Liputan6.com, Jakarta - Virus Singapura, yang juga dikenal sebagai flu Singapura, merupakan infeksi virus yang dapat menyerang baik anak maupun orang dewasa. Menurut catatan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Kemenkes RI, sebanyak 5.461 orang di Indonesia terjangkit Flu Singapura hingga pekan ke-11 2024.
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Banten, 738 kasus di antaranya terjadi di provinsi tersebut. Hal ini menunjukkan virus Singapura memiliki dampak signifikan di Indonesia, dengan sejumlah kasus yang terus bertambah dari waktu ke waktu.
Virus Singapura apakah berbahaya? Meskipun sering dianggap sebagai penyakit ringan, virus Singapura sebenarnya bisa menimbulkan komplikasi serius terutama pada anak dan orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Advertisement
Dinkes Depok mencatat bahwa sebanyak 45 kasus suspek Flu Singapura terjadi di kota tersebut sepanjang Januari hingga Maret 2024 dengan 10 pasien di antaranya dirawat di satu rumah sakit. Oleh karena itu, memahami virus Singapura serta cara mencegah penularannya sangatlah penting untuk melindungi kesehatan anak dan orang dewasa dari potensi komplikasi yang dapat timbul akibat infeksi virus tersebut.
Dalam upaya mencegah penularan virus Singapura pada anak dan orang dewasa, langkah-langkah pencegahan sederhana seperti mencuci tangan secara teratur, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghindari kontak dengan penderita perlu diterapkan.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang seperti apa virus Singapura, gejala, bahaya, pengobatan, dan cara mencegahnya, Minggu (14/4/2024).
Virus Singapura Menyebabkan Ruam Mirip Cacar
Virus Singapura adalah istilah lain yang merujuk pada flu Singapura, sebuah kondisi yang disebabkan oleh virus Coxsackievirus dan Human enterovirus 71. Menurut Kemenkes RI, virus ini menyebar melalui cairan dari hidung, tenggorokan, dan luka pada kulit yang terbuka dari individu yang terinfeksi. Flu Singapura juga dikenal sebagai penyakit kaki, tangan, dan mulut karena menimbulkan ruam merah dan bintil-bintil nyeri di area tersebut.
Meski ruam dari infeksi virus Singapura ini sering disamakan dengan cacar air, namun perlu diingat bahwa ruam pada cacar air cenderung lebih menyebar ke seluruh tubuh.
Flu Singapura, atau dikenal secara medis sebagai HFMD (Head, Foot, Mouth Disease), disebabkan oleh sejumlah virus enterovirus, termasuk Coxsackievirus A16 dan Enterovirus 71. Penularan virus ini dapat terjadi melalui kontak kulit, udara pernafasan, serta konsumsi makanan atau minuman bersama. Virus ini memiliki masa inkubasi sekitar 3 hingga 6 hari dan bisa bertahan dalam tubuh hingga 5 minggu setelah infeksi.
Virus Singapura, meskipun umumnya ringan, sangat menular. Melansir dari National Institute of Health, gejala flu Singapura pada dewasa tidak spesifik, seringkali membuat penderitanya tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi. Gejala awal biasanya meliputi demam tinggi, tidak enak badan, hilangnya nafsu makan, batuk, sakit perut, dan sakit tenggorokan. Kemudian, bintik merah atau sariawan muncul di mulut, diikuti oleh ruam dan lepuh di tangan, kaki, dan area tubuh lainnya.
Virus Singapura apakah berbahaya?
Melansir dari Siloam Hospitals dan Hermina Hospitals, meski jarang terjadi, flu Singapura bisa menyebabkan komplikasi serius seperti radang otak (ensefalitis), meningitis, kelumpuhan, bahkan kematian. Pada bayi, gejala flu Singapura mungkin tidak begitu berbahaya, tetapi bisa menyebabkan demam tinggi dan ketidaknyamanan yang sulit ditangani.
Namun, pada orang dewasa, flu Singapura tanpa gejala juga bisa terjadi. Di mana penderitanya tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit namun masih bisa menularkan virus kepada orang lain, sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya.
Penting untuk memahami bahwa flu Singapura merupakan kondisi yang menular dan bisa berbahaya, terutama bagi individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan seperti mencuci tangan secara teratur dan menjaga kebersihan lingkungan sangat penting dalam mengurangi risiko penularan virus Singapura.
Advertisement
Gejala Infeksi Virus Singapura pada Anak atau Bayi
- Demam Tinggi: Anak atau bayi mungkin mengalami demam tinggi dengan suhu tubuh mencapai 38-39 derajat Celsius.
- Kelelahan dan Iritabilitas: Mereka dapat menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang meningkat dan menjadi lebih rewel atau irit.
- Hilangnya Nafsu Makan: Infeksi virus Singapura seringkali menyebabkan hilangnya nafsu makan pada anak atau bayi.
- Ruam Merah dan Bintil-Bintil di Tangan, Kaki, dan Mulut: Gejala khas dari flu Singapura pada anak atau bayi adalah munculnya ruam merah dan bintil-bintil nyeri di area tangan, kaki, dan mulut. Ruam ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan saat makan atau minum.
Gejala Infeksi Virus Singapura pada Orang Dewasa
- Demam dan Gejala Umum Lainnya: Gejala awal infeksi virus Singapura pada orang dewasa meliputi demam tinggi, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan.
- Batuk dan Sakit Tenggorokan: Orang dewasa juga dapat mengalami batuk dan sakit tenggorokan sebagai bagian dari gejala flu Singapura.
- Gejala Tidak Spesifik: Gejala pada orang dewasa cenderung tidak spesifik dan bisa mirip dengan gejala penyakit lain.
- Infeksi Tanpa Gejala (Asimtomatik): Beberapa orang dewasa dapat mengalami infeksi virus Singapura tanpa menunjukkan gejala sama sekali. Meskipun tanpa gejala, mereka masih bisa menularkan virus kepada orang lain.
Perlu diingat bahwa gejala infeksi virus Singapura dapat bervariasi dalam tingkat keparahan dan manifestasi, tergantung pada kondisi kesehatan individu serta respons imun tubuh terhadap virus tersebut. Jika terjadi kekhawatiran terkait infeksi virus Singapura, khususnya pada anak atau bayi, segera berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan yang tepat.
Â
Cara Mengobati Flu Singapura
Melansir dari Siloam Hospitals, begini cara mengobati infeksi karena virus Singapura:
- Minuman Dingin untuk Meredakan Ketidaknyamanan: Minuman dingin dapat membantu meredakan ketidaknyamanan pada tenggorokan dan mengurangi demam, baik untuk anak maupun orang dewasa yang terinfeksi flu Singapura.
- Hindari Makanan Asam atau Pedas: Baik anak maupun orang dewasa disarankan untuk menghindari makanan atau minuman yang memiliki rasa asam atau pedas, karena dapat memperburuk iritasi pada tenggorokan.
- Konsumsi Makanan Bertekstur Lunak: Sajikan makanan yang bertekstur lunak untuk mempermudah menelan makanan dan mencegah iritasi pada mulut, cocok untuk anak maupun orang dewasa.
- Pastikan Asupan Cairan yang Cukup: Penting bagi anak dan orang dewasa untuk memastikan asupan cairan yang cukup guna mencegah dehidrasi akibat demam dan gejala flu Singapura lainnya.
- Waktu Istirahat yang Cukup: Baik anak maupun orang dewasa perlu istirahat yang cukup setiap harinya untuk membantu tubuh memulihkan diri dari infeksi virus.
- Gunakan Krim Antigatal dan Penyembuh Ruam: Krim antigatal dan penyembuh ruam dapat digunakan sesuai anjuran dokter untuk mengatasi ruam dan gejala gatal pada kulit, baik untuk anak maupun orang dewasa.
- Berkumur dengan Air Garam Hangat: Berkumur dengan air garam hangat dapat membantu meredakan rasa nyeri di tenggorokan dan memberikan sensasi nyaman pada anak dan orang dewasa.
Pencegahan Penularan Flu Singapura
Melansir dari Siloam Hospitals, begini cara mencegah penularan infeksi virus Singapura:
- Isolasi Penderita: Isolasi penderita flu Singapura hingga sembuh adalah langkah penting untuk mencegah penularan kepada orang lain, baik untuk anak maupun orang dewasa.
- Mencuci Tangan dengan Benar: Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci menggunakan sabun antiseptik dan air mengalir adalah langkah penting untuk mencegah penularan virus, baik untuk anak maupun orang dewasa.
- Membersihkan Area dan Benda yang Terkontaminasi: Membersihkan area-area atau benda yang dicurigai terpapar virus secara rutin dapat membantu mengurangi penyebaran virus, baik untuk anak maupun orang dewasa.
- Hindari Penggunaan Barang Pribadi Bersama-sama: Menghindari penggunaan barang pribadi secara bersama-sama dengan penderita flu Singapura dapat mencegah penularan kepada anggota keluarga lainnya, baik anak maupun orang dewasa.
- Terapkan Etika Batuk dan Bersin yang Benar: Mengajarkan etika batuk dan bersin yang benar, yaitu menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin, dapat membantu mengurangi penyebaran virus melalui droplet udara, baik untuk anak maupun orang dewasa.
Â
Advertisement