Profil Kamala Harris, Digadang-gadang Jadi Presiden Perempuan Pertama Amerika

Biden tidak hanya menyatakan pengunduran dirinya tetapi juga menyampaikan dukungannya secara tegas kepada Wakil Presiden Kamala Harris sebagai penggantinya dalam bursa pemilihan.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 22 Jul 2024, 19:30 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2024, 19:30 WIB
Joe Biden dan Kamala Harris Resmi Pimpin Amerika Serikat
Wakil Presiden AS terpilih Kamala Harris saat dilantik oleh Hakim Agung Sonia Sotomayor di US Capitol di Washington, Rabu (20/1/2021). Kamala Harris datang menghadiri pelantikan didampingi sang suami Doug Emhoff. (AP Photo/Andrew Harnik)

Liputan6.com, Jakarta Joe Biden, Presiden Amerika Serikat yang tengah menjabat, baru-baru mengumumkan keputusan resmi untuk mengundurkan diri dari bursa calon presiden untuk pemilu mendatang. Dalam sebuah pengumuman yang disampaikan melalui media sosial, Biden tidak hanya menyatakan pengunduran dirinya tetapi juga menyampaikan dukungannya secara tegas kepada Wakil Presiden Kamala Harris sebagai penggantinya dalam bursa pemilihan.

Keputusan ini menandai momen penting dalam sejarah politik AS, mengingat Kamala Harris adalah wakil presiden wanita pertama serta orang kulit hitam dan Asia-Amerika pertama yang menduduki jabatan tersebut. Kendati memiliki rekam jejak yang mengesankan dan pengaruh yang signifikan, Harris kini menghadapi tantangan berat dalam menghadapi calon dari Partai Republik, Donald Trump, dalam pemilihan presiden mendatang.

Kamala Harris yang sebelumnya bersaing secara elektabilitas dengan Biden, kini menjadi tokoh sentral dalam perpolitikan AS dan berpotensi mencetak sejarah lebih lanjut. Berikut ulasan lebih lengkap tentang profil dan kiprah Kamala Harris yan dirangkum Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (22/7/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Profil Kamala Harris

Joe Biden
Pria berusia 81 tahun itu mengumumkan dukungan untuk Kamala Harris yang akan menggantikannya sebagai calon presiden dari Partai Demokrat. (AP Photo/Evan Vucci)

Kamala Devi Harris, lahir pada 20 Oktober 1964 di Oakland, California. Sejak kecil, Harris telah dikelilingi oleh lingkungan yang memengaruhi pandangannya terhadap keadilan sosial dan politik. Kamala Harris dibesarkan di Berkeley, California, sebuah kawasan dengan komunitas Afrika-Amerika yang kuat. 

Sejak usia dini, ia sudah terpapar dengan gerakan hak-hak sipil, bahkan menghadiri demonstrasi hak-hak sipil saat masih balita. Pengalaman awal ini membentuk pandangan sosial dan politiknya, yang kelak akan memainkan peran penting dalam kariernya.

Ibu Harris, Shyamala Gopalan, merupakan seorang ilmuwan kanker payudara terkemuka yang bermigrasi dari India untuk melanjutkan studi di University of California, Berkeley. Shyamala Gopalan bertemu dengan Donald Harris, ayah Kamala, seorang profesor ekonomi asal Jamaika di University of California. Setelah menikah, mereka membesarkan Kamala dan saudara perempuannya dalam lingkungan akademis dan penuh dedikasi.

Namun, pernikahan orang tua Harris tidak bertahan lama, mereka bercerai saat Kamala berusia tujuh tahun. Pada usia 12 tahun, Kamala dan ibunya pindah ke Montreal, Quebec, Kanada. Selama tinggal di Quebec, Harris mempelajari bahasa Prancis dan menunjukkan kemampuan kepemimpinan awalnya dengan mengorganisir protes terhadap pemilik gedung yang melarang anak-anak bermain di halaman. Pengalaman ini menandai awal mula naluri politik dan kepemimpinan yang akan mendominasi kariernya di kemudian hari.


Latar Belakang Pendidikan Kamala Harris

Kamala Harris
Kamala Harris, wakil presiden Amerika Serikat. (Foto: Instagram/kamalaharris)

Kamala Harris memulai pendidikan menengahnya di Westmount High School di Quebec. Harris mulai menunjukkan minat dan bakat dalam bidang seni dengan mendirikan grup tari bersama seorang teman di sekolah ini. Pengalaman ini tidak hanya menyoroti kreativitas dan semangat kolaboratifnya tetapi juga menunjukkan kemampuan awalnya dalam memimpin dan bekerja sama dengan orang lain.

Setelah kembali ke Amerika Serikat, Harris melanjutkan studi di Howard University di Washington, D.C., sebuah institusi terkenal yang merupakan bagian dari Historically Black Colleges and Universities (HBCUs). Dia kemudian terlibat aktif dalam kegiatan kampus sebagai anggota dewan mahasiswa seni liberal dan bergabung dengan tim debat. 

Keterlibatannya dalam debat dan organisasi mahasiswa mencerminkan keterampilan kepemimpinan dan komunikasi yang kuat, yang akan berguna dalam karier politiknya. Harris meraih gelar sarjana seni dalam ilmu politik dan ekonomi, landasan akademis yang membantunya memahami dinamika politik dan ekonomi yang kompleks.

Pendidikan hukum Kamala Harris dilanjutkan di University of California, Hastings College of the Law. Harris mendapatkan gelar Juris Doctor (J.D.) pada tahun 1989. Gelar ini memberikan Harris landasan kuat dalam hukum yang memainkan peran penting dalam karier hukumnya, termasuk posisinya sebagai jaksa dan akhirnya sebagai Attorney General California. Pendidikan hukumnya juga mengasah keterampilan analitis dan argumen hukum yang mendukung keberhasilannya dalam berbagai peran kepemimpinan di bidang hukum dan politik.


Dari Jaksa hingga Politikus Terkemuka

Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris di KTT ASEAN
Kemudian, Kamala bertemu dengan Presiden Indonesia, Jokowi. Di momen tersebut, ia tampil formal mengenakan setelan abu-abu terdiri dari atasan blazer dan celana panjangya. [@jokowi]

Setelah diterima di State Bar of California pada tahun 1990, Kamala Harris memulai kariernya sebagai wakil jaksa wilayah di Alameda County. Pada tahun 1998, dia pindah ke Kantor Kejaksaan Wilayah San Francisco sebagai pengacara pengelola Career Criminal Unit. Perannya yang krusial dalam unit ini membantunya membangun reputasi sebagai seorang jaksa yang berkomitmen terhadap penegakan hukum dan keadilan.

Pada tahun 2000, Harris diangkat menjadi kepala Divisi Komunitas dan Lingkungan di Kantor Kejaksaan Wilayah San Francisco. Selama masa ini, ia mendirikan Biro Peradilan Anak pertama di negara bagian California, yang menunjukkan komitmennya terhadap reformasi dan perlindungan anak-anak dalam sistem peradilan.

Tahun 2003 menjadi tonggak penting dalam karier Harris ketika ia mengalahkan petahana Terence Hallinan, yang merupakan mantan bosnya, untuk menjadi Jaksa Wilayah San Francisco. Kemenangannya ini menandai langkah awalnya dalam dunia politik yang lebih luas dan mengokohkan posisinya sebagai tokoh terkemuka dalam bidang hukum.

Pada November 2010, Kamala Harris melanjutkan pendakian politiknya dengan mengalahkan Jaksa Wilayah Los Angeles County, Steve Cooley, untuk jabatan Jaksa Agung California. Kemenangannya menjadikannya orang Afrika-Amerika pertama dan wanita pertama yang memegang posisi tersebut, menandai prestasi besar dalam sejarah politik California.

Pada November 2016, Harris meraih kemenangan besar lainnya dengan mengalahkan Anggota Kongres Loretta Sanchez untuk kursi Senat AS dari California. Dengan kemenangan ini, Harris menjadi wanita Afrika-Amerika kedua dan orang Amerika Asia Selatan pertama yang terpilih menjadi anggota Senat, melanjutkan jejak langkahnya yang penuh prestasi dalam politik.

Kamala Harris memulai kampanye kepresidenan pada Januari 2019, mengumumkannya dalam wawancara Hari Martin Luther King Jr. di Good Morning America. Namun, pada Desember 2019, ia mundur dari pemilihan presiden dan kemudian bergabung dengan calon presiden Joe Biden sebagai calon wakil presiden, yang menunjukkan fleksibilitas dan strategi politik yang matang.

Di luar karier politiknya, Kamala Harris menikah dengan pengacara Doug Emhoff pada 22 Agustus 2014 di Santa Barbara, California, dan menjadi ibu tiri bagi dua anak Emhoff, Ella dan Cole, yang memanggilnya "Mamala." Selain itu, Harris juga aktif dalam dunia penulisan; ia menerbitkan dua buku pada awal 2019, The Truths We Hold: An American Journey dan Superheroes Are Everywhere, serta buku sebelumnya Smart on Crime: A Career Prosecutor's Plan to Make Us Safer pada tahun 2009.


Torehkan Sejarah sebagai Wakil Presiden Perempuan Pertama di Amerika Serikat

[Fimela] Kamala Harris
Dalam pidato kemenangannya, Kamala Harris mengatakan dia tidak akan menjadi perempuan terakhir yang menjabat sebagai wapres AS. | Dok. instagram.com/kamalaharris

Kamala Harris mencatat sejarah penting dalam politik Amerika Serikat dengan menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai wakil presiden. Keberhasilannya merupakan pencapaian signifikan, menambah daftar catatan bersejarah dan menandai momen penting dalam sejarah pemerintahan Amerika.

Harris yang berusia 56 tahun, dipilih oleh Presiden Joe Biden sebagai wakil presiden, menjadikannya perempuan kulit hitam dan keturunan India pertama yang menduduki posisi ini. Pengamat politik Barbara Perry dari University of Virginia mencatat bahwa meskipun perempuan telah menduduki posisi penting di Mahkamah Agung dan Kongres, tidak ada perempuan yang memegang posisi wakil presiden dalam cabang eksekutif hingga saat ini. Harris menjadi pelopor dengan melampaui batas-batas yang ada dan menciptakan peluang baru bagi perempuan, terutama perempuan kulit berwarna dan anak imigran.

Menurut Shannon Bow O’Brien dari University of Texas, penting bagi masyarakat melihat figur-figur yang berkuasa mencerminkan diri mereka, dan Harris memberikan contoh penting dalam hal ini. Sebagai wakil presiden, Harris tidak hanya berperan sebagai pengganti presiden jika diperlukan tetapi juga berpotensi menggunakan posisinya untuk menginspirasi dan mewakili berbagai kelompok di Amerika.

Barbara Perry menambahkan bahwa Harris bisa menjadi simbol perubahan dan kemajuan bagi Amerika. Dengan latar belakangnya yang kaya dan pengalaman dalam berbagai posisi kepemimpinan, Harris diharapkan dapat menunjukkan simbolisme dan mewakili keberagaman dalam pemerintahan.

Posisi Harris di Gedung Putih juga mendapat sambutan positif di seluruh dunia, termasuk di desa leluhurnya di India. Keberhasilannya mencerminkan kemajuan global dan menginspirasi komunitas internasional dengan pencapaiannya.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya