Liputan6.com, Jakarta Mimisan atau epistaksis merupakan kondisi dimana terjadi perdarahan dari hidung. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kondisi medis atau lingkungan. Mimisan umumnya terjadi ketika pembuluh darah di dalam hidung pecah, dan meskipun biasanya tidak berbahaya, dalam beberapa kasus mimisan bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang lebih serius.
Beberapa penyebab mimisan meliputi udara kering yang dapat membuat lendir di hidung menjadi kering dan pecah, infeksi sinus atau hidung, cedera atau trauma pada hidung, serta penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan pembuluh darah pecah seperti obat pereda nyeri non-steroid. Selain itu, kondisi medis seperti tekanan darah tinggi, kelainan pembekuan darah, dan kanker juga bisa menjadi penyebab mimisan.
Baca Juga
Penting untuk memahami ciri-ciri mimisan yang berbahaya seperti mimisan yang tidak kunjung berhenti setelah 20-30 menit, terutama pada orang dewasa, mimisan yang disertai pusing dan lemas, atau mimisan yang terjadi setelah cedera kepala. Jika mengalami salah satu dari ciri-ciri tersebut, segera temui bantuan medis untuk penanganan yang tepat.
Advertisement
Berikut adalah macam-macam penyebab mimisan yang umum terjadi dan tanda-tanda mimisan merupakan kondisi yang berbahaya, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (26/1/2024).
Jenis-Jenis Mimisan
Mimisan merupakan kondisi yang sering dialami oleh banyak orang, terutama anak-anak. Hal ini bisa menjadi hal yang menakutkan dan membingungkan bagi yang mengalaminya. Ada berbagai macam penyebab yang dapat menjadi pemicu mimisan, mulai dari faktor lingkungan hingga kondisi kesehatan seseorang. Mimisan dapat dibedakan menjadi dua antara lain sebagai berikut:
1. Mimisan Anterior
Mimisan anterior adalah kondisi perdarahan dari bagian depan hidung yang umumnya disebabkan oleh berbagai faktor, seperti udara kering, sinusitis, cedera ringan, atau bahkan tekanan darah tinggi.
Untuk menangani mimisan anterior, Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut. Pertama, tekan perlahan bagian hidung yang mengalami perdarahan selama kurang lebih 10 menit sambil duduk rileks dan condongkan tubuh ke depan. Pastikan untuk bernapas melalui mulut agar perdarahan berhenti, namun hindari berbaring agar menghindari risiko menelan darah.
Hal ini juga penting untuk memperhatikan kondisi udara di sekitar kita, terutama jika udara terlalu kering seperti saat musim kemarau. Pastikan untuk menjaga kelembapan udara di dalam rumah, minum cukup air, dan menggunakan pelembap hidung jika diperlukan.
Dengan mengikuti langkah-langkah penanganan mimisan anterior yang benar, Anda dapat mengatasi perdarahan hidung dengan lebih efektif dan meminimalkan risiko yang mungkin terjadi. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika mimisan sering terjadi atau sulit untuk diatasi.
2. Mimisan Posterior
Mimisan posterior adalah kondisi yang ditandai dengan pendarahan dari hidung bagian belakang. Gejalanya meliputi pendarahan yang sulit dihentikan, sesak napas, atau rasa tertekan di dada. Faktor risiko yang dapat menyebabkan mimisan posterior meliputi cedera kepala, tekanan darah tinggi, gangguan pembekuan darah, atau penggunaan obat-obatan tertentu.
Untuk menangani mimisan posterior, langkah pertama yang harus dilakukan adalah duduk tegak dan miringkan kepala ke depan untuk mencegah darah masuk ke tenggorokan. Selanjutnya, tekan hidung secara lembut dengan jari selama 10-15 menit sambil bernafas melalui mulut. Jika pendarahan tidak berhenti atau terjadi sesak napas, segera cari pertolongan medis.
Tindakan segera yang harus dilakukan ketika menghadapi mimisan posterior adalah menghentikan pendarahan dengan tekanan lembut dan mencari bantuan medis jika kondisi tersebut tidak kunjung membaik. Penting untuk memperhatikan faktor risiko yang mungkin berkontribusi terhadap mimisan posterior untuk menghindari kondisi berulang di masa depan.
Advertisement
Penyebab Mimisan
Mimisan atau epistaksis adalah kondisi dimana seseorang mengalami pendarahan dari hidung. Penyebab mimisan dapat bermacam-macam, dan dapat terjadi baik pada anak-anak maupun dewasa. Pada artikel ini, kita akan membahas beberapa faktor yang dapat menyebabkan mimisan, mulai dari kondisi medis tertentu hingga faktor lingkungan dan gaya hidup yang dapat mempengaruhi terjadinya pendarahan hidung. Dengan memahami berbagai penyebab mimisan, kita dapat lebih waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi ini.
1. Udara kering
Udara kering dapat menjadi salah satu penyebab mimisan. Udara kering dapat mengakibatkan penebalan dari lapisan selaput lendir di dalam hidung. Hal ini kemudian dapat membuat pembuluh darah di hidung menjadi lebih rentan terhadap pecah dan berdarah, yang akhirnya dapat menyebabkan mimisan.
Kondisi udara kering sering terjadi di daerah dengan iklim yang kering, terutama saat musim panas. Selain itu, udara kering juga bisa disebabkan oleh penggunaan sistem pemanas di dalam ruangan yang dapat mengurangi kelembapan udara.
Selain udara kering, penyebab lain dari mimisan meliputi adanya infeksi atau peradangan pada hidung, cedera pada hidung, tekanan darah tinggi, serta penggunaan obat-obatan antikoagulan. Dalam beberapa kasus, kondisi tersebut dapat menyebabkan pendarahan dari hidung tanpa adanya gejala yang jelas. Oleh karena itu, penting untuk memeriksakan diri ke dokter jika mimisan terjadi secara berulang atau berkepanjangan.
2. Infeksi Pilek
Infeksi pilek merupakan salah satu penyebab utama mimisan pada anak-anak. Infeksi pilek disebabkan oleh virus yang menyebar melalui udara atau kontak dengan orang yang terinfeksi. Virus ini dapat menyebabkan peradangan pada saluran hidung dan tenggorokan, yang kemudian dapat memicu terjadinya mimisan.
Cara mengidentifikasi infeksi pilek pada anak-anak meliputi gejala seperti hidung meler, demam, batuk, sakit tenggorokan, dan nyeri otot. Pengobatan infeksi pilek pada anak-anak umumnya melibatkan istirahat yang cukup, mengonsumsi cairan hangat untuk mengurangi gejala, dan penggunaan obat-obatan yang aman seperti parasetamol untuk meredakan demam dan nyeri.
Untuk mencegah infeksi pilek pada anak-anak, penting untuk menerapkan kebersihan tangan yang baik, menghindari kontak dengan orang yang sedang pilek, dan menjaga daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan bergizi dan olahraga teratur.
Gejala-gejala yang perlu diawasi untuk mengurangi risiko terjadinya mimisan meliputi hidung berdarah, sakit kepala, dan lelah yang berlebihan. Langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risiko terjadinya mimisan antara lain adalah dengan menjaga kelembapan udara di dalam ruangan, menghindari udara yang terlalu kering, dan membatasi paparan terhadap alergen atau iritan.
3. Alergi
Alergi dapat menjadi salah satu penyebab mimisan pada anak. Gejalanya antara lain bersin-bersin, hidung meler, dan gatal-gatal di hidung atau tenggorokan. Alergi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti debu, bulu hewan, serbuk sari, atau makanan tertentu.
Untuk mencegah munculnya mimisan akibat alergi, penting untuk menghindari paparan dengan alergen yang dapat memicu reaksi alergi. Misalnya, membersihkan rumah secara teratur untuk menghilangkan debu dan bulu hewan, serta menghindari makanan yang diketahui dapat memicu alergi pada anak.
Selain itu, mengatasi mimisan akibat alergi juga bisa dilakukan dengan menggunakan obat alergi. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan obat alergi pada anak perlu diawasi secara ketat, karena penggunaan obat alergi dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko mimisan.
Dalam mengatasi mimisan akibat alergi, lebih baik konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk menentukan pengobatan yang tepat dan aman untuk anak. Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan dan pengobatan yang tepat, mimisan akibat alergi pada anak dapat diatasi dengan lebih efektif.
Â
4. Mengorek Bagian dalam Hidung
Mengorek hidung dengan kasar dapat menyebabkan perdarahan hidung atau mimisan karena adanya pembuluh darah di dalam hidung yang mudah pecah. Maka dari itu, cara menghindari mimisan akibat mengorek bagian dalam hidung adalah dengan melakukan langkah-langkah untuk mengorek hidung dengan aman. Pertama, pastikan tangan dalam keadaan bersih sebelum menyentuh bagian dalam hidung. Selain itu, gunakan kuku yang pendek dan hindari mengorek terlalu dalam agar tidak merobek septum hidung yang dapat menyebabkan perdarahan.
Kebiasaan mengorek hidung secara berlebihan dapat menyebabkan iritasi, infeksi, dan bahkan kerusakan permanen pada septum hidung. Untuk mengatasi kebiasaan ini, cobalah untuk mengalihkan perhatian dengan melakukan aktivitas lain atau menggunakan tisu saat merasa gatal.
Dengan cara mengorek hidung secara aman dan mengatasi kebiasaan mengorek hidung secara berlebihan, Anda dapat menghindari mimisan yang disebabkan oleh tindakan tersebut. Jaga kebersihan tangan dan hindari mengorek hidung dengan kasar untuk mencegah terjadinya mimisan yang tidak diinginkan.
5. Benturan
Benturan pada hidung dapat menjadi salah satu penyebab utama dari mimisan. Ketika hidung terbentur, sel-sel di dalamnya dapat mengalami iritasi atau bahkan luka. Gejala benturan pada hidung biasanya termasuk nyeri, bengkak, dan kadang-kadang juga dapat terjadi perdarahan ringan. Dampak dari benturan ini bisa menyebabkan pembuluh darah di hidung pecah dan akhirnya menyebabkan mimisan.
Untuk mengatasi atau mencegah mimisan akibat benturan, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menghentikan perdarahan. Caranya adalah dengan duduk tegak dan condongkan tubuh ke depan, tekan hidung bagian bawah dengan lembut, dan bernapas melalui mulut. Hindari mencubit hidung karena hal ini dapat membuat perdarahan semakin parah. Selain itu, juga dapat melakukan kompres dengan membungkus es batu dengan kain tipis dan tempelkan di bagian hidung yang terasa bengkak atau nyeri.
Penting untuk ingat bahwa jika mimisan tidak kunjung berhenti dalam waktu yang lama atau terjadi secara teratur, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dengan lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti menghindari benturan pada hidung dan menjaga kebersihan hidung, mimisan akibat benturan dapat diatasi dan dicegah dengan lebih baik.
6. Berada di Dataran Tinggi
Berada di dataran tinggi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya mimisan secara tiba-tiba. Efek dari tinggal di dataran tinggi adalah berkurangnya ketersediaan oksigen dan kekeringan udara. Kedua faktor ini dapat menyebabkan pembuluh darah di hidung pecah, yang kemudian mengakibatkan mimisan.
Kurangnya oksigen di dataran tinggi menyebabkan tubuh bekerja lebih keras untuk mendapatkan oksigen yang cukup. Hal ini dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dan pembuluh darah di hidung rentan pecah. Sementara kekeringan udara di dataran tinggi juga dapat menyebabkan hidung menjadi kering dan rentan terhadap iritasi yang dapat memicu mimisan.
Untuk mengatasi mimisan yang disebabkan oleh tinggal di dataran tinggi, penting untuk tetap terhidrasi dengan baik dan menjaga kelembaban hidung. Penggunaan pelembap hidung atau menggunakan masker hidung juga dapat membantu menjaga hidung tetap lembap dan mencegah terjadinya mimisan secara tiba-tiba.
Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan di dataran tinggi, kita dapat mengambil langkah-langkah preventif untuk mencegah terjadinya mimisan dan masalah kesehatan lainnya.
Â
7. Penggunaan Obat-obatan Tertentu
Penggunaan obat-obatan pengencer darah seperti aspirin, NSAID, heparin, dan warfarin dapat menyebabkan mimisan. Obat-obatan ini biasanya digunakan untuk mengatasi kondisi medis seperti penyakit jantung, stroke, trombosis, atau risiko pembekuan darah yang tinggi. Gejala yang dapat muncul akibat penggunaan obat pengencer darah ini termasuk mimisan yang sulit untuk dihentikan.
Jika mengalami mimisan akibat penggunaan obat-obatan tertentu, segera hentikan konsumsi obat dan tekan bagian hidung yang berdarah agar perdarahan dapat dihentikan. Kemudian, duduk dengan kepala sedikit miring ke depan untuk mencegah darah masuk ke tenggorokan. Jika mimisan tidak kunjung berhenti, segera temui bantuan medis.
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat pengencer darah, dan mengikuti dosis yang direkomendasikan. Jika mengalami mimisan atau gejala lainnya setelah mengonsumsi obat-obatan tersebut, segera mencari bantuan medis.
8. Iritan Kimiawi
Iritan kimia dapat menyebabkan luka iritasi pada selaput lendir hidung dan dapat menjadi salah satu penyebab mimisan. Paparan bahan kimia seperti asap rokok, polusi udara, debu, atau zat-zat kimia tertentu dapat merusak jaringan di dalam hidung, menyebabkan iritasi, dan menyebabkan mimisan. Dampak dari iritan kimia pada kesehatan termasuk batuk, pilek, sakit tenggorokan, pusing, dan bahkan gangguan pernapasan.
Untuk mengatasi gejala iritasi akibat paparan bahan kimia, beberapa langkah dapat dilakukan. Pertama, hindari paparan zat-zat kimia yang dapat menyebabkan iritasi. Gunakan masker atau alat pelindung diri ketika berada di lingkungan yang berpotensi mengandung zat-zat kimia berbahaya. Selain itu, menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan pembersih udara juga dapat membantu mengurangi paparan bahan kimia tersebut.
Penting untuk memahami potensi bahaya dari iritan kimia dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk melindungi kesehatan kita, termasuk menjaga kebersihan udara di sekitar kita dan mengurangi paparan bahan kimia berbahaya.
9. Deviasi Septum
Deviasi septum adalah kondisi ketika tulang yang memisahkan kedua lubang hidung tidak lurus atau tidak berada di tengah. Gejala yang mungkin dialami oleh penderita deviasi septum meliputi sulit bernapas, mimisan atau hidung berdarah yang sering, infeksi sinus yang sering terjadi, serta suara yang serak.
Untuk mengatasi mimisan atau hidung berdarah akibat deviasi septum, dapat dilakukan dengan cara medis maupun non-medis. Cara medis meliputi menggunakan obat-obatan untuk menghentikan pendarahan, sedangkan cara non-medis meliputi menekan hidung secara lembut dan memiringkan kepala ke depan untuk menghentikan aliran darah.
Selain itu, untuk mengatasi deviasi septum secara permanen, dapat dilakukan dengan operasi septoplasti. Dalam prosedur ini, tulang yang bengkok akan dikoreksi agar menjadi lurus dan mampu memperbaiki aliran udara dalam lubang hidung.
Dengan mengetahui kondisi deviasi septum, gejalanya, serta cara mengatasi mimisan atau hidung berdarah akibat deviasi septum, diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih waspada terhadap kondisi ini dan segera mengambil tindakan medis yang tepat.
10. Semprotan hidung
Semprotan hidung adalah salah satu cara yang efektif untuk mengatasi hidung gatal, tersumbat, atau berair. Semprotan hidung mengandung zat aktif yang dapat membantu membersihkan saluran hidung dan meredakan gejala-gejala tersebut. Selain semprotan hidung, obat-obatan seperti antihistamin dan dekongestan juga sering digunakan untuk mengatasi masalah hidung. Antihistamin membantu mengurangi reaksi alergi yang bisa menyebabkan hidung gatal atau berair, sedangkan dekongestan membantu mengurangi peradangan dalam saluran hidung sehingga dapat meredakan hidung tersumbat.
Namun, penggunaan semprotan hidung dan obat-obatan ini juga harus dilakukan dengan hati-hati, karena penggunaan berlebihan atau yang tidak sesuai dengan petunjuk dokter bisa menyebabkan efek samping seperti iritasi hidung, sakit kepala, atau peningkatan tekanan darah.
Selain karena alergi atau infeksi, penyebab mimisan yang tidak umum juga dapat terjadi akibat kelainan pembuluh darah di hidung atau gangguan pembekuan darah yang dapat memicu mimisan. Oleh karena itu, jika mimisan sering terjadi atau sulit dihentikan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Â
Mimisan yang Perlu Diwaspadai
Mimisan atau epistaksis bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk cuaca kering, sinusitis, trauma, tekanan darah tinggi, dan gangguan pembekuan darah. Jenis-jenis mimisan yang perlu diwaspadai adalah mimisan yang terjadi secara tiba-tiba dan berulang, mimisan yang sulit dihentikan, atau mimisan yang disertai pusing, lemah, atau sesak napas. Gejala mimisan meliputi keluarnya darah dari hidung, biasanya dari salah satu lubang hidung, serta dapat disertai dengan rasa tidak nyaman di hidung atau tenggorokan.
Pada kehamilan, tanda-tanda yang memerlukan perhatian medis segera terkait dengan mimisan termasuk mimisan yang disertai pusing, perdarahan hebat, atau mimisan yang berlangsung lebih dari 20 menit tanpa henti. Mimisan selama kehamilan juga bisa menjadi tanda adanya komplikasi medis, seperti preeklampsia atau perdarahan plasenta. Sehingga segera konsultasikan ke dokter jika mengalami mimisan yang tidak biasa selama kehamilan.
Jika Anda mengalami mimisan yang sering atau memiliki gejala-gejala yang mengkhawatirkan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat. Menjaga kebersihan hidung dan menghindari kebiasaan mengorek hidung juga dapat membantu mencegah mimisan.
Advertisement