Flores)
Tradisi perayaan Natal di Indonesia selanjutnya adalah tradisi Natal yang dilakukan di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu Meriam Bambu. Tradisi Meriam Bambu merupakan salah satu tradisi Natal di Indonesia yang sangat meriah, dan sudah dilakukan sejak 1980-an.
Dulunya, suara menggelegar dari meriam bambu dilakukan untuk memberikan kabar duka. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi perayaan Natal di Indonesia satu ini digunakan untuk mengekspresikan kegembiraan atas kelahiran Yesus Kristus.
Advertisement
6. Kunci Taon (Sulawesi Utara)
Satu lagi tradisi perayaan Natal di Indonesia yang tidak kalah unik adalah Kunci Taon. Tradisi Natal yang banyak dijumpai di Kota Manado, Sulawesi Utara ini secara harfiah diartikan dengan “mengunci tahun”. Tradisi Natal di Manado ini biasanya dimulai sejak memasuki bulan Desember.
Tradisi Natal Kunci Taon dimulai dengan serangkaian ibadah di gereja dan dilanjutkan dengan kegiatan ziarah ke makam kerabat. Uniknya, kebanyakan masyarakat Manado akan meletakkan lampu hias di atas makam saat berziarah.
Namun, puncak perayaan Natal baru akan berlangsung pada Minggu pertama di bulan Januari. Tradisi Kunci Taon ditutup dengan pawai keliling menggunakan kostum-kostum unik.
7. Bakar Batu (Papua)
Tradisi perayaan Natal di Indonesia yang terakhir biasa dilakukan oleh umat Kristen di Papua. Tradisi yang dikenal sebagai Bakar Batu ini merupakan kegiatan memasak bersama menggunakan batu-batu yang dibakar. Batu-batu tersebut diletakkan di dalam sebuah lubang yang telah digali dan dilapisi dengan daun pisang dan ilalang. Kemudian dilapisi lagi dengan daun pisang.
Setelah itu, daging babi dimasukkan ke dalamnya, lalu disusul oleh lapisan daun pisang dan batu-batu panas lagi. Setelah itu, susunan tersebut diisi dengan sayuran dan umbi-umbian. Bahan makanan tersebut lalu ditutup lagi dengan daun pisang, ilalang, serta batu bakar. Tradisi ini dilakukan setelah misa Natal dan biasanya akan memakan waktu sekitar setengah hari. Bakar Batu dilakukan sebagai upaya untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan serta untuk menjaga kebersamaan.
Advertisement