5 Tokoh Pendiri ASEAN, Dari Indonesia Hingga Filipina

Biografi kelima tokoh pendiri ASEAN.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 28 Jun 2024, 13:40 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2024, 13:40 WIB
Ilustrasi ASEAN
Ilustrasi ASEAN (sumber: freepik)

Liputan6.com, Jakarta Pada tanggal 8 Agustus 1967, lima tokoh pendiri ASEAN dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura menandatangani Deklarasi ASEAN di Bangkok, Thailand. Tokoh-tokoh ini, yang mewakili masing-masing negara, berjuang bersama untuk menciptakan kedamaian regional di Asia Tenggara. Dalam proses rekonsiliasi yang melibatkan Indonesia, Malaysia, dan Filipina, serta dengan Thailand sebagai negara penengah dalam perebutan ideologi, mereka memahami pentingnya membangun kerja sama yang kuat. Inilah inti dari gagasan pembentukan ASEAN sebagai jawaban atas tantangan konflik yang mengancam kawasan pada masa itu.

Tokoh-tokoh pendiri ASEAN ini menunjukkan komitmen mereka untuk menciptakan kawasan yang stabil dan sejahtera, meskipun awalnya dihadapkan pada situasi konflik. Dengan mendirikan ASEAN, mereka berusaha membangun fondasi kerja sama yang solid antara negara-negara anggota. Peran Singapura dalam menggagas ide organisasi ini juga menjadi bukti nyata betapa pentingnya perbaikan hubungan antar negara untuk mencapai tujuan bersama dalam memajukan kawasan.

Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok, yang ditandatangani oleh para tokoh pendiri ASEAN, menandai langkah awal dalam perjalanan panjang ASEAN sebagai entitas regional yang mengedepankan perdamaian dan kemajuan bersama. Dengan memahami latar belakang dan upaya mereka dalam merintis ASEAN, kita dapat menghargai perjuangan dan pengorbanan mereka dalam menciptakan organisasi yang memberikan manfaat besar bagi Asia Tenggara dan dunia internasional.

Berikut ini telah Liputan6.com rangkum biografi kelima tokoh pendiri ASEAN, Jumat (28/6/2024).

1. Adam Malik (Indonesia)

[Bintang] Adam Malik
Mantan Wapres RI Adam Malik. foto: Brandes Autographs

Adam Malik Batubara, seorang tokoh besar dari Indonesia, memainkan peran krusial dalam sejarah ASEAN. Lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada 22 Juli 1917, Adam Malik adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara dari pasangan Haji Abdul Malik Batubara dan Hajjah Siti Salamah. Sebelum memasuki dunia politik, Adam Malik memiliki latar belakang sebagai seorang wartawan yang profesional. Bersama rekannya, ia mendirikan kantor berita ANTARA, yang menjadi salah satu kantor berita terkemuka di Indonesia.

Karir politik Adam Malik mencapai puncaknya ketika ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia selama masa penting dalam pembentukan ASEAN. Sebagai Menteri Luar Negeri, Adam Malik berperan aktif dalam upaya merintis kerja sama regional di Asia Tenggara, yang kemudian menjadi landasan utama dalam pembentukan ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Kontribusi dan keberhasilannya dalam merancang dan menyusun deklarasi ini menjadi tonggak penting dalam sejarah organisasi ini.

Selain itu, Adam Malik juga memiliki karir politik yang cemerlang di dalam negeri. Ia pernah menjabat sebagai Ketua DPR RI pada tahun 1977—1978 dan kemudian menjabat sebagai Wakil Presiden ketiga Republik Indonesia pada tahun 1978, menggantikan Sultan Hamengkubuwono IX. Peranannya yang beragam ini mencerminkan dedikasinya yang kuat terhadap negara dan bangsa, dari peran awalnya sebagai seorang pemimpin pergerakan nasional hingga menjadi salah satu arsitek utama hubungan luar negeri Indonesia di tingkat regional dan internasional.

Adam Malik tidak hanya dikenal sebagai tokoh negarawan yang ulung, tetapi juga sebagai figur yang menjunjung tinggi integritas dan komitmen terhadap perdamaian dan kemajuan di kawasan Asia Tenggara. Dedikasi seumur hidupnya untuk diplomasi dan pelayanan publik menjadikan Adam Malik sebagai salah satu tokoh yang sangat dihormati dalam sejarah modern Indonesia dan ASEAN.

 

2. Thanat Khoman (Thailand)

Ilustrasi Tokoh Pendiri ASEAN Thanat Khoman
Ilustrasi Tokoh Pendiri ASEAN Thanat Khoman (sumber:wikipedia)

Thanat Khoman, seorang tokoh penting dari Thailand dalam sejarah ASEAN, lahir di Bangkok pada 9 Mei 1914. Bakatnya dalam diplomasi dan politik sudah terlihat sejak masa remaja ketika ia menempuh pendidikan di Assumption College, Bangkok. Pendidikan ini membentuk landasan awal yang kuat bagi karir cemerlangnya di dunia diplomatik.

Sebelum terlibat dalam pembentukan ASEAN, Thanat Khoman telah meniti karir yang gemilang sebagai diplomat Thailand. Ia mewakili negaranya di berbagai tempat strategis termasuk Tokyo, New Delhi, dan Washington DC. Pengalaman ini memperluas pandangannya dalam hubungan internasional dan memperkaya keterampilan diplomatiknya.

Kiprah Thanat Khoman dalam membangun ASEAN tidak bisa dilepaskan dari peran pentingnya sebagai Menteri Luar Negeri Thailand di bawah pemerintahan Perdana Menteri Sarit Dhanarajata. Di bawah kepemimpinan ini, Thanat Khoman turut aktif dalam memperjuangkan visi kerja sama regional yang kemudian menghasilkan Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967. Sebagai tuan rumah acara tersebut, Thailand memainkan peran kunci dalam menyatukan lima negara pendiri ASEAN untuk mencapai tujuan bersama.

Selain menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Thanat Khoman juga memiliki pengalaman yang luas di bidang ekonomi. Pada tahun 1950-an, ia ditunjuk sebagai Ketua Komisi Ekonomi untuk Asia dan Timur Jauh (ECAFE), sebuah posisi yang menunjukkan komitmen dan kontribusinya dalam memajukan kerja sama ekonomi di kawasan tersebut.

Pengabdian seumur hidup Thanat Khoman untuk diplomasi dan kemajuan regional menjadikannya salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah ASEAN. Dedikasinya terhadap perdamaian, stabilitas, dan integrasi di Asia Tenggara tetap dihargai dan dikenang dalam sejarah modern Thailand dan ASEAN secara keseluruhan.

3. Tun Abdul Razak (Malaysia)

Tun Abdul Razak
Tun Abdul Razak (Sumber: wikipedia)

Tun Abdul Razak, tokoh penting dalam sejarah Malaysia dan ASEAN, lahir di Pulau Keladi, Pahang pada 11 Maret 1922. Sebagai salah satu arsitek kemerdekaan Malaysia, Tun Abdul Razak memainkan peran sentral dalam perjuangan negaranya melawan penjajahan Inggris, yang akhirnya membuahkan kemerdekaan pada tahun 1957. Ia tidak hanya dikenal sebagai negarawan dan pemimpin politik yang berpengaruh, tetapi juga sebagai tokoh yang berkomitmen dalam memajukan kerja sama regional di Asia Tenggara.

Sebelum terlibat dalam pembentukan ASEAN, Tun Abdul Razak telah menunjukkan keahliannya sebagai diplomat dan pemimpin negara. Ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia pertama dan kemudian naik menjadi Perdana Menteri kedua Malaysia pada tahun 1970, menggantikan Tunku Abdul Rahman. Kepemimpinannya yang kuat dan visi strategisnya memainkan peran kunci dalam membawa Malaysia bersama dengan negara-negara tetangga untuk membentuk ASEAN.

Sebagai Perdana Menteri, Tun Abdul Razak dikenal dengan kebijakan "Dasar Ekonomi Baru" yang bertujuan untuk mengatasi ketimpangan ekonomi etnis di Malaysia dan mempromosikan pembangunan ekonomi yang inklusif serta pembangunan sosial yang berkelanjutan. Gelarnya sebagai "Bapak Pembangunan" mencerminkan dedikasinya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Malaysia dan memperkuat posisi negaranya di tingkat internasional.

Pengabdian seumur hidup Tun Abdul Razak untuk negara dan kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan mengukuhkannya sebagai salah satu tokoh yang sangat dihormati dalam sejarah ASEAN. Warisan dan kontribusinya dalam membangun fondasi kerja sama regional tetap dihargai dan berdampak positif bagi generasi saat ini dan mendatang.

 

4. Sinnathamby Rajaratnam (Singapura)

Sinnathamby Rajaratnam, atau lebih dikenal sebagai S. Rajaratnam, merupakan salah satu tokoh kunci dalam sejarah Singapura dan ASEAN. Beliau lahir pada 25 Februari 1915 di Jaffna, Sri Lanka, dan menunjukkan ketertarikannya pada politik dan pelayanan publik sejak awal kehidupannya. Setelah menyelesaikan pendidikan di Inggris, Rajaratnam memulai karirnya sebagai seorang jurnalis, yang kemudian membawanya menjadi staf editor tetap di salah satu koran legendaris Singapura, The Straits Times.

Karir politik Rajaratnam melesat ketika ia mulai terlibat dalam pemerintahan Singapura yang baru merdeka. Ia tidak hanya menjadi Menteri Luar Negeri, tetapi juga salah satu arsitek utama dalam mengukuhkan Singapura sebagai negara yang mandiri di mata internasional. Sebagai Menteri Luar Negeri, Rajaratnam berhasil menjalankan diplomasi yang efektif, yang mengarah pada penerimaan Singapura sebagai anggota PBB dan Commonwealth, memperkuat posisi negaranya dalam kancah global.

Kontribusi Rajaratnam dalam pembentukan ASEAN sangatlah signifikan. Sebagai salah satu perwakilan Singapura dalam penandatanganan Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967, ia berperan aktif dalam membangun fondasi kerja sama regional di Asia Tenggara. Visi Rajaratnam terhadap perdamaian, stabilitas, dan kemajuan ekonomi regional membantu membentuk tujuan-tujuan ASEAN yang menjadi landasan bagi integrasi dan pembangunan bersama di kawasan tersebut.

Selain karir politik dan diplomatiknya, Rajaratnam juga dikenal karena kepeduliannya terhadap pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Warisannya sebagai seorang intelektual dan negarawan terus dihormati dalam sejarah modern Singapura, sementara kontribusinya terhadap ASEAN tetap memberikan inspirasi bagi generasi-generasi yang akan datang dalam memperkuat kerja sama regional dan perdamaian di Asia Tenggara.

5. Narciso Rueca Ramos (Filipina)

Narciso Rueca Ramos, seorang tokoh yang berpengaruh dalam sejarah Filipina dan ASEAN, lahir di Kota Asingan, Pangasinan pada 11 November 1900. Kariernya yang beragam mencakup peran sebagai politikus, diplomat, jurnalis, dan pengacara, mencerminkan komitmen dan kontribusinya yang besar terhadap negaranya dan juga dalam pembentukan ASEAN.

Sebelum terlibat dalam pembentukan ASEAN, Narciso Ramos telah meniti karir yang beragam dan mengesankan di Filipina. Ia adalah seorang jurnalis yang memiliki pengalaman dalam bidang media sebelum beralih menjadi pengacara. Kemudian, kecakapannya dalam diplomasi memimpinnya untuk menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Filipina di bawah kepemimpinan Presiden Ferdinand Marcos pada masa awal pembentukan ASEAN.

Peran Narciso Ramos dalam merintis ASEAN tidak hanya terbatas pada kontribusinya sebagai Menteri Luar Negeri. Sebagai anggota legislatif yang aktif, ia turut memainkan peran penting dalam merancang kebijakan luar negeri Filipina yang mendukung integrasi regional dan perdamaian di Asia Tenggara. Penandatanganannya dalam Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967 menandai komitmennya terhadap visi ASEAN untuk memperkuat kerja sama antarnegara-negara anggota dalam menghadapi tantangan regional dan global.

Selain karir politiknya yang cemerlang, Narciso Ramos juga dikenal karena dedikasinya terhadap pembangunan masyarakat dan pelayanan publik di Filipina. Keterlibatannya yang luas dan pengalaman yang mendalam dalam urusan luar negeri menjadikannya salah satu tokoh yang sangat dihormati dalam sejarah ASEAN, sementara warisan dan kontribusinya terus memberikan inspirasi bagi generasi berikutnya.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya