Sejarah Upaya Pembunuhan dengan Target Presiden AS, Terakhir Donald Trump

Sejarah mencatat, ada banyak upaya pembunuhan yang pernah menargetkan presiden-presiden Amerika Serikat sebelumnya.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 16 Jul 2024, 21:10 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2024, 21:10 WIB
Donald Trump Ditembak Saat Kampanye
Ketika hendak meninggalkan panggung, Trump dilaporkan masih bisa mengepalkan tangan ke arah hadirin. (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Jakarta Dunia baru-baru ini digegerkan dengan kabar upaya pembunuhan terhadap Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump. Pada saat itu, Trump sedang menghadiri rapat umum terkait kampanye Pilpres AS di Butler, Pennsylvania.

Menurut laporan BBC, Donald Trump mengalami luka di telinga kanan akibat penembakan tersebut. Suara tembakan tersebut dikatakan seperti bunyi ledakan petasan oleh beberapa saksi mata. Tim pengamanan dari Secret Service segera melindungi Trump dan membawanya ke rumah sakit terdekat untuk dievakuasi.

Untungnya, Trump selamat dari insiden tersebut. Bahkan Trump tetap melanjutkan kegiatannya dan tidak lama kemudian menghadiri Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee, Wisconsin.

Sebenarnya ini bukanlah kali pertama upaya pembunuhan dilakukan terhadap seorang presiden Amerika Serikat. Sejarah mencatat, ada banyak upaya pembunuhan yang pernah menargetkan presiden-presiden sebelumnya.

Berikut adalah daftar upaya pembunuhan yang menargetkan Presiden Amerika Serikat, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (16/7/2024).

Andrew Jackson (1835)

Pada tanggal 30 Januari 1835, presiden Amerika Serikat yang pertama kali mengalami upaya pembunuhan adalah Andrew Jackson. Kejadian ini terjadi ketika Presiden ketujuh Amerika Serikat tersebut sedang meninggalkan gedung Capitol di Washington DC. Ketika itu, Jackson dihadang oleh seorang pria yang menodongkan pistol ke arahnya. Namun, untungnya tembakan tersebut gagal sasaran.

Pria tersebut adalah seorang pelukis rumah pengangguran bernama Richard Lawrence. Menurut laporan, Lawrence memukul Jackson beberapa kali dengan tongkatnya setelah gagal mencoba menembaknya. Lawrence bahkan tidak berhenti sampai di situ, dia mencoba menembak Jackson dengan pistol kedua namun tidak mengenainya. Ajudan Jackson pun kemudian menahan Lawrence.

Upaya pembunuhan terhadap Andrew Jackson ini merupakan yang pertama kali terjadi dalam sejarah Amerika Serikat. Meskipun Lawrence memiliki alasan pribadi di balik tindakan tersebut, ia digambarkan sebagai seorang yang tidak waras. Insiden ini menunjukkan bahwa ancaman terhadap presiden dan pemerintahan dapat terjadi di negara ini. Sejak saat itu, sistem keamanan terhadap presiden Amerika Serikat telah diperkuat untuk melindungi mereka dari berbagai ancaman yang mungkin terjadi.

Abraham Lincoln (1865)

Salah satu momen penting dalam sejarah politik Amerika adalah pembunuhan Abraham Lincoln pada 14 April 1865. Dia adalah presiden Amerika pertama yang dibunuh setelah ditembak di kepala oleh John Wilkes Booth. Perang Saudara Amerika telah berakhir dan Presiden Lincoln, presiden Amerika Serikat ke-16 dan seorang Republikan, mempunyai tugas untuk menyatukan kembali dan membangun kembali negara yang terpecah tanpa perbudakan.

Suatu malam, dia sedang menonton komedi populer Our American Cousin di Ford's Theatre di Washington DC bersama istrinya Mary Todd Lincoln, ketika Booth menyelinap ke dalam kotak presiden dan menembaknya di bagian belakang kepala. Booth melompat dari kotak dan berteriak "sic semper tirani!" moto negara bagian Virginia yang berarti "selalu bagi para tiran" kepada penonton. Lincoln dibawa ke sebuah rumah di seberang teater untuk perawatan medis. Dia meninggal keesokan paginya pada usia 56 tahun.

Dukungannya terhadap hak-hak kulit hitam disebut-sebut sebagai motif di balik pembunuhan tersebut. Dua tahun sebelum penembakan, Presiden Lincoln telah mengeluarkan Proklamasi Emansipasi yang memberikan kebebasan kepada budak di Konfederasi. Booth ditembak dan dibunuh pada tanggal 26 April 1865, setelah dia ditemukan bersembunyi di gudang dekat Bowling Green, Virginia. Total keseluruhan, percobaan pembunuhan terhadap Presiden Lincoln merupakan peristiwa yang mengguncang Amerika Serikat dan meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah negara tersebut.

 

James A. Garfield (1881)

Selebaran kampanye James A. Garfield dan Chester A. Arthur (Wikipedia/Public Domain)
Selebaran kampanye James A. Garfield dan Chester A. Arthur (Wikipedia/Public Domain)

Pada tahun 1881, Presiden Amerika Serikat, James A. Garfield menjadi korban upaya pembunuhan yang dilakukan oleh Charles Guiteau, seorang konstituen Partai Republik yang tidak puas. Kejadian ini terjadi saat Garfield sedang berjalan melalui stasiun kereta Baltimore dan Potomac di Washington pada tanggal 2 Juli.

Garfield, yang sebelumnya adalah seorang jenderal Union dan anggota kongres Ohio, menjadi presiden AS ke-20. Pada saat itu, ia sedang dalam perjalanan naik kereta ke New England ketika Guiteau menembaknya. Garfield ditembak dua kali, satu tembakan mengenai lengan kanannya dan yang lainnya mengenai punggung bagian bawahnya.

Meskipun upaya penyelamatan dilakukan, termasuk oleh Alexander Graham Bell, penemu telepon, yang mencoba menemukan peluru yang masih bersarang di dalam tubuh Garfield menggunakan perangkat khusus, namun upaya tersebut gagal. Akibatnya, Garfield terbaring di Gedung Putih selama beberapa minggu dan akhirnya meninggal pada bulan September setelah dibawa ke pantai New Jersey.

Setelah penangkapan, Guiteau diadili dan dinyatakan bersalah atas pembunuhan Presiden Garfield. Ia dieksekusi pada bulan Juni 1882 sebagai hukuman atas kejahatannya. Kejadian ini menandai kejadian kedua dalam sejarah Amerika Serikat di mana seorang presiden diupaya dibunuh.

William McKinley (1901)

Percobaan pembunuhan terhadap Presiden Amerika Serikat William McKinley terjadi pada tahun 1901. Enam bulan setelah pelantikan masa jabatan keduanya, McKinley ditembak saat sedang berjabat tangan dengan orang-orang di luar Kuil Musik di Buffalo, New York. Seorang pria menjatuhkan tembakan pada dirinya dari jarak dekat. Keheningan menyelimuti tempat kejadian tersebut setelah suara tembakan, sementara McKinley terlihat bingung dan sedikit pucat.

Meskipun awalnya diperkirakan McKinley akan pulih, gangren menyerang luka tembakannya dan mengakibatkan kasus keracunan darah yang parah. Delapan hari setelah penembakan, pada tanggal 14 September 1901, McKinley meninggal dunia dengan istrinya, Ida, berada di sisinya.

Pelaku penembakan tersebut adalah Leon F Czolgosz, seorang pengangguran asal Detroit yang mengaku sebagai seorang anarkis. Ia dihukum mati dengan kursi listrik pada tanggal 29 Oktober 1901 setelah dinyatakan bersalah dalam persidangan.

Kejadian ini menjadi peringatan akan ancaman terhadap integritas dan keamanan presiden Amerika Serikat. McKinley merupakan presiden ketiga Amerika yang tewas dibunuh setelah Abraham Lincoln pada 1865 dan James A. Garfield pada 1881. Percobaan pembunuhan terhadap kepala negara menjadi momen yang memperkuat perlunya langkah-langkah keamanan ekstra untuk melindungi pemimpin Amerika Serikat dari ancaman serupa di masa depan.

Theodore Roosevelt (1912)

Theodore Roosevelt
Theodore Roosevelt termasuk satu dari empat Presiden Amerika Serikat yang wajahnya diabadikan dalam bentuk pahatan di dinding Mount Rushmore. (AFP/Scott Olson)

Pada tahun 1912, mantan presiden Amerika Serikat Theodore Roosevelt mengalami percobaan pembunuhan saat sedang berkampanye untuk terpilih kembali sebagai presiden. Saat itu, Roosevelt berada di Milwaukee dan mencalonkan diri sebagai kandidat pihak ketiga setelah sebelumnya menjabat dua periode sebagai presiden.

Pada tanggal 14 Oktober 1912, Roosevelt sedang naik mobil di luar Hotel Gilpatrick ketika tiba-tiba ditembak. Namun, berkat adanya kertas terlipat dan kotak kacamata logam di sakunya, dampak peluru dapat meredam sehingga Roosevelt tidak mengalami luka serius. Setelah insiden tersebut, Roosevelt meminta para pembantunya membawanya ke Auditorium Milwaukee untuk memberikan pidato.

Di hadapan para hadirin, Roosevelt memberitahu mereka bahwa dia baru saja tertembak dan mengungkapkan bahwa peluru tersebut justru menyelamatkannya dari peluru lain yang mungkin akan mengenai hatinya. Meskipun peluru masih ada dalam tubuhnya serta membuatnya tidak dapat memberikan pidato yang terlalu lama, Roosevelt berjanji akan melakukan yang terbaik.

Setelah pidatonya, Roosevelt akhirnya setuju untuk dibawa ke rumah sakit agar bisa pulih dari serangan tersebut. John Schrank, pelaku penembakan, ditangkap dan menghabiskan sisa hidupnya di rumah sakit jiwa.

Percobaan pembunuhan terhadap Theodore Roosevelt pada tahun 1912 ini menjadi salah satu insiden yang mengguncang dunia politik Amerika Serikat. Meskipun ia berhasil selamat, insiden ini menunjukkan betapa rentannya seorang presiden terhadap ancaman keamanan dan melakukan tugas-tugasnya sebagai pemimpin negara.

Franklin D. Roosevelt (1933)

Pada tahun 1933, terjadi upaya pembunuhan terhadap Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin D. Roosevelt. Insiden ini terjadi setelah Presiden Roosevelt memberikan pidato di Miami, Florida, di mana dia berdiri di belakang mobil terbuka. Saat dia sedang memberikan pidato tersebut, terdengar suara tembakan yang mengguncangkan kerumunan.

Meskipun lima tembakan tersebut meleset dari Presiden Roosevelt, namun beberapa orang yang berada di sekitarnya terkena tembakan tersebut. Empat orang mengalami luka ringan, sementara Walikota Chicago, Anton Cermak, mengalami luka yang cukup parah. Cermak akhirnya meninggal karena luka-lukanya.

Pelaku dari percobaan pembunuhan ini adalah Guiseppe Zangara, seorang imigran Italia yang menganggur. Zangara dijatuhi hukuman mati atas perbuatannya tersebut. Dalam penyelidikan, diketahui bahwa Zangara meleset dalam mengeksekusi tembakannya karena ia memiliki tinggi hanya 5 kaki 1 inci, sehingga ia harus naik ke kursi yang goyah untuk bisa melihat Presiden Roosevelt.

Seorang wanita yang berdiri di dekat Zangara juga mengaku telah memukul tangannya saat penembakan berlangsung, mungkin sebagai upaya untuk menghentikannya. Insiden ini mengguncang Amerika Serikat dan menjadi salah satu momen bersejarah yang mengancam keselamatan seorang Presiden Amerika Serikat.

 

Harry S. Truman (1950)

Presiden Harry S. Truman (tengah) bersama Perdana Menteri Inggris Clement Attlee (kiri) dan Pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin saat Konferensi Potsdam 1945 (Wikimedia Commons)
Presiden Harry S. Truman (tengah) bersama Perdana Menteri Inggris Clement Attlee (kiri) dan Pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin saat Konferensi Potsdam 1945 (Wikimedia Commons)

Pada tanggal 1 November 1950, terjadi upaya pembunuhan terhadap Presiden Amerika Serikat ke-33, Harry S. Truman, ketika beliau sedang menginap di Blair House yang berada di seberang Gedung Putih yang sedang direnovasi. Dua pria bersenjata, Griselio Torresola dan Oscar Collazo, menerobos masuk ke Blair House. Ketika itu, Presiden Truman dan istrinya berada di lantai atas dan mereka mendengar suara tembakan yang dilakukan oleh Torresola dan Collazo.

Meskipun Presiden Truman dan istrinya berhasil lolos tanpa cedera, satu polisi Gedung Putih dan Torresola sendiri tewas dalam baku tembak tersebut. Selain itu, dua polisi Gedung Putih lainnya juga mengalami luka-luka akibat insiden ini. Ternyata, Torresola dan Collazo adalah aktivis politik dan anggota Partai Nasionalis Puerto Rico yang ekstrem. Partai ini merupakan kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan penuh Puerto Rico dari Amerika Serikat.

Setelah kejadian tersebut, Collazo ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Namun, pada tahun 1952, Presiden Truman memutuskan untuk meringankan hukuman tersebut menjadi penjara seumur hidup. Kemudian, pada tahun 1979, Presiden Jimmy Carter membebaskan Collazo dari penjara.

Upaya pembunuhan terhadap Presiden Truman pada tahun 1950 ini merupakan salah satu insiden penting dalam sejarah Amerika Serikat yang menyoroti ketegangan politik dan perjuangan kemerdekaan Puerto Rico. Kejadian ini juga mengingatkan kita akan bahaya yang dihadapi oleh seorang pemimpin negara dan perlunya langkah-langkah keamanan yang ketat dalam melindungi kehidupan dan integritas para pemimpin negara.

John F. Kennedy (1963)

Pembunuhan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy pada tahun 1963 mungkin adalah kasus yang paling terkenal sepanjang masa. Pada saat peristiwa itu terjadi, Presiden berusia 46 tahun itu sedang melakukan perjalanan di Dallas, Texas, bersama istrinya, Jackie. Ketika iring-iringan mobil Presiden melewati Texas School Book Depository di Dealey Plaza, tembakan terdengar dan Presiden Kennedy tertembak di leher dan kepala.

Setelahnya, Presiden Kennedy segera dilarikan ke Rumah Sakit Parkland Memorial, namun nyawanya tidak bisa tertolong. Dia kemudian digantikan oleh Wakil Presiden Lyndon B. Johnson, yang dilantik di ruang konferensi di pesawat Air Force One, menjadikannya satu-satunya presiden yang mengambil sumpah jabatan di atas pesawat.

Hanya beberapa jam setelah pembunuhan itu, Lee Harvey Oswald, pembunuh tersangka, ditangkap setelah polisi menemukan tempat penembaknya di Texas School Book Depository. Namun, sebelum Oswald dapat diadili, dia ditembak mati oleh Jack Ruby, pemilik klub malam Dallas, yang mengejutkan berlangsung secara langsung di televisi.

Pembunuhan terhadap Presiden John F. Kennedy menjadi peristiwa yang sangat mengguncang Amerika Serikat dan dunia pada umumnya. Hingga saat ini, meskipun telah banyak teori konspirasi yang muncul, pembunuhan tersebut masih menjadi misteri yang belum sepenuhnya terungkap.

 

Gerald Ford (1975)

19-1-1977: Presiden AS Gerald Ford Ampuni Propagandis Tokyo Rose
19-1-1977: Presiden AS Gerald Ford Ampuni Propagandis Tokyo Rose (Biography.com)

Presiden Amerika Serikat ke-38, Gerald Ford, mengalami dua upaya pembunuhan pada tahun 1975 yang berhasil dihindari tanpa cedera. Upaya pertama terjadi pada tanggal 5 September 1975, saat Ford pergi ke Sacramento untuk bertemu dengan gubernur California. Pada saat itu, seorang murid Charles Manson bernama Lynette "Squeaky" Fromme menerobos kerumunan di jalan dan mengeluarkan pistol semi-otomatis yang diarahkan ke Ford. Namun, pistol tersebut tidak berhasil ditembakkan dan Fromme kemudian dijatuhi hukuman penjara. Dia baru dibebaskan pada tahun 2009.

Hanya tujuh belas hari setelah kejadian tersebut, Sara Jane Moore melancarkan upaya pembunuhan kedua terhadap Ford di luar sebuah hotel di San Francisco. Moore menembakkan satu peluru namun gagal mengenai Ford. Seorang pengamat berhasil meraih lengannya saat Moore berusaha melakukan tembakan kedua. Moore pun dihukum penjara dan baru dibebaskan pada tahun 2007.

Meskipun Ford berhasil bertahan dari dua upaya pembunuhan tersebut, kejadian ini membuat Amerika Serikat menyadari akan kebutuhan untuk meningkatkan keamanan presidennya. Hal ini melahirkan perubahan dalam langkah-langkah keamanan dan perlindungan presiden yang masih berlaku hingga saat ini.

Ronald Reagan (1981)

Pada tahun 1981, Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan menjadi target serangan pembunuhan yang dilakukan oleh John Hinckley Jr. Insiden ini terjadi ketika Reagan sedang meninggalkan pidatonya di Washington DC dan menuju mobilnya di luar Hotel Washington Hilton. Dalam kerumunan tersebut, Hinckley melepaskan enam tembakan, tiga di antaranya mengenai Reagan dan yang lainnya mengenai sekretaris persnya, James Brady, yang akhirnya menjadi lumpuh sebagian.

Meskipun pada awalnya Reagan tidak menyadari bahwa dia telah ditembak, agen Dinas Rahasia segera memasukkan dia ke dalam limusin dan membawanya ke rumah sakit. Reagan, yang telah tertembak di paru-paru kirinya dengan peluru yang nyaris mengenai jantungnya, berhasil selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Bahkan saat sedang dirawat dan bersiap untuk operasi, Reagan mengucapkan kata-kata ringan kepada istrinya dan dokternya.

Setelah penembakan itu, Hinckley ditangkap dan diadili. Namun, juri memutuskan bahwa ia tidak bersalah dengan alasan kegilaan, dan akhirnya ditahan di rumah sakit jiwa. Pada tahun 2022, setelah melalui pengawasan pengadilan yang panjang, Hakim mengeluarkan keputusan bahwa Hinckley tidak lagi membahayakan dirinya sendiri atau orang lain, sehingga dia dibebaskan dari pengawasan pengadilan.

Percobaan pembunuhan terhadap Ronald Reagan pada tahun 1981 merupakan salah satu peristiwa yang mengejutkan sejarah Amerika Serikat. Meskipun Reagan berhasil bertahan dan melanjutkan masa jabatannya sebagai presiden, insiden ini meninggalkan bekas trauma bagi negara dan penduduknya.

 

George W Bush (2005)

George W. Bush (AFP)
George W. Bush (AFP)

Pada tanggal 10 Mei 2005, terjadi percobaan pembunuhan terhadap Presiden Amerika Serikat George W. Bush. Saat itu, Presiden ke-43 sedang menghadiri rapat umum di Tbilisi, ibu kota Georgia, bersama Presiden Georgia Mikhail Saakashvili. Saat mereka berada di balik penghalang antipeluru, seseorang melemparkan sebuah granat tangan ke arah mereka.

Granat yang dibungkus kain itu mendarat sekitar 100 kaki jauhnya dari tempat mereka berdiri. Namun, beruntungnya, granat tersebut tidak meledak sehingga tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut. Sangat berbahaya jika granat tersebut meledak karena bisa menyebabkan cedera serius dan bahkan kematian.

Meskipun tidak ada pihak yang mengklaim tanggung jawab atas upaya pembunuhan tersebut, kejadian ini menunjukkan betapa rentannya seorang kepala negara terhadap ancaman keamanan. Keberhasilan dalam mencegah terjadinya tragedi ini menunjukkan pentingnya langkah-langkah keamanan yang ketat yang diambil dalam melindungi seorang presiden.

Percobaan pembunuhan terhadap George W. Bush pada tahun 2005 ini menjadi salah satu bagian dari sejarah percobaan pembunuhan terhadap presiden Amerika Serikat. Meskipun sangat mengkhawatirkan, insiden ini menyadarkan akan perlunya upaya yang lebih besar dalam mencegah serangan terhadap kepala negara dan menjaga keamanan para pemimpin dunia.

Donald Trump (2024)

Upaya pembunuhan terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada tanggal 13 Juli 2024 di Pennsylvania dibahas secara lengkap dalam artikel ini. Pada saat tengah berpidato dalam kampanye Pilpres AS, Donald Trump tiba-tiba terkejut saat mendengar tiga tembakan dari sayap kanannya. Pidatonya tentang imigrasi pun terhenti dan dia langsung berlindung di balik podium, dikerubungi para agen Secret Service.

Rekaman video dari kejadian ini menunjukkan suasana yang mencekam, dengan Donald Trump merunduk dan dikepung oleh para agen saat penembakan terjadi. Penembak yang diketahui bernama Thomas Matthew Crooks langsung ditembak oleh sniper dari Secret Service. Peristiwa ini membuat suasana geger di lokasi kampanye Trump, dengan massa yang panik dan agen dinas rahasia yang berusaha melindunginya.

Donald Trump, yang mengalami goresan di telinga dan luka ringan di wajah, kemudian dilarikan ke rumah sakit terdekat. Beruntung, tidak ada luka yang mengancam jiwa pada mantan Presiden ini. Tim kampanyenya mengonfirmasi bahwa Trump dalam keadaan baik-baik saja dan sedang menjalani pemeriksaan medis.

Pada pernyataannya, juru bicara Tim Kampanye Steven Cheung mengucapkan terima kasih kepada penegak hukum dan petugas tanggap darurat atas tindakan cepat mereka. Lebih lanjut, Trump memperoleh pujian dan dukungan dalam menghadapi insiden penembakan ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya