Curcol Adalah Kebutuhan Berekspresi, Simak Arti dalam Bahasa Gaul dan Pandangan Psikolog

Curcol adalah ekspresi kebutuhan untuk mendapatkan dukungan atau sekedar ingin berbagi cerita kepada teman-teman.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 30 Jan 2024, 18:55 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2024, 18:55 WIB
Ilustrasi curhat, ngobrol dengan teman
Ilustrasi curhat, ngobrol dengan teman. (Image by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Curcol adalah singkatan dari curhat colongan yang menjadi salah satu bahasa gaul, dalam komunikasi sehari-hari. Curcol sendiri merupakan istilah yang digunakan, untuk menyatakan rasa curhat atau berbagi masalah dengan orang lain secara tidak resmi. Contoh penggunaan curcol dalam percakapan sehari-hari misalnya "Aku lagi stress nih, boleh curcol sebentar gak?" atau "Gue butuh temen curcol buat ngobrolin masalah ini."

Arti dari curcol adalah kegiatan berbagi curhatan secara tidak langsung atau tidak formal dengan orang lain. Menurut psikolog, curcol bisa menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengatasi stres atau masalah emosional. Dengan berbagi curhat secara tidak formal, seseorang bisa merasa lebih lega dan mendapatkan dukungan dari orang lain.

Namun, psikolog juga menekankan pentingnya untuk curcol kepada orang yang tepat dan dalam batas yang sehat. Bila curcol dilakukan secara berlebihan atau kepada orang yang tidak tepat, hal ini dapat berdampak negatif pada mental health seseorang.

Curcol adalah salah satu bentuk bahasa gaul yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Namun, penting untuk memahami arti dan penggunaan curcol secara bijak, agar dapat memberikan manfaat positif bagi kesehatan mental. Berikut ini arti curcol yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (30/1/2024). 

Arti Curcol dalam Bahasa Gaul

Ilustrasi menghibur, curhat
Ilustrasi menghibur, curhat. (Photo by LinkedIn Sales Solutions on Unsplash)

Kata "curhat" sendiri merupakan singkatan dari frasa "curahan hati", sedangkan "colongan" berasal dari kata dasar "colong" yang berarti mencuri atau terjadi di luar pengawasan dan pengamatan. Secara spesifik, arti dari curcol adalah kegiatan curhat yang dilakukan secara bersamaan dengan hal-hal lain yang tidak memiliki hubungan langsung. Curcol menggambarkan curahan hati yang disampaikan dalam konteks atau suasana yang tidak terkait langsung dengan isi dari curhatan itu sendiri.

Dalam buku "Eksplorasi, Eksplanasi, dan Interpretasi Fenomena Kebahasaan" karya Made Sri Satyawati (2015), dijelaskan bahwa topik pembicaraan yang sedang berlangsung dengan curcol seseorang, tidak memiliki keterkaitan satu sama lain. Maka dari itu, curahan hati ini disebut sebagai 'colongan' karena terjadi di luar fokus topik yang sedang dibahas. Contoh situasi curcol dapat terjadi dalam berbagai konteks. Sebagai contoh, ketika sedang membicarakan tugas kelompok di kampus, tiba-tiba ada seorang teman yang membagikan kisah tentang hubungan asmaranya. Curahan hati tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan situasi yang sedang dibahas, yakni tugas kelompok.

Situasi curcol juga dapat terjadi saat seseorang merasa sangat stres di tempat kerja, karena tumpukan pekerjaan atau konflik dengan rekan kerja. Dalam hal ini, orang tersebut dapat curcol dengan teman-teman kantor di jam istirahat makan siang, meskipun topiknya tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan.

Arti Curcol dan Pandangan Psikolog

Ilustrasi menghibur, curhat
Ilustrasi menghibur, curhat. (Photo by Rosie Sun on Unsplash)

Curcol merupakan singkatan dari "curhat colongan" yang sering digunakan dalam bahasa gaul Indonesia. Kata ini merujuk pada kegiatan curhat atau berbicara kepada orang lain secara tidak langsung, misalnya melalui media sosial atau pesan singkat. Curcol lebih sering dilakukan untuk mengungkapkan perasaan atau cerita pribadi, tanpa harus bertemu langsung dengan lawan bicara.

Contoh penggunaan curcol dalam komunikasi sehari-hari adalah ketika seseorang menuliskan cerita atau keluhan pribadi di media sosial tanpa menyebutkan secara langsung kepada siapa cerita tersebut ditujukan. Misalnya, "Hari ini sangat berat, rasanya ingin menghilang saja" tanpa menyebutkan kepada siapa cerita tersebut ditujukan.

Menurut pandangan psikolog, curcol bisa menjadi cara yang efektif untuk mengekspresikan emosi dan mengurangi beban pikiran. Namun, curcol juga bisa menjadi tanda adanya masalah mental atau kesulitan berkomunikasi secara langsung. Psikolog juga menyarankan untuk tetap menjaga kesehatan mental dengan cara yang lebih positif, seperti berkomunikasi secara langsung dengan orang terdekat dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.

Dengan berbagi masalah secara tidak langsung, seseorang dapat merasa lebih aman dan terhindar dari stigma negatif yang mungkin timbul apabila berbagi masalah secara terbuka. Psikolog juga menekankan pentingnya memiliki lingkungan sosial yang mendukung di sekitar kita, sehingga kita merasa nyaman untuk curcol tanpa takut mendapat respon negatif.

 

Contoh Bahasa Gaul Lainnya

Ilustrasi menghibur, curhat
Ilustrasi menghibur, curhat. (Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash)

Tidak hanya curcol, bahasa gaul di Indonesia juga diramaikan oleh beragam istilah yang mencerminkan dinamika budaya dan interaksi sosial. Berdasarkan penjelasan yang ditemukan dalam buku "Kamus Bahasa Gaul Milenial" karya Iwan P (2018), ada beberapa istilah gaul yang perlu diketahui diantaranya: 

Caper (Cari Perhatian)

Istilah caper adalah singkatan dari "cari perhatian," merujuk pada perilaku seseorang yang secara sengaja bertingkah laku aneh atau di luar norma guna menarik perhatian dari orang lain. Caper sering kali menciptakan momen atau situasi yang mencolok agar menjadi sorotan.

Gaje (Nggak Jelas):

Gaje, singkatan dari "nggak jelas," digunakan untuk menyatakan ketidakjelasan atau ketidakberdasaran suatu hal yang diucapkan atau dilakukan oleh seseorang. Istilah ini menggambarkan sesuatu yang tidak memiliki landasan atau argumen yang kuat.

Mager (Malas Gerak):

Mager, yang merupakan singkatan dari "malas gerak," menggambarkan seseorang yang enggan atau malas untuk beraktivitas. Istilah ini mencirikan sikap kurang semangat dan kurangnya dorongan untuk bergerak atau melakukan kegiatan.

Bucin (Budak Cinta):

Bucin, singkatan dari "budak cinta," digunakan untuk merujuk pada seseorang yang secara berlebihan terpengaruh atau terobsesi dengan kisah asmara atau pasangannya. Istilah ini menggambarkan tingkat ketergantungan emosional yang cukup tinggi.

Dengan begitu, bahasa gaul tidak hanya menjadi alat komunikasi di kalangan tertentu, tetapi juga mencerminkan perkembangan dan perubahan dalam cara masyarakat berinteraksi dan berkomunikasi. Istilah-istilah ini menjadi cermin dari nilai-nilai dan tren yang sedang berlangsung di dalam masyarakat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya