Isi Teks Sumpah Pemuda Lengkap dengan Sejarahnya, Sarat Nilai Persatuan

Kongres Pemuda Kedua bukan hanya pertemuan biasa, tetapi titik penting yang menandai awal dari kesadaran kebangsaan Indonesia.

oleh Nurul Diva diperbarui 28 Okt 2024, 10:51 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2024, 10:51 WIB
Ilustrasi Sumpah Pemuda
Ilustrasi Sumpah Pemuda

Liputan6.com, Jakarta Pada 27-28 Oktober 1928, sebuah momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia terukir melalui Kongres Pemuda Kedua di Jakarta. Kongres ini berhasil melahirkan ikrar yang menjadi simbol persatuan bangsa, dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Ikrar tersebut mempersatukan para pemuda dari berbagai latar belakang, baik suku, agama, maupun daerah, dalam satu tujuan bersama: Indonesia sebagai tanah air, bangsa, dan bahasa yang satu.

Kongres Pemuda Kedua bukan hanya pertemuan biasa, tetapi titik penting yang menandai awal dari kesadaran kebangsaan Indonesia. Para pemuda saat itu menyatukan tekad mereka, menyebarluaskan prinsip ini sebagai fondasi untuk organisasi kebangsaan di seluruh Nusantara.

 

Awal Gagasan dan Pertemuan Pemuda

Mengutip museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id, kongres Pemuda Kedua merupakan inisiatif dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), organisasi yang beranggotakan para pelajar dari berbagai wilayah di Indonesia. Gagasan ini muncul sebagai upaya memperkuat rasa persatuan yang sudah mulai berkembang di kalangan pemuda. Pertemuan-pertemuan awal digelar pada 3 Mei dan 12 Agustus 1928 untuk membahas pembentukan panitia dan penyelenggaraan kongres.

Dalam pertemuan itu, diputuskan bahwa kongres akan berlangsung pada 27-28 Oktober 1928 di tiga lokasi berbeda: Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw di Kramat No. 106. Sumbangan sukarela dan kontribusi organisasi yang hadir menjadi sumber pendanaan utama kongres ini.

Kepanitiaan dan Persiapan Kongres

Kepanitiaan kongres dibentuk dengan Sugondo Djojopuspito dari PPPI sebagai ketua, dibantu oleh beberapa tokoh pemuda seperti R.M. Djoko Marsaid dari Jong Java sebagai wakil ketua, dan Muhammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond sebagai sekretaris. Posisi bendahara diisi oleh Amir Sjarifudin dari Jong Bataks Bond. Panitia ini bekerja keras untuk memastikan kelancaran acara dan memastikan semua elemen pendukung tersedia.

Selain mempersiapkan teknis penyelenggaraan, kepanitiaan juga fokus pada substansi kongres, yaitu membangun fondasi kuat bagi pergerakan kebangsaan yang akan menyatukan berbagai golongan dan komunitas di Indonesia.

Rapat Pertama: Semangat Persatuan

Pada malam hari, 27 Oktober 1928, rapat pertama dimulai di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond. Sugondo Djojopuspito membuka kongres dengan harapan besar agar kongres ini mampu memperkuat semangat persatuan di kalangan pemuda. “Perceraiberaian itu wajiblah diperangi, agar kita bisa bersatu,” ujarnya dalam sambutannya, menyiratkan urgensi persatuan di tengah keberagaman bangsa.

Mohammad Yamin kemudian memberikan paparan tentang pentingnya persatuan bagi pemuda Indonesia. Ia menekankan lima faktor penting yang dapat memperkuat persatuan, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan yang teguh.

Rapat Kedua: Pendidikan Nasionalisme

Pada pagi hari 28 Oktober 1928, rapat kedua digelar di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas peran pendidikan dalam membangun karakter kebangsaan. Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro menekankan pentingnya pendidikan kebangsaan yang seimbang antara di sekolah dan di rumah. Poernomowoelan menegaskan, “Di Indonesia ini, mesti lebih banyak perubahan-perubahannya dalam segala apapun juga.”

Keduanya sepakat bahwa anak-anak harus dididik secara demokratis, mengutamakan rasa cinta tanah air dan nilai-nilai kebangsaan, serta menekankan pentingnya pendidikan yang holistik untuk membentuk generasi muda yang siap membangun bangsa.

Rapat Ketiga: Nasionalisme dan Kepanduan

Sore hari 28 Oktober 1928, rapat ketiga di Gedung Indonesische Clubgebouw membahas nasionalisme dan gerakan kepanduan. Soenario menggarisbawahi pentingnya nasionalisme dan demokrasi dalam perjuangan kebangsaan. Ramelan kemudian menjelaskan bagaimana gerakan kepanduan berperan penting dalam membentuk karakter anak-anak melalui kedisiplinan dan kemandirian.

Theo Pangemanan turut menambahkan bahwa kepanduan tanpa semangat kebangsaan bukanlah kepanduan yang sejati. “Pramuka tanpa semangat kebangsaan bukanlah Pramuka,” tegasnya, menekankan pentingnya cinta tanah air dalam setiap kegiatan kepanduan.

Sumpah Pemuda: Ikrar Kebangsaan

Setelah serangkaian diskusi, kongres mencapai puncaknya dengan pembacaan ikrar Sumpah Pemuda yang dirumuskan oleh Mohammad Yamin. Dalam ikrar tersebut, para pemuda Indonesia menyatakan kesatuan tumpah darah, bangsa, dan bahasa, yaitu Indonesia. Keputusan kongres ini kemudian ditutup dengan pembacaan lagu “Indonesia Raya” yang dimainkan oleh Wage Rudolf Supratman melalui biola, yang disambut dengan antusias oleh seluruh peserta kongres.

Sumpah Pemuda menjadi tonggak sejarah yang menegaskan nilai persatuan bangsa, menunjukkan bahwa perbedaan dapat disatukan dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika, semboyan yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu.”

Isi Teks Sumpah Pemuda

Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Teks sumpah pemuda
Teks sumpah pemuda
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya