Nostalgia Pilkada DKI 2017, Ini Hasil Quick Count Putaran Keduanya

Pilkada DKI 2017 adalah salah satu pemilihan kepala daerah paling menarik perhatian dalam sejarah politik Indonesia.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 09 Jul 2024, 12:51 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2024, 09:45 WIB
Nostalgia Pilkada DKI 2017, Ini Hasil Quick Count Putaran Keduanya
Petugas melipat surat suara Pilkada DKI Jakarta 2017 di Gudang Logistik KPU Jakarta Pusat, Senin (24/1). Nantinya semua surat suara akan di distribusikan ke 1.237 TPS di seluruh wilayah Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta Pilkada DKI 2017 adalah salah satu pemilihan kepala daerah paling menarik perhatian dalam sejarah politik Indonesia. Dengan melibatkan calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono, kompetisi ini berlangsung sengit dan penuh dinamika. Isu-isu seperti agama, etnis, dan kebijakan publik menjadi sorotan utama sepanjang kampanye.

Dalam proses pemilihan ini, Basuki Tjahaja Purnama, yang akrab disapa Ahok, berjuang mempertahankan posisinya sebagai gubernur petahana. Sementara itu, Anies Baswedan muncul sebagai pesaing kuat dengan dukungan koalisi partai besar dan tokoh-tokoh berpengaruh. Agus Harimurti Yudhoyono, meski baru pertama kali terjun ke dunia politik, membawa nama besar keluarganya dan menawarkan perubahan signifikan bagi Jakarta.

Pilkada ini tidak hanya berpengaruh pada politik lokal Jakarta, tetapi juga mencerminkan dinamika politik nasional. Debat-debat kandidat yang disiarkan secara luas menarik perhatian publik dan memicu diskusi hangat di berbagai kalangan.

Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai nostalgia Pilkada DKI 2017 dan hasi quick count putaran keduanya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (9/7/2024).


Kandidat Pilkada DKI 2017

Nostalgia Pilkada DKI 2017, Ini Hasil Quick Count Putaran Keduanya
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) didampingi Djarot Saiful Hidayat dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri memberi keterangan usai resmi mendaftar maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017, di KPUD DKI Jakarta, Rabu (21/9). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub Jakarta 2017 atau Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu 15 Februari 2017 dan 19 April 2017, dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022. Ini merupakan kali ketiga Jakarta menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung dengan menggunakan sistem pencoblosan, yang memberikan kesempatan bagi warga Jakarta untuk secara langsung memilih pemimpin mereka. Jadwal pemilihan pada periode ini dimajukan dari jadwal pemilihan periode sebelumnya yang berlangsung pada 11 Juli, hal ini disebabkan oleh penyesuaian dengan jadwal Pilkada Serentak gelombang kedua yang dilaksanakan pada tahun 2017.

Berdasarkan peraturan yang berlaku, hanya partai politik yang memiliki minimal 22 kursi di DPRD Jakarta yang berhak mengajukan kandidat untuk pemilihan ini. Partai politik yang tidak memenuhi syarat jumlah kursi tersebut tetap dapat mengajukan calon gubernur dan wakil gubernur jika mereka berhasil memperoleh dukungan dari partai politik lain yang juga berpartisipasi dalam pemilihan. Dengan demikian, sistem ini mendorong adanya koalisi antar partai politik untuk mencalonkan kandidat yang memiliki peluang besar memenangkan pemilihan.

Gubernur petahana saat itu, Basuki Tjahaja Purnama (yang lebih dikenal dengan sebutan "Ahok" atau "BTP"), mencalonkan diri kembali bersama dengan Djarot Saiful Hidayat sebagai wakilnya. Selain pasangan ini, pemilihan juga diikuti oleh mantan perwira TNI Agus Harimurti Yudhoyono yang berpasangan dengan Sylviana Murni, serta akademisi dan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Anies Baswedan, yang berpasangan dengan Sandiaga Uno. Persaingan antara ketiga pasangan ini menjadikan Pilgub DKI 2017 salah satu pemilihan yang paling menarik dan dinamis dalam sejarah politik Jakarta.

Namun hasil putaran pertama Pilkada DKI Jakarta 2017 menunjukkan bahwa tidak ada pasangan calon yang berhasil memperoleh lebih dari 50% suara, sehingga pemilihan harus dilanjutkan ke putaran kedua. Dalam putaran pertama yang berlangsung pada 15 Februari 2017, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat mendapatkan suara terbanyak dengan sekitar 42,99%. Pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno mengikuti di posisi kedua dengan perolehan sekitar 39,95%, sedangkan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni memperoleh sekitar 17,05% suara dan tereliminasi dari putaran kedua.

Kompetisi yang ketat antara dua pasangan teratas, Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga, mencerminkan dinamika politik yang sangat intens di Jakarta. Hasil ini memicu berbagai strategi baru dari kedua kubu untuk menarik pemilih yang sebelumnya mendukung pasangan Agus-Sylviana. Perdebatan publik dan kampanye menjadi semakin gencar menjelang putaran kedua, dengan masing-masing kandidat berusaha meyakinkan pemilih bahwa mereka adalah pilihan terbaik untuk memimpin Jakarta dalam periode 2017-2022.


Kandidat dan Peta Kekuatan pada Putaran Kedua

Nostalgia Pilkada DKI 2017, Ini Hasil Quick Count Putaran Keduanya
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bersama Djarot Saiful Hidayat memberikan ucapan selamat kepada Anies-Sandi yang menang versi hasil hitung cepat Pilkada DKI 2017, Jakarta, Rabu (14/4). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017 mempertemukan dua pasangan kandidat, yaitu Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, serta petahana Basuki Tjahaja Purnama, yang lebih dikenal dengan nama Ahok, bersama wakilnya Djarot Saiful Hidayat. Anies Baswedan, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, berpasangan dengan Sandiaga Uno, seorang pengusaha sukses dan mantan wakil ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Kedua pasangan ini diusung oleh koalisi partai politik yang berbeda; Anies-Sandi didukung oleh partai-partai seperti Gerindra, PKS, dan PAN, sementara Ahok-Djarot mendapat dukungan dari PDI-P, Golkar, dan Hanura.

Dalam putaran kedua ini, perbedaan peta kekuatan kandidat semakin terlihat jelas melalui pembagian suara di berbagai wilayah dan kelompok pemilih. Anies-Sandi cenderung mendapatkan dukungan yang lebih besar dari pemilih di wilayah perkotaan yang lebih padat dan dinamis, sementara Ahok-Djarot memiliki basis pendukung yang lebih kuat di wilayah pinggiran kota yang lebih tradisional. Selain itu, ada kecenderungan bahwa pemilih muda dan pemilih dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih mendukung Anies-Sandi, sementara Ahok-Djarot cenderung didukung oleh pemilih yang lebih tua dan mereka dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Distribusi dukungan ini menjadi faktor penting dalam menentukan hasil quick count Pilkada DKI Jakarta 2017, karena masing-masing kubu berupaya maksimal untuk menarik simpati dari kelompok-kelompok pemilih yang berbeda. Strategi kampanye dan pendekatan yang dilakukan oleh kedua pasangan kandidat sangat mempengaruhi keputusan pemilih dalam putaran kedua ini, menjadikannya salah satu pemilihan kepala daerah yang paling menarik dan strategis dalam sejarah politik Indonesia.


Hasil Quick Count Putaran Kedua

Nostalgia Pilkada DKI 2017, Ini Hasil Quick Count Putaran Keduanya
Cagub dan Cawagub DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno memberi ketarangan di kantor DPP Gerindra, Ragunan, Jakarta, Rabu (19/4). Anies-Sandi datangi kantor DPP untul rayakan kemenangan hitung cepat suara Pilkada DKI. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Hasil quick count Pilkada DKI 2017 putaran kedua menunjukkan bahwa pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berhasil memperoleh dukungan sebesar 58,5%, sedangkan pasangan petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, mendapatkan dukungan sebesar 41,5%. Angka-angka ini mengindikasikan kemenangan signifikan bagi pasangan Anies-Sandi dalam putaran kedua Pilkada DKI 2017, yang menggambarkan pergeseran dukungan pemilih sejak putaran pertama. Jika dibandingkan dengan hasil quick count putaran pertama, terdapat peningkatan yang signifikan bagi pasangan Anies-Sandi, sementara pasangan Ahok-Djarot mengalami penurunan dukungan yang cukup drastis.

Para ahli politik dan pengamat mencatat bahwa hasil ini mencerminkan dorongan kuat dari masyarakat Jakarta terhadap perubahan dalam kepemimpinan kota. Mereka mengamati bahwa peningkatan dukungan untuk Anies-Sandi kemungkinan besar dipengaruhi oleh strategi kampanye yang efektif, isu-isu yang diangkat selama debat, serta perubahan persepsi publik terhadap kinerja petahana. Namun, para pengamat juga menekankan pentingnya tidak terlalu terpaku pada hasil quick count semata, dan tetap menunggu pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menentukan pemenang Pilkada DKI 2017 secara definitif.

Meskipun hasil quick count ini memberikan indikasi kuat mengenai arah pilihan masyarakat Jakarta dalam pertarungan politik ini, verifikasi akhir dari KPU tetap diperlukan untuk memastikan keabsahan hasil pemilihan. Hasil quick count dapat dianggap sebagai gambaran awal yang membantu memahami tren pemilih, tetapi hasil resmi dari KPU yang akan menetapkan siapa yang secara sah akan memimpin Jakarta untuk periode 2017-2022. Dengan demikian, masyarakat dan para kandidat diharapkan tetap tenang dan menunggu hasil resmi sebelum mengambil kesimpulan akhir mengenai hasil Pilkada DKI 2017.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya