Review Buku 'The Happiest Kids in The World' Karya Rina Mae Acosta dan Michele Hutchison

Buku The Happiest Kids in The World dapat menjadi panduan dalam membantu anak mencapai kebahagiaan yang berperan penting dalam perkembangan mereka hingga dewasa.

oleh Ricka Milla Suatin diperbarui 23 Okt 2024, 16:56 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2024, 16:56 WIB
The Happiest Kids in The World
Anak-anak Paling Bahagia di Dunia./doc. Endah

Liputan6.com, Jakarta Anak-anak perlu merasakan kebahagiaan selama masa kecil mereka karena hal tersebut memiliki dampak besar terhadap perkembangan fisik, emosional, sosial, dan kognitif mereka. Kebahagiaan membantu membangun kesehatan emosional yang kuat. Anak-anak yang bahagia cenderung lebih mampu mengelola stres, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, serta memandang diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya dengan cara yang positif.

Orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan anak, termasuk dalam menciptakan masa kecil yang bahagia. Meskipun tidak selalu mudah untuk memastikan segala sesuatunya berjalan sempurna demi kebahagiaan anak, ada banyak hal yang dapat diupayakan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Usaha ini bertujuan untuk memastikan kebahagiaan yang akan berdampak pada perkembangan mereka hingga dewasa. Buku The Happiest Kids in The World dapat menjadi panduan dalam membantu anak mencapai kebahagiaan yang berperan penting dalam perkembangan mereka hingga dewasa. Berikut ulasan lengkapnya yang Liputan6.com rangkum, Rabu (23/10/2024).

Buku

The Happiest Kids in The World review
Ulasan Buku The Happiest Kids in The World oleh Endah.

Judul: Anak-Anak Paling Bahagia di Dunia

Penulis: Rina Mae Acosta dan Michele Hutchison

Penerjemah: Aswita R. Fitriani

Penyunting: Sakti Ramadhan

Penyelia aksara: Yoga Palwaguna

Penyelaras akhir: M. Farobi Afandi

Perancang cover & isi: Kholishotul Hidayah

Cetakan 1, November 2023

Didistribusikan oleh: PT Rene Turos Indonesia

Kenapa UNICEF menganggap anak-anak di Belanda sebagai yang paling bahagia di dunia? Apa yang membuat mereka merasa demikian? Kiat-kiat parenting apa yang diterapkan? Bagaimana orang tua di Belanda mendidik anak-anak mereka?

Rina Mae Acosta dan Michele Hutchison, ekspatriat dari Amerika dan Inggris yang kini tinggal di Belanda, berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut sejak mereka menetap di sana. Mereka menemukan banyak rahasia parenting dan pola pengasuhan yang unik yang diterapkan oleh orang tua di Belanda.

Buku ini bisa menjadi panduan bagi orang tua Indonesia untuk mempelajari cara orang tua Belanda membesarkan dan mendidik anak-anak yang paling bahagia di dunia.

Beberapa rahasia parenting ala Belanda antara lain:

  • Pengasuhan yang berfokus pada anak
  • Tidak ada tekanan akademik bagi anak sekolah dasar
  • Kebebasan bermain di luar rumah tanpa pengawasan ketat
  • Menerapkan dua momen penting untuk berkomunikasi dengan anak
  • Memperbanyak aktivitas di luar ruangan

***

"Gezellig (dilafalkan ggggheh-sell-ig, dengan 'g' yang kasar dan jelas seolah berdehem) menggambarkan perasaan nyaman, hangat, memiliki, cinta, kebahagiaan, keamanan, kepuasan, dan persahabatan. Kata ini mirip dengan istilah Denmark hygge, yang juga tidak ada padanannya, menggambarkan perasaan nyaman dan bahagia karena berada di dekat hal-hal yang lembut dan menenangkan."

"Dalam studi terbarunya tentang identitas orang Belanda, ahli sejarah budaya Herman Pleij menjelaskan dalam Moet Kunnen (Must be Possible) mengenai kebijakan pendidikan di Belanda. Ia menulis bahwa negara ini lebih berfokus pada mereka yang berkemampuan menengah yang jumlahnya paling besar daripada pada mereka yang paling berprestasi:

[Konsep] golden mean diterapkan di seluruh level sistem pendidikan dengan tujuan utama meloloskan jumlah maksimum siswa dengan kualifikasi tertentu. Untuk ini, nilai minimal kelulusan saja sudah cukup. Jika Anda ingin mendapatkan nilai yang lebih bagus dari itu, semua terserah Anda.

Konsep golden mean yang dicetuskan oleh Aristoteles—median yang sehat, yang menghindari dua nilai ekstrem—menjadi inti dari pemikiran orang Belanda. Seperti ungkapan yang telah kami jelaskan sebelumnya—Doe maar gewoon dan doe je al gek genoeg; Bersikaplah normal, itu saja sudah cukup gila"—juga bisa diterapkan di sini."

"Bagi orang Belanda, pergi bertamasya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Keluarga kelas menengah Belanda rata-rata bertamasya sebanyak 3 kali setahun, dengan 3 sampai 4 minggu sekali bertamasya. Hal ini tidak terbayangkan di Inggris, apalagi bagi orang tua yang bekerja di AS. Memang semua orang sudah terbiasa dengan kata-kata hampa, 'Orang Amerika hidup untuk bekerja dan orang Eropa bekerja untuk hidup'. Selain liburan-liburan ini, orang Belanda juga senang bepergian jika ada libur panjang akhir pekan."

Buku ini ditulis oleh dua perempuan yang tinggal di Belanda bersama suami dan anak-anaknya. Meskipun bukan warga asli Belanda, mereka menetap di Negeri Kincir Angin karena suami mereka adalah orang Belanda. Pengalaman melahirkan, membesarkan, dan mendidik anak selama di Belanda memberi banyak wawasan baru tentang bagaimana mengoptimalkan tumbuh kembang anak yang baik serta memastikan mereka bahagia di masa kanak-kanak mereka.

Ada survei menarik yang mengungkapkan bahwa anak-anak Belanda adalah yang paling bahagia di dunia. Kenapa bisa begitu? Alasannya ternyata cukup beragam, mulai dari pola asuh orang tua, sistem pendidikan, fasilitas yang ada, hingga kebijakan dari pemerintah.

Meskipun mungkin sulit untuk mengupayakan situasi yang sama persis dengan Belanda untuk menghadirkan masa kanak-kanak paling bahagia untuk buah hati, ada prinsip-prinsip dasar program parenting yang dapat diadopsi. Ada 5 Prinsip dasar Program Parenting Positif (Tripel P):

1. Menciptakan lingkungan yang aman dan menarik;

2. Menciptakan lingkungan belajar yang positif;

3. Menggunakan penegakan kedisiplinan asertif;

4. Memiliki ekspektasi yang realistis; dan

5. Menjaga diri sendiri sebagai orang tua.

Banyak hal dan pembahasan menarik di buku ini terkait bagaimana budaya di Belanda juga turut memengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan anak. Kebiasaan bersepeda ke mana-mana juga memberi pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian dan keberanian anak. Pastinya pengaruh terbesar adalah kebijakan dari pemerintah dan kurikulum sekolah yang sangat mendorong perkembangan diri anak yang lebih optimal.

Filosofi kebahagiaan orang Belanda pun punya konsep yang unik. Seperti alasan kenapa para ibu memilih melahirkan di rumah sendiri dengan bantuan bidan tanpa harus ke rumah sakit. Ada konsep gezellig tentang perasaan nyaman, hangat, memiliki, cinta, kebahagiaan, keamanan, kepuasan, dan persahabatan yang memiliki pengaruh besar dalam menghadirkan kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari yang dijalani.

Bagi para orangtua, calon orangtua, pendidik, dan Sahabat Fimela yang tertarik dengan konsep parenting ala Belanda, buku ini bisa menjadi salah satu referensi menarik. Ada banyak hal yang bisa diadopsi dalam upaya mendidik dan mengasuh anak yang cerdas nan bahagia. Sebab agar anak-anak bisa sukses di masa depan, itu perlu dipupuk dengan memberi mereka masa kanak-kanak yang bahagia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya