Liputan6.com, Jakarta FIFA kembali menggebrak dunia sepak bola dengan pengumuman format baru untuk Piala Dunia Antarklub 2025. Turnamen ini kini akan diikuti oleh 32 klub dan berlangsung empat tahun sekali, berbeda dari format sebelumnya yang hanya melibatkan tujuh tim setiap tahun. Langkah ini disebut-sebut sebagai upaya untuk meningkatkan kompetisi global di tingkat klub.
Namun, keputusan ini sempat memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Klub-klub besar Eropa, asosiasi pemain, hingga liga papan atas seperti Serie A dan Premier League menilai perubahan ini dapat meningkatkan risiko cedera dan kelelahan pemain. FIFA pun dituding mengambil keputusan sepihak tanpa konsultasi yang memadai.
Seiring jadwal padat yang terus meningkat, pertanyaan muncul: apakah format baru ini membawa kemajuan, atau justru menjadi ancaman bagi kualitas permainan? Kritik dan diskusi hangat terus bermunculan di kalangan pecinta sepak bola global.
Advertisement
Detail Format Baru Piala Dunia Antarklub 2025
FIFA telah memastikan Piala Dunia Antarklub 2025 akan menggunakan format mirip Piala Dunia antarnegara. Turnamen ini akan diikuti oleh 32 klub yang dibagi dalam delapan grup. Setiap grup terdiri dari empat tim yang bertanding dalam format round robin.
Tim-tim terbaik dari masing-masing grup akan maju ke babak gugur mulai dari 16 besar hingga final. Dengan format baru ini, turnamen akan berlangsung selama satu bulan penuh, dari 15 Juni hingga 13 Juli 2025, di Amerika Serikat.
Advertisement
Peserta yang Telah Dikonfirmasi
Peserta turnamen meliputi tim-tim terbaik dari berbagai zona sepak bola. Dari Eropa, tim seperti Manchester City, Real Madrid, dan Bayern Munich telah dipastikan lolos. Dari Amerika Selatan, River Plate dan Flamengo akan turut bersaing.
Di zona Asia, Al Hilal dan Urawa Red Diamonds menjadi perwakilan unggulan. Selain itu, tuan rumah Inter Miami akan mendapatkan tempat otomatis di turnamen ini.
Kritik terhadap Jadwal dan Kesejahteraan Pemain
Banyak pihak mengecam format baru ini karena dianggap terlalu membebani pemain. Jadwal pertandingan yang lebih panjang membuat waktu istirahat pemain berkurang drastis. FIFPRO dan liga-liga besar Eropa telah melayangkan protes kepada FIFA.
Asosiasi pemain menyoroti risiko kesehatan, mulai dari cedera hingga penurunan performa akibat kelelahan. Bahkan, wacana boikot oleh pemain sempat mencuat dalam diskusi internal beberapa asosiasi.
Advertisement
Respons Liga-Liga dan Klub Top Dunia
Beberapa liga top dunia seperti Serie A dan Premier League mengkritik keras keputusan FIFA yang dinilai sepihak. CEO Serie A, Luigi De Siervo, menyatakan bahwa FIFA tidak melibatkan stakeholder penting dalam proses pengambilan keputusan.
Sebagai perbandingan, UEFA dianggap lebih transparan dan kolaboratif dalam pengembangan format Liga Champions. Sebaliknya, FIFA dituduh hanya fokus pada aspek komersial tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekosistem sepak bola global.
Potensi Dampak Jangka Panjang
Format baru ini bisa memberikan peluang lebih besar bagi klub-klub non-Eropa untuk bersaing di panggung dunia. Namun, risiko penurunan kualitas pertandingan akibat kelelahan tetap menjadi kekhawatiran.
Selain itu, pergantian turnamen menjadi empat tahun sekali dapat menambah tekanan bagi klub untuk lolos, terutama di zona kompetitif seperti Eropa. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengubah strategi klub dalam memilih prioritas kompetisi.
Advertisement
Apa perbedaan utama format baru Piala Dunia Antarklub 2025?
Format baru melibatkan 32 klub, dengan sistem grup dan babak gugur seperti Piala Dunia antarnegara.
Apakah format baru ini menguntungkan tim-tim non-Eropa?
Format ini memberikan peluang lebih besar bagi klub non-Eropa untuk bersaing di tingkat global.
Advertisement
Apa dampak perubahan ini bagi ekosistem sepak bola?
Perubahan ini bisa memicu ketegangan antara FIFA dan liga domestik, serta mengubah prioritas klub.