Masjid Dome of The Rock, Bukan Al-Aqsa: Pahami Perbedaannya

Perbedaan paling mencolok Masjid Dome of The Rock memiliki kubah berwarna emas, sedangkan Masjid Al-Aqsa berkubah abu-abu.

oleh Laudia Tysara diperbarui 26 Sep 2024, 10:15 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2024, 10:15 WIB
Idul Fitri di Negara-negara Timur Tengah
Warga Palestina menghadiri perayaan hari raya Idul Fitri di Masjid Dome of the Rock di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Jumat, 21 April 2023. Hari raya tersebut menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan, saat umat Islam yang taat berpuasa dari matahari terbit sampai terbenam. (AP Photo/Mahmoud Illean)

Liputan6.com, Jakarta - Masjid Dome of The Rock memikat perhatian dunia dengan kubah emasnya yang menawan dan nilai historis yang tak ternilai. Bangunan ikonik ini berdiri megah di Yerusalem, Israel, menjadi saksi bisu perjalanan sejarah tiga agama besar dunia. Keindahan arsitektur dan ornamen masjid Dome of The Rock menjadikannya salah satu masterpiece arsitektur Islam awal yang masih bertahan hingga saat ini.

Masjid Dome of The Rock sering kali keliru dianggap sebagai Masjid Al-Aqsa, padahal keduanya adalah bangunan yang berbeda meskipun berada dalam satu kompleks yang sama. Melansir dari Encyclopedia Britannica, masjid Dome of The Rock dibangun oleh Khalifah Umayyah Abd al-Malik ibn Marwan pada akhir abad ke-7 Masehi, sementara Masjid Al-Aqsa memiliki sejarah pembangunan yang berbeda.

Perbedaan paling mencolok antara keduanya adalah warna kubah, di mana Dome of The Rock memiliki kubah berwarna emas, sedangkan Masjid Al-Aqsa berkubah abu-abu. Memahami fakta-fakta seputar masjid Dome of The Rock penting untuk menghargai nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam bangunan ini. Melansir dari Khan Academy, Dome of The Rock merupakan salah satu bangunan Islam tertua yang masih bertahan, menjadikannya sumber pengetahuan yang berharga tentang arsitektur Islam awal.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Kamis (26/9/2024).

Sejarah Pembangunan

Supermoon Agustus Hiasi Langit
Bulan purnama terbesar atau supermoon terbit di balik kuil Dome of the Rock di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Senin, 19 Agustus 2024. (AP Photo/Leo Correa)

Masjid Dome of The Rock memiliki sejarah pembangunan yang unik dan menarik. Melansir dari Encyclopedia Britannica, bangunan ikonik ini dibangun atas perintah Khalifah Umayyah Abd al-Malik ibn Marwan pada akhir abad ke-7 Masehi, tepatnya antara tahun 691-692 M. Pembangunan masjid Dome of The Rock terjadi sekitar 55 tahun setelah tentara Muslim berhasil merebut Yerusalem dari kekuasaan Bizantium.

Fakta menarik lainnya adalah bahwa masjid Dome of The Rock dibangun di atas sebuah batu yang diyakini memiliki makna religius bagi tiga agama besar dunia: Islam, Yahudi, dan Kristen. Melansir dari The Spurce, bagi umat Islam, batu ini diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad SAW memulai perjalanan Isra Mi'raj.

Sementara dalam tradisi Yahudi, batu ini dianggap sebagai tempat Abraham (Ibrahim) hampir mengorbankan putranya, Ishak. Keunikan sejarah pembangunan dan lokasi masjid Dome of The Rock ini menjadikannya bangunan yang memiliki nilai historis dan spiritual yang sangat tinggi.

Arsitektur dan Ornamennya

Masjid Dome of The Rock dikenal dengan arsitektur dan ornamennya yang menakjubkan. Melansir dari Encyclopedia Britannica, interior dan eksterior bangunan ini dihiasi dengan marmer, mosaik, dan logam yang indah. Yang menarik, motif-motif yang digunakan sangat berbeda dengan yang umumnya ditemukan di gedung-gedung publik dan gereja Bizantium pada masa itu.

Alih-alih menggunakan motif manusia seperti yang umum pada bangunan Bizantium, masjid Dome of The Rock menampilkan tulisan Arab dan pola tumbuhan yang bercampur dengan gambar permata dan mahkota.

Ornamen-ornamen ini tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga mencerminkan prinsip-prinsip seni Islam yang menghindari penggambaran makhluk hidup. Keunikan arsitektur dan ornamen masjid Dome of The Rock ini menjadikannya salah satu contoh awal dan paling terkenal dari arsitektur Islam di dunia.

Renovasi dan Restorasi yang Sudah Dilakukan

Masjid Dome of The Rock telah mengalami beberapa kali renovasi dan restorasi sepanjang sejarahnya yang panjang. Melansir dari Encyclopedia Britannica, salah satu restorasi yang paling signifikan terjadi pada masa pemerintahan Sultan Ottoman Suleyman I pada abad ke-16. Dalam renovasi ini, mosaik eksterior diganti dengan ubin keramik berwarna, memberikan tampilan baru yang lebih cerah dan tahan lama.

Proses renovasi dan restorasi ini tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan struktur fisik bangunan, tetapi juga untuk melestarikan nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya. Setiap periode renovasi mencerminkan gaya arsitektur dan teknik konstruksi dari zamannya, menjadikan masjid Dome of The Rock sebagai saksi hidup perkembangan seni dan arsitektur Islam selama berabad-abad.

Fakta ini menegaskan pentingnya pelestarian warisan budaya dan upaya berkelanjutan untuk mempertahankan keindahan dan makna historis bangunan ini.

 

 

Makna Religius Masjid Dome of The Rock

Potret Warga Palestina Sholat Idul Fitri di Tengah Ketegangan dengan Israel
Wanita Palestina berfoto selfie di depan masjid Dome of the Rock setelah shalat Idul Fitri pagi, yang menandai akhir bulan suci Ramadhan, di kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem Tua (13/5/2021). (AFP/Ahmad Gharabli)

Masjid Dome of The Rock memiliki makna religius yang mendalam, terutama bagi umat Islam. Melansir dari Encyclopedia Britannica, umat Islam meyakini bahwa di tempat inilah Nabi Muhammad SAW naik ke surga dalam peristiwa Isra Mi'raj. Keyakinan ini menjadikan masjid Dome of The Rock sebagai salah satu situs paling suci dalam Islam, setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Namun, makna religius masjid Dome of The Rock tidak terbatas pada umat Islam saja. Melansir dari The Spurce, dalam tradisi Yahudi, tempat ini diyakini sebagai lokasi di mana Abraham (Ibrahim) hampir mengorbankan putranya, Ishak, sebagai persembahan kepada Allah.

Keberagaman makna religius ini menjadikan masjid Dome of The Rock sebagai simbol penting dalam dialog antar agama dan pemahaman lintas budaya. Fakta ini menekankan pentingnya situs ini tidak hanya sebagai bangunan bersejarah, tetapi juga sebagai jembatan spiritual antara berbagai tradisi keagamaan.

Memiliki Kubah Emas yang Ikonik

Salah satu ciri khas paling mencolok dari masjid Dome of The Rock adalah kubah emasnya yang ikonik. Melansir dari Khan Academy, kubah emas ini menjadi landmark yang dapat dilihat dari berbagai penjuru Yerusalem. Kubah ini memiliki diameter sekitar 20 meter dan tinggi sekitar 10 meter, dengan ketinggian total bangunan mencapai sekitar 30 meter dari permukaan tanah.

Menariknya, kubah emas yang kita lihat sekarang bukanlah bagian dari desain asli bangunan. Melansir dari Encyclopedia Britannica, penambahan lapisan emas pada kubah dilakukan pada masa pemerintahan Ottoman.

Keputusan untuk menambahkan lapisan emas ini tidak hanya meningkatkan keindahan visual bangunan, tetapi juga menjadikannya simbol kemegahan dan kemakmuran Islam pada masa itu. Kubah emas ini telah menjadi ikon yang tak terpisahkan dari skyline Yerusalem dan salah satu simbol paling dikenal dari arsitektur Islam di seluruh dunia.

Bedanya dengan Masjid Al-Aqsa

Meskipun sering kali disalahartikan, masjid Dome of The Rock dan Masjid Al-Aqsa sebenarnya adalah dua bangunan yang berbeda. Perbedaan paling mencolok antara keduanya adalah warna kubah. Masjid Dome of The Rock memiliki kubah berwarna emas dengan dinding berwarna biru penuh motif, sementara Masjid Al-Aqsa memiliki kubah berwarna abu-abu dengan bangunan berwarna kecoklatan.

Selain perbedaan fisik, kedua bangunan ini juga memiliki sejarah pembangunan yang berbeda. Melansir dari Middle East Eye, Masjid Al-Aqsa didirikan oleh Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 638 M setelah penaklukan Levant. Sementara itu, masjid Dome of The Rock dibangun beberapa dekade kemudian atas perintah Khalifah Abd al-Malik ibn Marwan.

Peran dalam Arsitektur Islam

Masjid Dome of The Rock memainkan peran penting dalam perkembangan arsitektur Islam. Melansir dari The Spurce, bangunan ini dianggap sebagai salah satu contoh awal dan paling berpengaruh dari arsitektur Islam.

Elemen-elemen seperti kubah, penggunaan kaligrafi sebagai ornamen, dan pola geometris yang rumit menjadi ciri khas yang kemudian banyak ditiru dalam arsitektur Islam di seluruh dunia.

Pengaruh masjid Dome of The Rock tidak terbatas pada bangunan-bangunan religius saja. Melansir dari Encyclopedia Britannica, gaya arsitektur dan teknik dekorasi yang digunakan dalam pembangunan masjid ini juga mempengaruhi desain bangunan sekuler seperti istana, benteng, dan bahkan pemandian umum di dunia Islam.

Fakta ini menegaskan peran penting masjid Dome of The Rock tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai masterpiece arsitektur yang telah membentuk lanskap budaya dan seni Islam selama berabad-abad.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya